Pagi ini Chenle sudah terlihat bangun lebih awal dari biasanya. Terlihat juga Jisung yang masih bergumul dengan selimutnya. Chenle tak mau memperdulikan itu, ia ingin jalan jalan pagi melihat perkebunan sekitar.
Ketika Chenle menuju ladang ia melihat Ayah Jisung disana. Dan Chenle menghampirinya.
"Ayaaahhh" teriak Chenle dari kejauhan dan melambaikan tangnnya.
"Oh, kau sudah bangun" tanya Ayah Jisung dengan sedikit berteriak. Karena tak ingin membuat kegaduhan Chenle lebih baik mengalah dan menghampiri Ayah Jisung.
"Ayah sedang apa sepagi ini?" Tanya Chenle.
"Mempersiapkan bibit yang akan kita tanam nanti"
"Wooaaahhh, mereka sangat kecil, aku tak sabar untuk nanti" ujar Chenle dengan girang.
"Kenapa kau sudah bangun? Apa kau tidak bisa tidur? Maaf rumah kami tak senyaman rumahmu" sesal Ayah Jisung yang merasa tak enak karena fasilitas rumah yang masih sederhana.
"Eemmm, tidaaaaakk, aku tidur dengan nyenyak, bahkan kasur lipatnya juga terasa hangat jadi aku tidak kedinginan. Aku hanya ingin berjalan jalan saja" ujar Chenle meyakinkan tuan Park.
"Ah syukurlah jika begitu, dan kenapa kau sendirian hm? Di mana brandalan itu?"
"Haha, dia masih tidur Ayah, aku tak mau membangunkannya. Lagi pula sudah cukup lama aku tak pernah jalan jalan sendiri, dia selalu membuntutiku Ayah" ujar Chenle.
Tuan Park hanya menggeleng mendengar itu.
"Ayah sebentar lagi selesai, mau ayah temani jalan jalan, ayah takut jika ada yang mengganggumu nanti" pinta Ayah Jisung yang terlihat khawatir.
"Tidak perlu Ayaaahh, aku sudah besar, aku bisa menjaga diri sendiri" serkah Chenle.
Setelah meyakinkan Ayah Jisung jika ia bisa pergi sendiri ia pergi menuju sungai kecil di sebelah sawah. Sepertinya sungai ini dugunakan untuk mengalirkan air ke sawah sawah. Chenle duduk di salah satu batu yang cukup besar di tepi sungai menyelupkan kakinya di air sungai yang cukup dingin. Chenle menikmati moment ini menghirup udara segar yang jarang sekali ia dapatkan, ia akan memanjakan dirinya disini.
Saat matahari mulai memunculkan sinarnya dari balik bukit, ia bergegas untuk pulang, takut takut jika ia akan tertinggal pergi ke ladang. Saat berjalan tiba tiba saja ada seseorang yang menepuk bahunya.
"Hey" panggil seseorang itu.
"Oh, hi"
Seseorang itu ternyata teman Jisung. Gadis feminim yang amat sangat cantik yang seharian kemarin menempel pada Jisung.
"Eeemm, kita belum berkenalan. Aku Soo Ah teman Jisung dari kecil" terdengar sedikit pamer tapi Chenle tak peduli.
"Aku Chenle"
"Apa kakak baru saja jalan jalan?"
"Hng"
"Yaaaa tempat ini memang cocok untuk anak kota seperti kakak" celoteh gadis itu.
"Aku dengar kakak orang China, kenapa kakak bisa di sini?" Tanyanya lagi.
"Melanjutkan studyku" jawab Chenle acuh. Ingat mereka belum saling mengenal dan inilah sikap Chenle pada orang baru.
"Kenapa harus Jisung yang menjaga kakak?" Tanya gadis itu lagi.
"Kau bisa menanyakan sendiri pada Jisung" lagi lagi Chenle menjawabnya dengan nada yang cuek.
Setelahnya tidak ada perntanyaan pertanyaan lagi untuk Chenle. Dan mereka juga hanya diam sepanjang perjalanan pulang.
"Waaahhh, buah pulmnya sudah matang" ujar gadis itu tiba tiba. Chenle yang mendengarnya tentu saja langsung berbalik. Gadis itu menginstruksinya untuk mendekat. Dan dilihatnya buah pulm merah kecil di salah satu pohon di pinggir jalan.
![](https://img.wattpad.com/cover/260341884-288-k367976.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Loveguard - Jichen ✅
Teen Fictionmenceritakan sebuah kisah ringan antara bodyguard Jisung dan Tuan muda Chenle. "ayah aku sudah besar, tidak perlu menggunakan bodyguard sepertinya~~" - Zhong Chenle "sebenarnya aku ini bodyguard apa babysitter?" - Park Jisung BxB ⚠️ Homopobic ❌ Baha...