8. JJK : The Power of Me

439 58 10
                                    

Happy Reading :)
.
..
....

Jungkook pov

Aku tidak dapat menemukan Taetae Hyung di mana pun. Sejak kelas berakhir, bahkan hingga malam menyapa. Seluruh penghuni asrama merah pun mengaku tidak ada yang melihatnya. Sebenarnya di mana ia?

Saat aku berniat menelusuri lantai dasar asrama guna mencari keberadaannya, tiba-tiba seseorang menarik atensiku. “Jimin-ssi!”

“Oh, Jungkook, benar?” tanya pemuda itu saat berbalik menghadapku.

“Ya, benar,” jawabku. “Apa kau melihat Taehyungie Hyung, Jimin-ssi?”

“Pertama, panggil aku dengan sebutan ‘hyung’. Tae bilang kau dua tahun lebih muda dari kami,” terangnya. Aku pun tersenyum kikuk seraya menggaruk tengkukku yang tidak gatal. “Kedua, tadi Taehyung bilang hanya ingin keluar sebentar untuk melihat senja. Apa ia belum kembali sampai sekarang?”

“Belum,” keluhku diikuti dengan gelengan kepala. “Di asramanya juga tidak ada.”

“Ke mana anak itu sebenarnya?” ujar Jimin Hyung, lalu ia memicingkan matanya ke arah koridor yang ada di balik punggungku. “Mungkin kah...?”

“Mungkin kah?”

“Ayo, Jungkook-ah! Sepertinya aku tahu ke mana Taehyung pergi,” ucapnya, kemudian ia menarik tanganku untuk ikut bersamanya.

Jimin Hyung berjalan cukup cepat pada awalnya, tetapi saat jarak antara kami dengan seseorang di depan kami semakin dekat, ia mulai memperlambat langkahnya. Orang itu menoleh ke kanan dan kiri bergantian, memastikan tidak ada orang yang mengikutinya. Untung saja aku dan Jimin Hyung masih sempat untuk bersembunyi, jadilah kami tidak ketahuan. Namun, saat kami perlahan menampakkan diri, orang itu sudah menghilang di depan pintu ruangan Profesor Choi.

“Sebenarnya siapa orang yang sedang kita ikuti, Hyung? Aku sangat tahu kalau orang itu bukanlah Taetae Hyung.”

“Namanya Min Yoongi, ia sepupuku,” jelasnya. “Dan kemugkinan Taehyung menemuinya lagi, kali ini tanpaku. Kami sedang berusaha membujuknya untuk melatih kemampuan api milik Taehyung.”

“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang? Sepupumu itu tiba-tiba menghilang.”

“Hanya ada satu pintu di sini. Dan kau tahu apa artinya?” tanya Jimin Hyung dengan sebuah senyum simpul dan alis yang dinaik-turunkan di akhir kalimatnya.

“Tidak. Menguping itu tidak sopan, Hyung. Aku tidak mau.”

“Ya sudah, kalau tidak mau, akan kulakukan sendiri. Tapi, jangan harap aku akan membagi informasi tentang Taehyung setelah semuanya selesai nanti.”

Awalnya aku bingung dengan dua pilihan yang ada di depan mataku, tapi akhirnya kucoba untuk melawan kata hatiku dan ikut menguping bersama Jimin Hyung yang sudah menempelkan telinga kanannya di pintu besar ruangan Profesor Choi.

“Kita sudah tidak punya pilihan lain, Profesor. Mereka kini semakin nekat dan sudah berani menerobos masuk ke area akademi. Kita harus memberi tahu para akademia untuk meningkatkan kewaspadaan,” ujar sebuah suara yang jika aku tidak salah menebak, Hoseok Hyung-lah pemiliknya.

“Aku setuju dengan pendapat Hoseok kali ini, Profesor. Satu orang akademia telah menghilang dan ini bukanlah hal kecil yang bisa kita sembunyikan terus-menerus,” sahut suara lain, suara Namjoon Hyung.

“Hah... kalian benar, kita harus segera mengambil tindakan. Aku akan mengumumkannya malam ini juga,” putus Profesor Choi pada akhirnya. “Oh, dan Yoongi, sepertinya ada hal lain yang ingin kau sampaikan padaku?”

Story of Spektra : the colour of our soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang