Hari-hari berlalu. Diisi dengan tawa dan tangis bayi-bayi Itadori.
Seringnya Yuuji asik sendiri dengan mainannya. Kemudian Sukuna mencoba cari perhatian supaya Yuuji lebih memilih bermain dengannya daripada benda mati. Nyatanya itu berhasil. Lambat laun Yuuji lebih suka bermain dengan saudaranya.
Ketika mereka bertambah besar, tak jarang mereka akan saling berebut robot mainan atau remot TV. Sukuna lebih sering mengalah sebab ia tidak terlalu tertarik dengan mainan sejak kecil. Ia juga memahami bahwa kakaknya adalah maniak TV. Karena Sukuna menanggap yang mengalah itu keren, jadi ia tidak apa-apa kalau Yuuji sering merebut haknya.
Tapi tabiat Yuuji itu meresahkan. Apapun pasti akan didebatkan olehnya. Kalau sudah begini Sukuna tidak bisa tinggal diam.
Baru kemarin donat keju Sukuna direbut Yuuji. Awalnya Sukuna tidak apa-apa. Ia memang sudah niat berbagi pada saudaranya dari awal. Tapi siapa sangka Yuuji menghabiskan semua donatnya. Berakhir Sukuna yang tenang mengamuk. Untuk ukuran anak usia empat tahun Sukuna sudah bisa memukul tepat sasaran. Ia menangis sambil memukul Yuuji. Yuuji yang sedari kecil cengeng tentu saja menangis hanya dengan satu pukulan Sukuna.
Kalau sudah begitu Yuga bisa apa? Akhir-akhir ini dia memang suka kewalahan akibat ulah anak-anaknya. Semakin pusing saja dirinya ketika tahu perbedaan yang makin mencolok dari kedua putranya. Sukuna yang begitu tenang ternyata menyimpan kekuatan yang tidak main-main ketika memukul. Sementara Yuuji yang begitu aktif malah seringkali babak belur entah akibat kecerobohan dirinya sendiri atau sebab pukulan Sukuna.
Tentu Yuga memarahi Yuuji. Seharusnya sebagai kakak dia lebih menyayangi adiknya. Tak jarang ia menghukum Yuuji ketika ia sengaja nakal pada adiknya. Atau ketika ia memaksa Sukuna memberi jatahnya pada Yuuji. Nantinya Yuga akan membawa Sukuna ke kediaman Ryomen. Meninggalkan Yuuji tanpa kembarannya seharian. Kalau keadaannya begitu, Yuuji pasti akan merengek untuk dipertemukan kembali dengan adiknya. Ia akan meminta maaf berkali-kali supaya Sukuna bisa kembali padanya.
Nyatanya walau suka usil, Yuuji benar-benar sayang dengan Sukuna.
Sukuna sendiri agaknya tidak masalah kalau harus bersekutu dengan ayahnya untuk menghukum si kakak. Bukan bermaksud jahat, tapi memang Yuuji itu perlu diluruskan.
Dan tentu saja, Sukuna menyayangi kakaknya lebih dari apapun.
"Kalian sudah siap?" tanya Yuga pada anak-anaknya yang sedang berusaha meraih kursi meja makan.
Yuuji menyaut ketika sudah berhasil naik ke kursi. Anak bandel sepertinya akan dengan mudah memanjat pohon sekalipun. "Sudah! Yuuji tadi menyisil lambut Thukuna, Ayah!"
Yuga tersenyum. "Wah, benarkah?"
Sukuna mengangguk.
"Kalau begitu makan sarapan kalian. Lalu berangkat ke sekolah," kata Yuga sambil menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya.
Yuuji dan Sukuna adalah anak-anak yang begitu mandiri. Seperti kata ibu mereka dulu. Mereka anak yang pandai. Tidak menyusahkan orang tuanya. Kadang merepotkan sih, tapi lebih sering tidak.
Pagi hari setelah dibangunkan ayahnya mereka akan mandi dan mempersiapkan hal-hal untuk sekolah dengan sendirinya. Kemudian Yuga akan selalu ada di sana untuk mengingatkan beberapa barang yang dilupakan si kembar.
"Sudah selesai!" Yuuji berteriak senang. Menaiki tangga kecil yang disediakan ayahnya di depan wastafel supaya si kecil mudah mencuci tangannya. Ia membasuh tangannya dengan baik. Agaknya sudah diajari 7 tatacara membasuh tangan di sekolahnya.
Yuga terbelalak ketika melihat Yuuji melompat dari tangga kecil. Tangannya dikibaskan kesana-kemari. Sisa air di tangannya bahkan mengenai Sukuna yang sedari tadi mengantri untuk cuci tangan di balik Yuuji.
![](https://img.wattpad.com/cover/261720223-288-k125108.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pattern.
FanfictionPada dasarnya Yuuji tidak pernah mengerti kenapa leluhur menurunkan hal-hal yang tidak bisa mereka selesaikan pada keturunannya. Tapi sedikitnya ia paham, hal yang diturunkan leluhurnya kali ini adalah miliknya yang paling berharga. cast ©Gege Akut...