Sudah dua hari Yuuji tidak bertemu dengan Sukuna. Kemana agaknya anak itu pergi. Yuuji sudah rindu berceloteh dengannya. Parahnya lagi, dua hari ini ia hanya ditemani Kak Mai. Kadang, Megumi akan datang sesekali. Sisanya ia sendirian.
Yuuji cukup bersyukur sebenarnya. Ia tidak terlalu larut dalam kesedihan akibat ditinggal Ayah. Tapi tetap saja, kalau ada Sukuna akan jauh lebih menyenangkan bukan?
"Kenapa pakai baju yang buat pelgi?"
Pagi ini Yuuji selesai mandi. Segala keperluannya akhir-akhir ini disiapkan semua oleh Mai—perintah Tanari.
Wah, Yuuji jadi rindu rasanya bersiap berangkat sekolah bersama Sukuna.
"Hari ini Yuuji mau diajak pergi." Mai masih sibuk dengan pekerjaannya.
Yuuji mengerutkan dahinya. Pergi kemana sampai harus mengemasi berbagai barang seperti itu?
"Una sama Gumi diajak juga nda?"
Mai berhenti memasukkan keperluan Yuuji ke dalam koper. Ia menoleh. "Tidak tahu. Sepertinya Yuuji saja." Mai beranjak menyisir rambut si kecil.
"Kalau jalan-jalan halusnya semuanya diajak bial asik," Yuuji memanyunkan bibirnya.
Mai terkekeh. "Anggap saja hari ini hari spesial Yuuji," katanya.
Tak lama, pintu kamar diketuk. Ada Sakura dengan pakaian indahnya. Sebuah gaun simpel bermotif bunga dengan guratan biru halus yang bercampur putih. "Sudah siap?"
Yuuji mengangguk semangat. Ia mengacungkan dua jempolnya. "Siap!"
-
模様⨟ ⛩
-
Yuuji begitu menikmati perjalanan mereka. Sebetulnya ia masih belum tahu tujuan jalan-jalan ini kemana karena Nenek dan Kakek selalu menjawab rahasia kalau ditanya.
Makin lama gedung-gedung tinggi khas perkotaan semakin hilang digantikan dengan pohon-pohon hijau serta sawah yang luas membentang. Yuuji baru pertama kali lewat jalanan yang seperti ini. Ia menatap binar pada cakrawala luas di luar sana.
Lalu ketika Tanari memelankan laju mobilnya, menawari Yuuji untuk membuka jendela, ia tertegun. Udara yang masuk ke relung saluran napasnya begitu segar. Yuuji kira ini di surga sebab sungguh, saat ini ia melihat anak-anak, seumuran dengannya tengah tertawa riang di genangan air terjun kecil. Burung hitam dan putih terbang ke sana kemari seperti tengah menyapanya. Seperti tempat antah berantah yang begitu indah.
Capung! Ada banyak sekali capung ketika dia melewati sawah tadi. Yuuji benar-benar senang.
Mobil bergerak lambat sebelum akhirnya berhenti di depan sebuah rumah. Kuno seperti rumah Ryomen, tetapi yang ini kecil. Halamannya tanah dengan rumput hijau. Ada dua alas bambu yang digunakan untuk menjemur kerupuk. Di sisi lain halaman yang teduh, ada pohon besar dengan ayunan kayu yang tali tambangnya diikatkan pada batang pohon itu.
Yuuji segera turun dari mobil. Menebak kediaman siapa yang akan dikunjunginya saat ini. Ia berharap bisa menginap karena hari sudah sore. Besok Yuuji berencana bermain di air terjun kecil tadi. Andai Sukuna dan Megumi ikut, pasti akan sangat menyenangkan.
"Ah, kalian sudah datang rupanya."
Suara itu menginterupsi angan Yuuji. Ia buru-buru menoleh. Didapatinya pria tua di sana, bersandar pada pintu utama yang terbuka. Yuuji merasa familiar dengannya. Tapi ia tidak ingat dia siapa.
Pria itu menatap Yuuji lembut. Tersenyum lebar ke arahnya. "Lama tidak berjumpa, Yuuji."
Yang disapa terkesiap. Ia menatap Tanari, meminta penjelasan.
![](https://img.wattpad.com/cover/261720223-288-k125108.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pattern.
FanfictionPada dasarnya Yuuji tidak pernah mengerti kenapa leluhur menurunkan hal-hal yang tidak bisa mereka selesaikan pada keturunannya. Tapi sedikitnya ia paham, hal yang diturunkan leluhurnya kali ini adalah miliknya yang paling berharga. cast ©Gege Akut...