2. KTH : Who Am I?

753 83 6
                                    

Happy Reading :)
.
..
....

Taehyung pov

Aku melangkah gontai ke dalam rumah, masih tak bisa percaya dengan apa yang tadi kulihat. Semuanya benar-benar tidak masuk akal. Namun aku bisa apa? Bertanya atau bercerita pada siapa pun pasti aku akan langsung dianggap gila.

Maka aku pun hanya mengubur semua ingatan itu di dalam kepala. Namun nyatanya sebagian diriku belum bisa berhenti memikirkan hal yang hampir saja merenggut kewarasanku tadi.

Di rumah, aku segera berlalu mencari appa setelah melemparkan tasku ke atas sofa begitu saja. Dan aku mendapati sosok lelaki empat puluhan itu masih berdiri di teras belakang rumah dalam posisi yang sama—seperti saat aku meninggalkannya tadi pagi.

Kali ini aku memilih untuk diam, menyejajarkan diri di samping appa dan menatap lurus ke depan. Hanya ada hamparan rumput, beberapa pohon, dan banyak tanaman mawar. Ah, aku sendiri baru sadar kalau halaman belakang rumah terasa begitu indah dan menenangkan. Pantas saja appa suka menghabiskan waktu selama berjam-jam di sini.

“Kau tahu?” Aku menoleh pada appa yang mulai memecah hening walau pandangannya tidak ada padaku, masih tertuju pada seonggok batang di ujung sana.

Aku diam, memilih untuk menjadi pendengar yang baik mulai sekarang.

“Pohon yang habis terbakar di ujung sana, kau-lah yang melakukannya,” lanjutnya dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Dan demi seluruh kewarasan yang masih tersisa di dalam diriku, aku sangat benci mendapati hal-hal konyol lagi hari ini.

***

Author pov

Lima belas tahun lalu...

Seorang anak kecil tengah berlarian di halaman belakang rumahnya. Di usianya yang baru menginjak satu tahun, bisa dibilang jika perkembangan motoriknya begitu cepat dibandingkan anak-anak lain seusianya. Dan betapa bahagianya ia kala sang ayah membelikannya sepatu baru berwarna merah. Bahkan seulas senyum kotak tak bisa lepas dari wajah mungilnya.

“Tae, hati-hati, Nak! Jangan berlarian seperti itu, nanti kau jatuh!” tegur sang ayah dari ambang pintu belakang.

Taehyung kecil yang tengah asyik dengan dunianya sendiri, tentu tidak menghiraukan nasihat sang ayah. Ia hanya terlalu gembira berlarian ke sana ke mari di hamparan rumput hijau sembari sesekali menghentak-hentakkan kakinya ke tanah.

Dan, bruukkk!!!

“Ya ampun, Tae, baru saja tadi appa bilang untuk hati-hati!” seru sang wali tunggal itu seraya berjalan menghampiri anaknya yang baru saja jatuh akibat terkantuk akar pohon.

Namun pria dewasa itu terlihat sangat santai menanggapi apa yang baru saja terjadi. Mungkin karena ia mengira itu bukanlah masalah besar. Toh, sang anak juga tidak menangis. Tapi apa yang terjadi berikutnya mampu membuatnya berteriak histeris dengan setumpuk gurat ketakutan di wajahnya.

“Taehyung-ah, ya ampun, apa yang terjadi?!” teriaknya kala mendapati kobaran api mulai merambat dari sekitar kaki sang anak dan membakar seluruh tubuh pohon di depannya.

Dengan sigap lelaki itu segera menggendong anaknya dan menjauhkannya dari kobaran api yang semakin menjadi karena terpaan angin yang tiada henti.

“Hihihi...” Taehyung kecil kini justru terkikik geli sembari terus bertepuk tangan gembira. Menyaksikan api yang meliak-liuk seolah sedang menari membuat raut kebahagian di wajah mungilnya menjadi berkali-kali lipat lebih menggemaskan daripada sebelumnya.

Story of Spektra : the colour of our soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang