[M] Agaknya, nyaris tiada hari tanpa pertengkaran dalam hidup Lalisa Hwang beserta Ahn Jungkook. Beragam makian serta sumpah serapah seakan tak ada habisnya terlontar dari belah bibir masing-masing. Mereka selalu saling menatap tajam, seolah siap me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jungkook-ah! Kita mau kemana?!" Lisa bertanya ketika Jungkook terus saja menarik pergelangan tangannya dan melangkah semakin menjauh dari kerumunan. Jujur saja, Lisa belum pernah melihat ekspresi Jungkook yang sedingin ini. Sebenarnya kenapa? Apa yang terjadi dengan pemuda Ahn tersebut?
"Jung.."
"Jungkook.."
"Ahn Jungkook!" Lisa menghempaskan tangan Jungkook, tepat ketika mereka masuk ke dalam area toilet wanita. Beruntung, tidak ada siapapun disana. "Ada apa denganmu?!"
Jungkook tampak mengeraskan rahangnya. Ia ingin marah, ingin memberitahu Lisa dengan gamblang bahwa ia tidak suka melihat gadis itu terlalu dekat dengan pemuda manapun selain dirinya. Namun isi kepala Jungkook masih dapat berfungsi dengan baik sehingga ia tidak lupa sedikitpun mengenai hubungan mereka yang telah lama berakhir.
Mendapati keterdiaman Jungkook, membuat Lisa menggeleng pelan--tak habis pikir. Ia hendak melangkah pergi, tapi Jungkook kembali menahan pergelangan tangannya.
"Kau.." Jungkook menggigit pipi bagian dalamnya, terdengar sedikit ragu namun tetap berusaha untuk bersikap tenang. "Kau mencintai Younghoon?"
"Bukan urusanmu." Lisa menjawab cepat. Ia hendak keluar dari area toilet ini, tapi Jungkook lagi-lagi memegang pergelangan tangannya.
Gadis itu menghembuskan napas panjang. Ia sama sekali tidak berminat untuk menjawab pertanyaan semacam ini. "Memangnya kenapa kalau aku mencintai atau tidak mencintai Younghoon? Apa hal itu akan merugikanmu?"
Jungkook menatap tajam. Tangan yang satunya terkepal kuat, menahan gemuruh yang meletup-letup didalam dada. Mungkin ini akan terdengar gila. Namun Jungkook tetap akan mengatakannya. "Tidak boleh. Kau tidak boleh mencintai dia."
Lisa mengerutkan dahi, merasa terkesiap. Ia bukannya tidak mengerti maksud dari ucapan Jungkook. Ia hanya tidak menyangka kalau pemuda tersebut benar-benar akan mengatakannya secara terang-terangan seperti ini. "Kenapa? Kenapa aku tidak boleh mencintainya? Lantas bagaimana denganmu dan Gyuri-Eonnie?"
"Aku tidak pernah mencintainya! Aku hanya menyayanginya sebagai seorang kakak!"
Lisa mendengus pelan seraya tersenyum miring. Luka dihatinya seakan terbuka lagi. "Oh, kalau begitu, seharusnya dahulu aku juga boleh menyayangi Younghoon sebagai teman dekatku. Aku boleh membatalkan kencan kita secara tiba-tiba hanya untuk mengantarnya ke dokter. Aku juga boleh membiarkan ia bergabung di meja kita saat makan siang. Aku boleh memeluknya, menggenggam tangannya, dan juga menerima panggilan telepon darinya kapanpun aku mau. Benar, 'kan? Sama seperti apa yang kau dan Gyuri-Eonnie lakukan waktu itu."
Jungkook menggigit kecil bibir bawahnya tatkala rasa sesak merambati rongga dadanya secara perlahan. Ia seolah mendapatkan sebuah tamparan keras yang mampu menarik kesadarannya kuat-kuat.
Pemuda tersebut masih menatap Lisa, melihat bagaimana netra hazel itu mulai melembab ketika air mata menggenang tanpa diperintah. Membayangkan apa yang Lisa ucapkan barusan saja sudah cukup untuk membuat hati Jungkook terasa hancur. Lantas bagaimana dengan Lisa yang terus menerus merasakan pedihnya luka ketika Jungkook melakukan tindakannya secara nyata?