05 : zen'in

1.1K 201 28
                                    

foto : https://twitter.com/jujujusichi/status/1368132492025159682?s=20

-

-

Yuuji menangis di sofa abu ruang keluarga Ryomen. Belum ada sepuluh meter dia mengangkat kaki dari rumah di belakangnya, sekarang malah kembali lagi.

Jadi ceritanya, tadi Sukuna jatuh tak sadarkan diri. Yuuji yang begitu panik berteriak kencang memanggil nama saudaranya. 

Sakura yang masih di depan rumah selepas kepergian cucu-cucunya tersentak mendengar teriakan Yuuji. Ia memanggil Tanari kemudian tergopoh-gopoh menuju luar. Bahkan Sakura sampai lupa memakai alas kaki saking khawatirnya.

Tanari yang pertama kali melihat pemandangan di balik gerbang terkejut. Namun keterkejutannya tak berlangsung lama. Ia sigap membopong Sukuna masuk ke dalam sebuah ruangan di dalam rumah. Sakura sendiri menggendong Yuuji yang mulai meraung sambil terduduk di aspal.

"U.. Una kenapa?" isaknya.

"Sst, tenanglah," Sakura mengelus punggung Yuuji. Membawanya masuk ke rumah dan didudukkan di sofa. Sakura berkata pada Yuuji untuk menunggunya. Wanita itu berjanji padanya bahwa Sukuna akan baik-baik saja. Setelahnya, ia bergerak cepat menyusul suaminya.

Beberapa saat berlalu. Yuuji masih saja menangis sepeninggal neneknya. Berkali-kali tangan mungilnya mengusap mata, berharap mata itu tidak berair lagi, tapi Yuuji tidak tahan kalau tidak menangis.

Ia kemudian mendengar langkah kaki. Sebuah tangan mengulurkan air putih padanya. Tadinya Yuuji pikir itu Sakura. Tapi kalau tidak salah, tangan Sakura lebih keriput.

Yuuji menilik. Didapatinya seorang wanita berkacamata dengan rambut kuncir kuda, tersenyum padanya. Agak buram sebenarnya sebab mata Yuuji dipenuhi air, tapi bisa dilihatnya wanita itu membawa sesuatu, seperti tombak.

Yuuji menerima minumannya, berterima kasih sambil masih tersedu. Ayahnya selalu mengajari Yuuji dan Sukuna untuk selalu berucap 'terima kasih' saat diberi bantuan dan 'tolong' ketika membutuhkan bantuan.

Beberapa tenggak diminum Yuuji kemudian ia berusaha meletakkan gelasnya di meja. Gelas itu hampir jatuh kalau saja wanita berkacamata yang kini duduk di sebelah Yuuji tidak cekat menopang tangannya. 

 Ia menyandarkan punggung Yuuji, mencoba membuat anak itu nyaman. "Tenanglah, saudara Tuan akan baik-baik saja."

Yuuji melihat Megumi datang dari arah dapur, membawa sisa jeli Yuuji. Rupanya ketinggalan tadi. Anak itu mengusap pipi yang dipenuhi air mata. Membuka telapak tangan Yuuji kemudian menaruh beberapa jeli di tangan itu. Berkatnya, Yuuji sekarang sudah sedikit lebih tenang karena mulutnya tidak bisa kalau dibuat menangis sambil mengunyah sekaligus.

Megumi bergerak ke sebelah kanan Yuuji, duduk di sana. "Tuan Yuuji, ini Kak Maki," ucapnya.

Yang disebut Maki turun dari sofa. Berlutut di hadapan Yuuji. "Perkenalkan, saya Zen'in Maki. Senang bertemu anda, Tuan Yuuji."

Yuuji yang masih sedikit terisak berjengit. Ia turun dari sofa untuk meraih tangan Maki. "Kakak kenapa begini? Ayo bangun," ucapnya sedikit tersengal.

Maki membiarkan tangan yang lebih kecil memegangnya.

Yuuji kemudian menoleh pada Megumi. "Gumi juga kenapa memanggil Yuuji begitu tadi?"

Megumi menatap Maki. Bingung mau menjawab apa.

"Tuan Yuuji mau dipanggil seperti apa?" tanya Maki lembut.

"Uji!" serunya sambil tersenyum lebar. Matanya sedikit menutup karena bengkak.

Pattern.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang