Pagi ini suasana mension terdengar sedikit berisik, terlihat bagian dapur yang sudah sangat berantakan karena kedetangan Chenle pada singgahsana bibi Choi. Ia terus saja merecoki acara memasak bibi Choi dengan alasan ingin belajar memasak. Padahal Chenle sendiri sudah sangat mahir dalam urusan dapur, tapi tetap saja cita citanya ingin mengalahkan masakan bibi Choi.
"Lele, kembalilah ke meja makan dan tunggu semua ini selesai, jangan memasuki singgahsana bibi" tegur bibi Choi terlihat mulai kehilangan kesabarannya.
"Aku juga ingin membantu" dumal Chenle membuat bibirnya terlihat sedikit mengerucut.
"Apa itu bisa di sebut membatu jika kau hanya membuntuti bibi saja?"
"Tch, menyebalkan" Chenle menghentakkan kakinya dan keluar dari singgahsana bibi Choi.
Masih dengan bibirnya yg mengerucut kesal ia duduk di meja makan. Namun atensinya berubah saat mendengar suara langkah yang medekat ke meja makan.
"Jisungiiieee~~~" panggil Chenle lalu menghampiri pria itu dan memeluknya.
Setelah kejadian tempo hari mereka terlihat semakin berani melakukan sedikit skinship. Tapi apa itu bisa disebut skinship? Entahlah. Walau begitu masih saja belum ada hubungan yang jelas di antara ke duanya.
"Selamat pagi" sapa Jisung sembari mengusak kepala Chenle.
"Selamat pagi bibi Choi" sapa Jisung saat melihat bibi Choi yang masih bergelut dengan sayuran di singgahsananya.
"Pagi nak Jisung, bolehkah bibi minta tolong nak?" Ujar bibi Choi dengan lembut.
"Tentu"
"Tolong jaga temanmu itu untuk tidak memasuki singgahsanaku disaat aku sedang memasak" tukas bibi Choi.
"Bibiii~~~~, kau mengusirku?" Kesal Chenle.
"YA" tegas bibi Choi.
Jisung yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala, kedekatan keduanya memang sudah seperti ibu dan anak, bahkan bibi Choi sudah tidak sungkan lagi jika harus memarahi Chenle, jika anak itu memang melakulan kesalahan. Dan Chenle pun tak masalah dengan hal itu, karena ia sudah menganggap bibi Choi sebagai ibunya sendiri.
"Kau merecoki bibi Choi lagi?" Tanya Jisung dengan nada selembut mungkin.
"Aku tidak, aku hanya ingin membantunya" bela Chenle yang merasa tertuduh.
"Mana ada yang disebut membantu jika hanya memegangi baju belakangku dan mengikutiku kesana kemari" ujar bibi Choi sembari mengejek, Chenle yang mendengar itu melemparkan lirikan tajamnya pada bibi Choi, yang malah di hadiahi ekspresi mengejek dari bibi Choi.
"Sudah, kau tidak akan pernah bisa kalah dengnnya" tutur Jisung.
"Ya, kau benar" Jawab Chenle yang masih bersendekap dada.
"Berapa lama liburmu untuk semester ini?" Tanya Jisung tiba tiba.
"2 minggu"
"Sejujurnya aku berniat mengunjungi orang tuaku untuk liburan ini, ibuku bilang dia sagat rindu" ujar Jisung.
"Kau akan pulang ke desamu?" Perubahan ekspresi Chenle terlihat mencolok, yang awalnya terlihat kesal tiba tiba saja berubah menjadi ceria saat mendengar perkataan Jisung barusan.
"Ya, aku ingin sesekali mengunjungi mereka"
"Bolehkah aku ikut?"
Sudah Jisung duga jika tuannya ini akan memintanya untuk ikut, Chenle selalu suka dengan hal hal baru.
"Kau yakin? Rumahku tidak ber AC, dan tidak ada ranjang tidur yang empuk seperti disini!" Kata Jisung yang mencoba memperingati tuannya, takut takut jika nanti tuannya merasa tak nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Loveguard - Jichen ✅
Ficção Adolescentemenceritakan sebuah kisah ringan antara bodyguard Jisung dan Tuan muda Chenle. "ayah aku sudah besar, tidak perlu menggunakan bodyguard sepertinya~~" - Zhong Chenle "sebenarnya aku ini bodyguard apa babysitter?" - Park Jisung BxB ⚠️ Homopobic ❌ Baha...