1. KTH : What Happen?

1.5K 103 4
                                    

Happy Reading :)
.
..
....

Taehyung pov

Tampak seorang lelaki tampan berbalut seragam sekolah berdiri tepat di depan mataku. Dan lelaki itu adalah aku, atau lebih tepatnya pantulan diriku pada sebuah cermin. Seulas senyum kucoba rekahkan namun hanya rasa canggung yang aku dapatkan. Rasanya aneh jika harus memuji diriku sendiri tampan. Yah, walaupun kenyataannya memang demikian.

Seusai memastikan penampilanku sempurna, aku segera turun ke lantai dasar. Namun hanya sepi dan hening yang mendominasi di sepenjuru ruangan.

"Appa, eoddiga?!"

Tidak ada jawaban. Mungkin satu-satunya keluarga yang aku miliki itu sedang tidak berniat untuk sarapan. Terbukti tidak ada apa pun di atas meja makan sekarang. Sepertinya hari ini pun aku harus membeli roti dan susu sebagai altenatif cadangan.

Karena tidak mendapati presensi appa di ruang makan, aku melangkahkan kaki ke halaman belakang. Biasanya appa suka menghabiskan waktu sendirian di sana selama berjam-jam. Jika sudah demikian, itu artinya ada suatu hal yang mengganjal di pikirkannya.

"Appa, aku pamit berangkat sekolah," ucapku begitu mendapati sosok lelaki yang selama ini membesarkanku tengah berdiri di teras belakang.

"Appa?" sapaku lagi. Namun tetap tidak ada jawaban. "Ah, kalau begitu aku langsung berangkat saja, ne, Appa. Appa jangan lupa untuk sarapan nanti. Annyeong!"

Sebelum pergi, aku sempatkan diri untuk menengok objek apa yang kini tengah mengambil alih atensi appa dariku. Dan lagi-lagi aku mendapati sebatang pohon yang sudah habis-tampak seperti hangus terbakar-berdiri kokoh di satu sudut halaman. Ah, lagi-lagi pohon itu. Apa sih istimewanya pohon yang sudah mati itu?

***

Author pov

"Pelangi adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna yang saling sejajar dan tampak di langit atau medium lainnya. Di langit, pelangi tampak sebagai busur cahaya dengan ujungnya mengarah pada horizon saat hujan ringan. Pelangi juga--"

"Saem?!" seru seorang murid sembari mengangkat tangannya.

"Ya, Jungkook-ssi, ada yang ingin kau tanyakan?"

"Boleh saya izin ke toilet?"

"Maaf, Jeon Jungkook, aku tidak bisa memberimu izin. Pelajaran ini hanya tinggal sebentar lagi dan jangan kau pikir aku tidak tahu kau mau pergi ke mana," tegas Kang-saem.

"T-tapi Saem--"

"Nah, berhubung kau sudah terlanjur mengangkat tangan, sekarang bisa kau jelaskan mengenai fenomena pelangi yang sedang  kupaparkan tadi?"

Dengan lesu Jungkook akhrinya menurunkan tangannya. Oh, dan jangan lupakan air mukanya yang mulai terlihat gugup karena bingung apa yang harus ia jelaskan di depan teman-temannya. Jangan salahkan otaknya, salahkan-lah seseorang di ruangan lain sana yang sedari tadi mengambil alih fokusnya.

"Pe-pelangi terdiri dari tujuh warna. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu."

"Yak, kalau itu anak sekolah dasar juga tahu!" ejek salah seorang murid lainnya yang mampu mengundang tawa seluruh penghuni kelas.

Sedangkan yang ditertawakan hanya mampu menunduk malu. Ia bersumpah akan menghadiahi jitakan bertubi-tubi pada seseorang yang telah mengalihkan fokusnya karena terlampau khawatir.

***

Seorang pemuda bergigi kelinci tengah berlari di sepanjang koridor sekolah. Hanya satu tujuannya saat ini, ruang kesehatan. Sesampainya di sana, tanpa ba-bi-bu, ia langsung membuka pintu kayu di depannya dengan kasar.

Story of Spektra : the colour of our soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang