"Jungkookie!"
Jungkook menoleh, tersenyum menyambut kedatangan Lisa yang berlari kecil menghampirinya. "Kau terlambat lima menit." ucapnya seraya merapikan poni si gadis yang sedikit berantakan karena tertiup angin.
"Aihh, hanya lima menit, kok. Kau tahu? Baby Lego itu rakus sekali. Jadi aku harus menyiapkan makanan lebih banyak lagi."
Jungkook terkekeh. Ia memakaikan helm pada Lisa. "Kalau begitu, cukupkan saja. Baby Lego yang terakhir."
"Kenapa?" Lisa protes, tak terima. Ia bertolak pinggang sembari berkata, "Bukankah kau sendiri yang bilang ingin memiliki anak yang banyak?"
"Iya, sayaaaannggg..." Jungkook menjawil puncak hidung Lisa dengan gemas. "Tapi bukan anak kucing, melainkan anak kita."
"Jadi maksudmu--Leo, Luca, Lily, Louis dan Baby Lego bukan anak-anak kita?!"
Jungkook menghembuskan napas lelah. "Iya, mereka anak-anak kita juga. Tapi yang kumaksudkan bukan itu. Memangnya kau tidak mau membuat anak bersamaku?"
Mendengar hal itu, kedua pipi Lisa lantas bersemu merah. Ia baru memahami ucapan Jungkook. "Yak! Dasar!" Gadis itu mencubit-cubit pinggang sang kekasih sampai pemuda itu meringis dan tertawa, memohon ampun.
"Minggu depan kita harus bekerja keras. Festival musik sebagai persembahan untuk perpisahan kelas tiga tidak boleh gagal." Lisa masihlah seorang anggota OSIS biasa. Namun aura kepemimpinannya sudah terpancar nyata. Gadis itu lalu menaiki motor Jungkook, memeluk kekasihnya sebelum motor sport itu melaju.
Jungkook sangat bangga dengan kekasihnya. Ia mendengarkan dengan penuh kekaguman sembari mengucapkan penuh rasa syukur dalam hati. Ia hanya merasa sangat beruntung karena bisa memiliki Lisa. Terlebih lagi, hubungan mereka telah terjalin selama lebih dari satu tahun. Jadi jangan tanya sebesar apa perasaan Jungkook untuk gadis itu.
Agaknya, sejauh ini mereka belum pernah melewati permasalahan yang besar hingga kata berakhir terucap. Mereka cukup memahami satu sama lain.
Lalisa Hwang dan Ahn Jungkook. Nyaris semua murid di SMA ini tahu siapa mereka. Pasangan terfenomenal; si gadis yang cantik dan pintar, serta si pemuda yang tampan dan keren. Sama-sama murid populer dan berprestasi dibidang masing-masing. Mereka berdua sangat cocok ketika disandingkan.
Entahlah. Mungkin Tuhan memang sedang bahagia ketika menciptakan mereka berdua. Lihat saja bagaimana genggaman tangan itu bertaut erat. Kemudian, coba perhatikan bagaimana dua sudut bibir mereka yang terukir hingga mampu menarik kedua sudut mata dan mencapai hati. Mereka benar-benar bahagia karena saling memiliki.
Masih tersisa satu jam sebelum bel masuk. Jungkook sengaja menarik tangan Lisa menuju halaman belakang bangunan sekolah, tepatnya didekat gudang peralatan olahraga--dimana tidak ada satupun orang yang berada disana.
"Ahn Jungkook, jangan macam-macam." Lisa memperingatkan. "Kau tahu 'kan, jam pertama adalah pelajaran Mr. Kim?"
"Hei, apa yang kau pikirkan?" Jungkook tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex | Lizkook✔️
Fiksi Penggemar[M] Agaknya, nyaris tiada hari tanpa pertengkaran dalam hidup Lalisa Hwang beserta Ahn Jungkook. Beragam makian serta sumpah serapah seakan tak ada habisnya terlontar dari belah bibir masing-masing. Mereka selalu saling menatap tajam, seolah siap me...