10. MYG : The Fate

413 54 4
                                    

Happy Reading :)
.
..
....

Yoongi pov

Pukul 00.45, beberapa menit setelah pengumuman mendesak di aula utama...

Aku benci menjadi pusat perhatian, sangat benci. Namun, malam ini seluruh mata penghuni akademi terarah padaku sebagai anggota bangtan yang resmi. Sebenarnya bukan keinginanku untuk menjadi anggota bangtan dan mendapat banyak sorotan, akan tetapi aku hanya memenuhi garis takdirku yang tampak tumpang-tindih dengan dua anggota bangtan yang lain.

Ya, aku tahu semua itu karena aku memang bisa melihat takdir atau bahkan masa lalu seseorang. Tapi, kemampuan ini tak ayalnya sebuah kutukan bagiku karena tidak sedikit kisah pahit yang berputar layaknya rolle film di dalam kepalaku. Dan kali ini, kami kembali berkumpul di ruangan Profesor Choi karena satu takdir yang tampak begitu mengerikan, takdir seseorang yang akan membawa kaum spektra menuju jurang kemusnahan.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan pada kami, Yoongi Hyung? Kalau tidak salah ingat, kau menyebutkan nama Taehyung sebelumnya?” tanya Namjoon membuka percakapan.

“Ya, benar. Dia-lah alasan kita berkumpul saat ini. Aku bertemu dengannya siang tadi dan tidak sengaja melihat garis takdirnya.”

“Apakah ada yang aneh dengan takdirnya sampai kau meminta kami untuk berkumpul?” Kali ini Hoseok yang bertanya mewakili rasa penasarannya yang sepertinya sempat tertahan.

Sejenak, aku terdiam dan menatap mata Profesor Choi seolah meminta persetujuan. Entah mengapa, aku merasa bahwa Profesor Choi sudah tahu hal penting apa yang ingin aku sampaikan. Saat beliau mengedipkan matanya mantap, saat itulah aku kembali memulai percakapan.

“Kim Taehyung, dia-lah orangnya, spektra merah dengan kemampuan blood control yang menggenggam takdir seluruh kaum spektra di atas tangannya. Aku bahkan tidak menyangka akan bertemu dengannya secepat ini,” terangku panjang lebar.

Keterkejutan tampak begitu jelas dari wajah dua pemuda yang kini berdiri di sampingku. Namun berbeda dengan Profesor Choi, ia terlihat begitu tenang seolah itu bukanlah masalah besar.

“Aku sudah merasakan ada aura yang kuat saat pertama kali melihatnya,” ungkap Profesor Choi. “Jadi, apa kau melihat kapan malapetaka itu akan terjadi? Mungkinkah pada saat bulan purnama merah yang diprediksi akan muncul sebentar lagi?”

“Ada begitu banyak garis takdir dan kemungkinan dalam kehidupan seseorang, jadi saya tidak bisa memastikannya. Tapi, untuk saat ini, garis takdirnya memperlihatkan jika itu terjadi sebelum bulan purnama merah datang. Ia akan mati oleh kaki tangan sang kegelapan.”

“APAAA...?!” seru Hoseok memekakan telinga, “Bagaimana bisa takdirnya berkaitan dengan dunia gelap?”

“Apakah semua hal yang terjadi akhir-akhir ini merupakan ulah si kaki tangan kegelapan itu?” tanya Namjoon yang tentu tak dapat dijawab oleh siapa pun yang ada di sana.

“Profesor, haruskah kita membunuh pemuda itu sebelum malapetaka terjadi?”

HYUNGGG...!!!” seru Hoseok lagi, bahkan lebih parah kencangnya daripada yang tadi.

“Itu akan menjadi pilihan terakhir. Untuk saat ini, kita awasi dulu sejauh mana kemampuan blood control itu akan berkembang,” putus Profesor, “dan Yoongi, aku ada satu permintaan untukmu.”

Saat Profesor Choi menyebutkan kata “permintaan”, saat itu juga aku memiliki sebuah firasat buruk dan berintuisi untuk menolak. Namun, segenap kata penolakan seolah terkunci di dalam kerongkonganku. Sehingga, pada akhirnya, aku harus terjebak bersama pemuda Kim itu demi menjadi mata dan telinga para bangtan.

Story of Spektra : the colour of our soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang