13. JJK : I Don't Know

315 50 12
                                    

Happy Reading :)
.
..
....

Jungkook pov

Persis seperti yang Seokjin Hyung katakan, sepuluh menit berlalu tanpa ada yang memulai pertarungan. Baik Yoongi maupun Jimin Hyung hanya bergeming di tempatnya dengan saling bertatapan. Satu per tiga waktu pertandingan telah terbuang, membuat penonton kian geram dan melayangkan berbagai macam umpatan.

Namun, di satu menit berikutnya, dapat kulihat Jimin Hyung mulai jengah dan mengepalkan kedua tangannya. Bukan karena semua teriakan yang ditujukan padanya, melainkan dengan seseorang yang ada di hadapannya sekarang.

Berhenti meremehkanku dengan hanya berdiam diri di sana, Yoongi Hyung! Baiklah, kalau kau tak mau menyerangku, maka aku yang akan menyerangmu lebih dulu, batin Jimin Hyung yang dapat kutangkap dengan jelas.

Setelah batinan yang kudengar selesai, pemuda berpipi moci itu pun maju dan menyerang lawannya dengan pedangnya yang berwarna biru kehijauan. Membuat penonton berteriak kegirangan setelah penantian yang menjemukan. Tapi, sepertinya penonton masih harus menyisakan sedikit lagi kesabaran karena di sisi lain pertarungan, Yoongi Sunbae tampak tak memiliki sedikit pun niat untuk melakukan serangan balasan.

“Berhenti meremehkanku, Hyung! Apa kau pikir aku tak bisa menandingimu?! Apa di matamu aku orang yang selemah itu?!” seru Jimin Hyung tanpa mengendurkan intensitas serangannya.

Aku tidak penah melihat Jimin Hyung semarah ini sebelumnya. Namun, dari sejauh yang kuperhatikan, raut wajahnya lebih didominasi oleh kekecewaan alih-alih kemarahan. Sebenarnya ada masalah apa dengan hubungan kakak beradik itu? Bila kuingat kembali, memang ada banyak hal yang belum aku ketahui tentang Jimin Hyung, terlebih lagi hubungannya dengan sepupunya yang satu itu.

Pertarungan kali ini bisa dibilang mengagumkan sekaligus mengecewakan di saat yang bersamaan. Mengagumkan karena Yoongi Sunbae tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya meski tangannya terus bergerak lincah mengimbangi sang lawan. Akan tetapi, mengecewakan karena hanya satu pihak yang melakukan serangan.

Penonton pun mendesah kecewa, memduga-duga bagaimana akhir dari pertandingan yang tengah mereka saksikan. Bahkan hingga menit terakhir pun Jimin Hyung tidak bisa mengubah keadaan. Sampai akhirnya bel panjang berbunyi dan usaha Jimin Hyung berakhir sampai di sini.

Tiba-tiba, di tengah arena, Jimin Hyung membuang pedangnya. Ia langkahkan kakinya tegas dan diraihnya kerah baju milik sepupunya. “Mau sampai kapan Hyung memperlakukan aku seperti ini, eoh?!” serunya.

Lima detik, hanya sesingkat itu Yoongi Sunbae menatap Jimin Hyung sebelum akhirnya melepas paksa cengkeraman tangan yang ada pada kerahnya. Kemudian pemuda berkulit pucat itu berlalu pergi tanpa mengatakan sepatah kata apa pun. Wah, bukankah ia sangat dingin melebihi beruang kutub? Kalau aku jadi Jimin Hyung akan kugigit kuping sepupunya itu supaya tidak lagi mengabaikanku.

“Taetae Hyung, bukankah setelah ini pertandinganmu?” tanyaku lalu menoleh ke samping, namun orang yang kumaksud justru sudah menghilang dari tempatnya.

“Ia sudah pergi ke ruang tunggu,” ujar Seokjin Hyung.

“Huh, kenapa tidak berpamitan dulu padaku?!”

“Jungkook-ah,” ucap Seokjin Hyung datar, seolah sedang berbicara pada dirinya sendiri. Aku hanya berdeham menanggapi dan menunggu hal selanjutnya yang ingin ia sampaikan. “Jika nanti kau berhadapan dengan Taehyung, apa yang akan kau lakukan? Apa kau lebih memilih bertahan seperti Yoongi atau justru serius seperti Jimin?”

Story of Spektra : the colour of our soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang