11A. KTH : Whisper

321 49 4
                                    

Happy Reading :)
.
..
....

Taehyung pov

Ayam hutan berkokok dengan lantangnya. Mengusik tidurku yang memang tidak cukup nyenyak kali ini. Saat kucoba menegakkan badan, seluruh otot dalam tubuhku seolah menegang. Mungkinkah ini karena aku tidur dengan posisi duduk dan membungkuk ke depan?

“Posisimu bahkan tak berubah sedikit pun, Jim. Cepatlah bangun dan berhentilah membuat aku khawatir,” keluhkku pada Jimin yang masih terbaring tenang di atas ranjang pesakitannya.

“Hah, sepertinya aku harus menghirup udara segar dulu di luar. Kutinggal sebentar tak apa kan, Jim?” Hanya suara detik jam dinding yang menjawab tanyaku. Pemuda berpipi bakpau di depanku ini sepertinya masih enggan untuk menyahuti ucapanku.

“Cepatlah bangun dan jawablah aku, Jiminie pabo! Huh, kau membuatku hampir gila di sini. Baiklah, aku keluar sekarang,” ocehku, melampiaskan semua kekesalan dan rasa kalutku.

Bagaimana mungkin aku tidak hampir gila sekarang? Melihat Jimin yang berada di ambang maut saja sudah membuat perasaanku resah tak karuan, ditambah lagi mendapat kabar jika lawanku di pertandingan berikutnya adalah Profesor Choi yang notabene orang terhebat di akademi. Bisakah kalian masih tetap waras jika berada di posisiku?

Keputusanku untuk berjalan-jalan sejenak di beranda gedung kesehatan nyatanya merupakan keputusan yang tepat. Menghirup udara hutan yang sejuk dan menikmati sinar matahari yang mulai menerobos masuk, membuat perasaanku menjadi jauh lebih tenang. Ah, inilah hal terbaik yang hanya bisa kau dapatkan dari alam.

Kim Taehyung-ssi, apa kau suka hadiah dariku? Aku membeku seketika tatkala sebuah bisikan tiba-tiba menyelundup masuk ke dalam runguku.

“Siapa di sana?!” seruku sembari menatap sekeliling. Namun, tidak ada siapa pun di sekitar beranda.

Haha, ternyata kau benar-benar melupakanku, Kim Taehyung-ssi. Bagaimana pertunjukan yang kuberikan kemarin? Apakah kau menyukainya?

Pertunjukan? Apakah yang ia maksud insiden yang melibatkan Jimin kemarin?

“Siapa kau sebenarnya?! Tunjukan dirimu! Jangan berani main-main denganku!” seruku lantang, bahkan aku sudah mengepalkan tinjuku sekarang.

Hahaha, lucu sekali. Bayi singa ini sedang belajar mengaum rupanya. Tapi mau bagaimana lagi? Karena kau dan Jungkook telah mengganggu rencanaku beberapa kali, jadi mau tidak mau aku harus memberi sedikit kemurahan hatiku pada kalian, melalui seseorang yang kalian sayangi tentu saja. Ah, sayang sekali, padahal pemuda Park itu tidak bebuat salah apa pun padaku.

“Beraninya kau! Keluar dari persembunyianmu sekarang, B*jing*n!” makiku pada angin. Sekeras apa pun aku menelisik sekitar, tidak kutemukan siapa pun di beranda kecuali diriku sendiri.

Haha, aku rasa sudah cukup untuk saat ini, Kim Taehyung-ssi. Terima kasih karena sudah membuatku tertawa pagi ini. Dah, sampai jumpa lain kali!

“Yak, mau pergi ke mana kau?!” Aku pun berlari menyusuri beranda gedung kesehatan, berniat mengejar suara bisikan yang bahkan tak tahu dari mana asalnya itu. Namun, tiba-tiba...

Dukkk!!!

“Aw...” erangku saat seseorang menabrak tubuhku, untung saja aku tidak sampai terjungkal karenanya. “Jungkookie?”

“Oh, Taetae Hyung, kau mimisan!” seru Jungkook seraya menunjuk hidung bangirku.

Refleks, kusentuh area di sekitar filtrumku. Dan benar, ada darah yang mengalir di sana. Saat melihat noda merah yang kini menempel di jari tanganku, saat itulah aku teringat sebuah memori yang sepertinya sempat aku lupakan.

Story of Spektra : the colour of our soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang