06 : sisi lain

1K 204 49
                                    

"Ah! Ketemu!"

Suara dari kejauhan mengagetkan Megumi dalam lamunnya.

"Hn? Kak Naoya? Ada apa?" tanya Yuuji ketika Naoya sudah di depan mereka.

Yang ditanya tersenyum lebar. Mengajak Megumi dan Yuuji bangun dari duduknya.

"Tuan Sukuna sudah sadar."

Lantas ketika kabar itu memasuki telinga Yuuji, ia melebarkan matanya, begitu lebar hingga nampak air memenuhi manik hazel itu. Mengisi kembali hatinya yang sejenak lupa pada saudaranya dengan pilu yang amat berat. Ia menangis sambil berlari meninggalkan dua Zen'in di belakangnya.

Sukuna sudah bangun, maka kembarannya lah yang berhak atas segala kebahagiaan saat ini.

-

-

"Apa dia benar baik saja?" Sakura bertanya pada Mai.

Yang ditanya mengangguk begitu yakin. "Mataku tak pernah salah."

"Tapi polanya belum kembali," ucap Sakura, masih khawatir.

Tanari diam menatap Sukuna yang kini terlihat seperti orang linglung. Apa memang bisa kembali?

Pintu geser dibuka begitu kencang. Mengagetkan semua orang di dalamnya.

"Sukuna!"

Yang Sukuna tahu, detik berikutnya ia diterjang dengan pelukan Yuuji. Anak itu menangis begitu pilu dalam dadanya.

Sukuna mengelus punggung Yuuji yang bergetar. Menyalurkan rasa hangat dari sisa demam di tubuhnya.

"Aku begitu baik saat ini. Tenanglah."

Yuuji dalam dekapnya semakin mendeguk, "kawo Una, hik, pinsan lagi, hik, Uji mau ma, hik, mayah, huaa."  

Sukuna heran. Padahal sudah empat tahun kok Yuuji masih suka menangis.

Sukuna mengangkat wajah Yuuji. Menembak tepat pada maniknya yang basah. Ia tertawa kecil, menepuk-nepuk pipi kakaknya. Yuuji dengan mukanya yang bengkak dipenuhi air mata dan ingus terdiam. Terpana pada wajah baru di depannya. Rupa itu tampak begitu bersih, sungguh.

Lalu ketika ia sadar rupa rupawan itu adalah adiknya, ia ikut tertawa lepas. Menepuk rambut Sukuna sambil mengelap ingus bening yang meleber kemana-mana.

Melihat pemandangan di depannya, Mai menggigit bibir, gemas. "Maki, ayo coba yang seperti itu."

Maki di sebelahnya merinding. Menjitak kepala kembarannya. "Berani menyentuhku maka tanganmu tidak akan selamat besoknya."

Sakura yang semula leleh dalam kegemasan kemudian tersadar. Ia membopong Yuuji. Dihadiahi erangan tak suka dan sabitan tangan mungil berbalur ingus yang tepat mengenai pipi dan dagunya. 

"Yuuji, Sukuna masih lelah. Jangan ganggu dia," ujarnya kepayahan menangani Yuuji yang sedang dalam mode melepas rindu dengan Sukuna.

"Biar saya saja, Nyonya," Mai menawarkan diri. Sudah siap dengan handuk kecil di tangannya.

Sakura mengangguk lalu menyerahkan Yuuji ke gendongan Mai.

Dalam hati Mai berteriak kegirangan. Kembar kecil ini sudah dibicarakan dalam lingkungan Zen'in bahkan sedari mereka masih berbentuk zigot. Tapi sayang sekali, baru sekarang Mai bisa menekan pipi bulat kemerahan itu.

"Halo! Saya Zen'in Mai. Kata Naoya genit anda tidak suka dipanggil Tuan Yuuji, ya?" tanyanya dengan nada imut yang dibuat-buat. 

Yuuji yang masih mengamuk kini tambah meraung. 

Pattern.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang