16. "Aku hidup, Ray !"

1.1K 172 8
                                    

Chapter ini berisi hal unyu dan fluffy 

===============

Ray mengerutkan alisnya. Mata apatisnya tampak berkaca-kaca karena kelelahan. Dia hanya terdiam tanpa melakukan apapun seolah dia lupa apa yang harus dia lakukan selanjutnya.

Dia cuma memelototi pergelangan tangan Norman, sebelum perlahan menggerakkan ibu jarinya ke atas tangan itu dan menggenggamnya erat sampai warna merah menyala tampak di tangan sang albino.

Kejadian itu sangat singkat, tapi sentuhan Ray yang lembut dan tentatif serta hati Norman yang berdetak tidak karuan membuat hal itu seperti berlangsung selamanya.

Paling tidak sebelum Ray membuat jarak di antara mereka. Langkahnya canggung dan lunglai.

Sudah minum teh seperti tadi malam pun, si bodoh yang keras kepala itu masih kelelahan.

Norman tahu dia tidak bisa memaksa penderita insomnia untuk tertidur, tapi tetap saja ...demi Ray.......

Senyum Norman menghilang. Dia mencoba mengabaikan perasaan tidak berdaya yang mengganggunya dan fokus pada sensasi sentuhan lembut di pergelangan tangannya. Dia mendorong hatinya untuk tenang dan segera memutar otaknya tentang kejadian tidak terduga ini.

Ray yang memegang tangannya setelah bermimpi buruk.

Tangan..........Nadi ?

Denyut jantung.

Oh ...

Sebuah perasaan ragu menghampirinya membuatnya hampir mengesampingkan penemuannya.

Dia tidak seharusnya mencari-cari tentang apa yang mengganggu Ray, terutama setelah Ray memaksakan diri untuk mencari bantuannya. Tetapi setelah mengira-ngira mimpi buruk apa yang terjadi pada Ray, dia merasa dirinya menyerah pada keinginannya untuk menyayangi temannya yang bersurai hitam itu.

Norman selalu bertanya - tanya 'ada apa?' 'apa masalahnya?' beberapa hari terakhir ini. Dia tidak bisa berhenti begitu saja ketika dia akhirnya mendapat jawabannya, tidak peduli seberapa banyak jawaban yang didapatkannya.

Kamu tahu apa yang salah. Kamu dapat membantu.

Dia menarik lengan baju Ray.

Tubuh Ray menegang. Dia berusaha bersikap defensif, tetapi tidak mampu memberi apapun selain tatapan lelah. "Apa?"

Norman memeluk kepala bocah itu, memastikan pelukannya mudah ditolak.

Ray semakin menegang. Matanya yang tampak kesal melebar.

Norman dengan lembut membimbingnya lebih dekat dan mendekatkan kepalanya ke dadanya. Dia menyaksikan temannya tersipu, memprotes dengan lemah - Ray pasti benar-benar lelah sampai tidak bisa menolak - tapi masih menuruti permintaan aneh Norman.

"Norman, aku bersumpah, jika ini adalah salah satu ide anehmu untuk membantu, aku akan-"

"Dengarkan saja, idiot."

Ray melakukan apa yang diminta dengan sedikit keluhan.

Dengan lembut norman menggenggam tangan Ray dan meletakkannya di dadanya, memperdengarkan detak jantuknya pada temannya itu

Aku hidup, Ray

Norman menunggu, melihat apakah bocah itu akan menolak usahanya untuk menghiburnya.

Smile (While You Can)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang