Ikhlas

149 12 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Meski fikiranku keras menolak namun jalan memaksaku berkata iya, ku tak tahu apa yang hatiku ingin namun yang pasti satu hal, mencoba untuk ikhlas"

~ Raihana Nabiha Hamiid ~

Raihana Pov

Hari ini aku yang duduk di tepi jendela kamar berusa menguatkan hati agar apa yang ku pilih sekarang tak akan pernah kusesali suatu hari nanti.

Kini rasanya aku ingin teriak keluar jendela, menumpahkan segala apa yang kurasakan pada angin lalu agar ia membawanya terbang sejauh mungkin, hingga tak ada beban lagi yang harus kusimpan.

Aku tahu ini bukan hal yang mudah namun aku berusaha untuk mencoba, mencoba keluar dari zona yang kuharapkan.

Baru saja ingin ku buka jendela besar ini, teriakan dari bawah tiba-tiba mengulurkan niatku.

"Rai, turun sayang, ayo... Cepet Rai ada seseorang yang ingin menemui mu," teriak bunda.

"Iya bund, bentar lagi Rai turun..." jawabku singkat.

5 menit aku mengumpulkan nyawa untuk turun ke bawah, dengan keterpaksaan akupun beranjak dari tepi jendela menuju tangga, perlahan ku langkahkan kaki menuju ruang tamu dan seketika aku terpaku melihat sosok yang kini tengah berbincang dengan ayah dan bundaku.

Seketika rasanya nafasku ini akan berhenti, suhu tubuhku tiba-tiba saja dingin dan mulutku tak bisa berucap sepatah kata pun.

Bukan karena aku terpesona dengan sosok itu, melainkan aku kaget melihat dia yang ternyata adalah teman masa kecilku.

Author Pov

Yah, sosok yang Raihana maksud adalah Afnan Malik Assaggaf teman masa kecilnya. Raihana tidak tahu apa yang Afnan lakukan di rumahnya? Kini fikirannya kacau.

Raihana pun perlahan mendekati mereka lalu duduk disebelah bundanya, namun ia tidak berani menatap afnan ataupun orang yang ada disekitarnya.

Untuk mencairkan suasana ayah Raihana akhirnya buka suara.

"Nak... Kamu masih ingat apa yang ayah dan bunda katakan kemarin?" tanya ayahnya to the point.

Raihana hanya mengangguk tanpa mengangkat wajahnya, namun terlihat jelas ia gugup dan menggulung ujung khimarnya.

"Mungkinkah ia orang yang akan dijodohkan denganku, jika benar apa aku siap? Ya Tuhan tolong bebaskan aku dari situasi ini!" Batin Raihana yang seakan ingin teriak dihadapan mereka.

"Baiklah, nak kamu sudah mengenalnya bukan?" tanya ayahnya kembali sembari mengangkat dagu putrinya dan menghadapkan pada Afnan.

Dengan wajah afnan yang terlihat dingin hanya menyunggingkan sedikit senyuman membuat Raihana semakin gugup, Raihana hanya mengangguk pasrah.

"Dialah calon imam mu nak," jelas bundanya seakan membuat Raihana terdiam.

Bagai disambar petir hati Raihana begitu sakit, entah kenapa tapi yang pasti perlahan matanya memanas dan mulai mengeluarkan bulir bening.

Jodoh Lauhul MahfudzkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang