Dilema

176 13 1
                                    

" Hari ini takdir membawaku pada sebuah persimpangan, mencoba memilih diantara dua pilihan yang bercabang, akankah keyakinanku mengalahkan keinginanku atau justru sebaliknya? Segalanya ku kembalikan kepada-Mu "

~ Raihana Nabiha Hamiid ~

Author Pov

Saat ini gadis manis yang beranjak dewasa itu kini tengah menatap keluar jendela kamar, menikmati setiap gesekan hembusan angin yang mengenai wajahnya, mencoba meresapi setiap kata yang baru saja tertangkap oleh indra pendengarnya itu. Menatap senja tepat dihadapannya dengan kicauan burung-burung yang beterbangan diantara senja.

Masih sangat sulit ia terka dengan fikiran, masih sangat sukar ia cernah dengan nalarnya. Sesuatu yang selalu ia ekspektasikan akan terhapus oleh fakta yang hadir dihadapannya.

Mungkinkah ini sudah tertulis? Akankah keyakinan yang selama ini menjadi prinsipnya akan goyah?

Fikirannya kini benar-benar gusar....

"Ahhh, bingung Ya Allah...." jeritnya sambil menepuk kepala dengan kedua tangannya yang mungil.

"Apa yang harus Rai lakukan Ya Allah? Apa? Ehmmmmm... Rai pusing," rengeknya sambil menatap langid dan menengadahkan tangannya.

Belum selesai ia melanjutkan perkataannya tiba-tiba suara ketokan pintu terdengar dari luar kamarnya.

"Raihana... Rai buka pintu ini bunda sayang," teriak bundanya dari luar kamar.

"Aduh.. Bunda lagi, pasti mau bahas masalah tadi," ocehnya sambil berjalan menuju pintu.

"Iya bun, bentar..." balasnya sambil memutar kunci pintu dan membukanya segera.

"Kok lama bukanya?" tanya wanita paruh bayah yang kerap ia sapa bunda.

"Ihhh... bunda mah, orang nggak lama. Tadi Raihana habis buka jendela kamar biar udara segar tuh masuk ke dalam, soalnya kamar ini tuh pengap bunda... Raihana butuh oksigen udara SEGARRRR," jelasnya dengan nada yang sedikit ngegas.

"Hehehehe, iya deh anak bunda ini emang paling jago yah ngelesnya..." ujar bundanya dengan nada mengejek, namun sepertinya anak gadis kesayangannya itu tidak punya mood bercanda untuk saat ini.

"Bun....." rengeknya.

"Hehehe, iya deh maafin bunda. Bunda tapi mau ngomong berdua, boleh?" jelas bunda Raihana sembari menggandeng tangan putrinya itu dan berjalan menuju jendela.

Raihana hanya mengangguk sebagai tanda iya mengizinkan bundanya untuk bicara.

"ehmmm... Gini, Rai tau kan bunda dan ayah sayang banget sama Rai?" tanya bunda.

Lagi-lagi hanya dibalas anggukan oleh Raihana.

"Rai tau, Rai itu bidadari kecilnya ayah dan bunda dan akan selalu seperti itu sampai kapan pun. Kami orang tua hanya mau yang terbaik buat anak-anaknya, bunda dan ayah juga sedih jika mengingat bunda dan ayah harus melepaskan Rai kepada orang lain. Bunda sangat mencintai bidadari kecil ini, bunda nggak mau jika harus berpisah dengan Rai sayang..." jelas bundanya dan tiba-tiba buliran bening keluar dari pelupuk matanya, membuat Raihana juga ikut terbawah.

Jodoh Lauhul MahfudzkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang