Masih di hari yang sama dengan hari kembalinya pola di pergelangan tangan Sukuna.
"Gumi ditinggal sendili ga apa-apa?" tanya Yuuji.
Megumi mengangguk tenang.
"Ayo cepat. Ayah sudah menunggu." Sukuna berdecak malas, dari tadi sudah menarik-narik tangan Yuuji tanda ia tidak sabar.
"Uji sama Una pelgi dulu, ya?" Megumi kembali mengangguk. "Nanti dibeliin oleh-oleh deh." Kali ini si Zen'in diam.
Sukuna berjalan di depan, menyeret Yuuji yang melambaikan tangan pada Megumi.
Lalu tiba di perempatan tak jauh dari latar TK, Yuga berdiri di sana, sudah menunggu buah hatinya sejak tadi.
"Ayah!" Yuuji menyerbu dengan pelukan tak sabaran.
Tentu saja Yuga terkekeh setelah menangkap anak itu. Ketiganya kemudian berjalan beriringan menuju barat.
Tiga Itadori kini tengah duduk menunggu pesanan mereka di sebuah kedai es krim.
Hari itu panasnya menyengat. Kalau kata Yuuji, harinya seperti disirami kemilau oranye. Tapi Sukuna bilang, kota selalu berwarna abu, penuh polusi, sebabnya jadi panas.
"Habis ini kita kemana, Yah?" tanya Yuuji ketika es krim pesanannya mendarat di meja.
"Maunya kemana?"
Yuuji cepat-cepat menelan es krim yang terasa dingin di pipi bagian dalamnya. "Taman belmain!" Akibatnya Sukuna menatap melas pada Ayahnya. "Pulang." Ia sudah lelah seharian jalan terus.
"Main dulu, Una!"
Sukuna memasang raut kesalnya. "Sukuna capek."
Yuuji kemudian menyuapkan sesendok es krim rasa stroberi dengan tambahan pasta coklat ke dalam mulut Sukuna. "Makan dulu bial ngga capek."
Sukuna awalnya menggeleng, namun ia kemudian membuka mulutnya sebab Yuuji malah menyodokkan sendok itu ke hidungnya, bukan mulut.
Tak lama, dua mangkuk es krim ludes. Tentu saja yang paling banyak makan adalah Yuuji.
"Jadi mainnya?" tanya Yuga.
Yuuji berteriak semangat, "jadi!" Sukuna menggeleng.
"Jadi, Una! Kan tadi sudah Yuuji kasih es klim!"
Sukuna masih menggeleng. "Pulang."
Yuuji menatap sengit kembarannya. Ia kemudian mendekat pada Yuga, segera mengadu. "Pokoknya pelgi ke taman belmain!"
Naas, Yuga malah lebih tertarik dengan Sukuna. Ia bertanya apa ada yang sakit, atau apa yang dia inginkan, karena di hari biasa, Sukuna tidak merengek begini. Anak itu selalu mengalah walaupun tidak harus. Apa lagi atas insiden pola di tubuhnya yang tiba-tiba hilang kemarin, Yuga masih khawatir.
Wajah Yuuji memerah padam sebab dihiraukan. Lalu detik berikutnya, ia mulai menangis.
Sukuna sudah tidak fokus lagi pada Ayahnya. Ingin mendekat menenangkan, tapi raut Yuuji saat ini sedang menolak keberadaan Sukuna. Alhasil ia hanya diam memandang saudaranya dari tempatnya berdiri.
Yuga yang sadar situasi semakin memanas akhirnya membisikkan sesuatu pada Sukuna, "kita buat Kak Yuuji senang dulu baru nanti pulang, ya?" Lalu tanpa berpikir lebih lama lagi, Sukuna mengangguk.
-
模様⨟ ⛩
-
Masih dengan amarah, Yuuji menunjuk sebuah wahana. Tidak berbicara apapun, hanya menggeret Ayahnya untuk ikut—masih merajuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pattern.
FanfictionPada dasarnya Yuuji tidak pernah mengerti kenapa leluhur menurunkan hal-hal yang tidak bisa mereka selesaikan pada keturunannya. Tapi sedikitnya ia paham, hal yang diturunkan leluhurnya kali ini adalah miliknya yang paling berharga. cast ©Gege Akut...