11B. KTH : Whisper

308 49 7
                                    

Happy Reading :)
.
..
....

Area makan asrama terbilang padat siang ini. Mungkin karena semua agenda diliburkan atau juga karena menu bulgogi yang terbilang menggiurkan. Yang pasti keduanya terasa bak tetesan air hujan di tengah kemarau yang melelahkan.

Namun di antara orang-orang yang duduk berdesak-desakan, terdapat satu meja yang tampak begitu lengang dan hanya berisikan dua orang. Sama seperti hari itu, Taehyung dan Jungkook kembali menjadi pusat perhatian. Hampir semua orang diam-diam mencuri pandang dan membicarakan mereka seolah melupakan tujuannya untuk makan.

Bagaimana tidak? Dua akademia baru berhasil mengalahkan para seniornya dan melaju ke babak semifinal turnamen akademi spektra. Bukankah itu berita panas yang memang pantas diperbincangkan? Bahkan atmosfer di sana berhasil membuat seorang Kim Taehyung yang biasanya berinisiatif memecahkan suasana, kini terdiam seribu bahasa. Entah karena suasana di sana atau justru karena suasana hatinya. Bisa juga karena keduanya.

“Bicaralah, Hyung!” ujar Jungkook memecah hening yang melingkupinya dan sang kakak. “Aku tahu sejak tadi ada hal yang ingin kau bicarakan padaku.”

Taehyung menghela napas panjang sebelum membuka suara, “Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan padamu sejak pagi tadi, sesaat sebelum aku pingsan.” Setelah berkata demikian, pemuda pemilik senyum kotak itu kembali diam.

“Kalau begitu tanyakan saja. Aku pasti akan menjawabnya.”

Pemuda bermarga Kim itu kembali menghela untuk yang kesekian kalinya. “Yang akan aku tanyakan ini mungkin saja ada kaitannya dengan kejadian yang kita alami dulu, saat kita mencoba mencari pintu masuk menuju akademi. Em, jadi... apa kau pernah bertemu seorang wanita yang berhubungan dengan para pria berbaju hitam itu?”

“Tidak,” jawab Jungkook apa adanya lalu ia kembali menyuapkan sepotong bulgogi ke dalam mulutnya. “Tapi aku pernah bertemu dengan para pria berpakaian hitam itu lagi saat turnamen baru saja dimulai. Kalau diingat-ingat, itu saat hari pertama pertandinganmu, Hyung.”

“Lalu kenapa kau tidak pernah menceritakannya padaku?!” kesal Taehyung. Bagaimana ia sampai tidak tahu jika Jungkook kembali terlibat dengan hal yang berbahaya?

“Kurasa itu bukanlah hal yang besar. Lagipula saat itu aku hanya membantu seorang spektra merah melawan para penjahat kelas teri yang akhirnya kabur itu.”

“Spektra merah? Siapa?”

Awalnya Jungkook bingung bagaimana cara untuk menjawab pertanyaan Hyung-nya. Ia lupa menanyakan nama pemuda itu sebelumnya. Namun, seperti sebuah kebetulan yang luar biasa, dua orang pemuda masuk ke area makan dengan masing-masing makanan di tangan mereka. Dan di saat itulah, Jungkook menemukan jawaban paling akurat berdiri tepat di depan matanya.

***

Atmosfer di meja Taehyung dan Jungkook yang semula terasa mencekam, kini justru semakin mencekam dengan kehadiran dua pemuda yang baru saja bergabung di sana. Saat ini semua mata seolah terhipnotis dan tak mau berpaling dari keindahan empat mahakarya Tuhan yang kini duduk berdampingan.

Annyeonghaseo,” sapa yang termuda berusaha memecahkan suasana, “perkenalkan saya spektra kuning Choi Beomgyu, teman Yeonjun Hyung.”

“Senang bertemu denganmu, Beomgyu,” balas Taehyung ramah. “Aku baru tahu kalau Yeonjun memiliki teman dekat. Kenapa kau tidak pernah main ke kamar kami?”

“Oh, jadi Sunbae roommate baru Yeonjun Hyung. Heol, Daebak, irinya aku...”

“Apa kau ingin sekamar dengannya? Tidurlah di kasurku kapan-kapan jika kau mau.”

Story of Spektra : the colour of our soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang