21. Apakah Mama yang melukai Ray ?

921 138 16
                                    


Norman bebar-benar menggap Emma akan menjadi sekutu yang hebat. Gadis itu pintar dan juga kuat.

Sayangnya, pilihan itu mengganggunya.

Dia tidak pernah bisa secara eksplisit membatalkan kesepakatannya dengan Ray, tidak setelah melihat betapa kerasnya sahabatnya itu berusaha mendorong kebencian pada dirinya sendiri untuk mencari bantuannya. Lebih baik Norman melakukan langkah kecil, namun tetap maju.

Ah, memiliki hati yang romantis memiliki banyak kerugian ternyata.

"Nah" dia tersenyum, terbiasa dengan kebohongan kecil ini. "Ray hanya sedang bermimpi buruk dan mimpi buruk bukanlah akhir dari dunia, Emma. Ingat ketika kamu bangun berpikir kami tidak menyukaimu?"

Emma mengangguk, tertekan oleh ingatan itu. 

Norman menepuk pundaknya dengan simpati. "Ketakutanmu nyata. Aku yakin air matamu juga nyata, tetapi begitu kamu bangun, keluargamu masih mencintaimu. Tidak butuh waktu lama untuk melupakannya dan menikmati hari itu."

"Aku kira kau ada benarnya," kata Emma setelah merenungkan kata-katanya. Wajahnya bersinar lagi. "Jadi Ray akan merasa lebih baik setelah dia bangun?"

"Ya," kata Norman dengan binar palsu di matanya, dengan sepenuh hati percaya bahwa ini yang diinginkan Ray. 

Wajah bosan temannya itu membodohi semua orang selama lebih dari tiga tahun. Mengapa berhenti sekarang?

================

Norman meregangkan kakinya dengan cemberut. Tanpa panas tubuh Ray di pangkuannya, ruangan juga terasa lebih dingin. Dia meraih blazernya dan perlahan berganti menjadi kaus kaki yang lebih tebal, mengabaikan tatapan geli Emma padanya.

Dia sebenarnya tidak ingin meninggalkan Ray, tapi Emma memaksannya untuk beristirahat, makan atau melakukan hal rileks lainnya.

Dia berjalan ke dapur dan menyapa saudara mana pun dyang ia temui alam perjalanan ke dapur. Dia mengucapkan selamat pagi dan memperingatkan semuanya untuk tidak mengganggu Emma dan Ray.

Di sebuah ruangan sebelum dapur, dia melihat Mama. Kehadiran yang dulu menghiburnta tapi sekarang membuatnya membeku di tempat. Mama tampak sedang mendengarkan kata-kata Gilda dan tersenyum simpati. Senyumannya tidak terlihat jahat, tapi pikiran buruk yang begitu banyak di kepala Norman membuatnya terlihat menakutkan.

"Tentu saja Comida mencintaimu," kata Mama manis. "Tapi kau tidak bisa mengharapkan dia untuk menulis surat secepat ini, Dia punya ikatan keluarga baru, aksesoris untuk dibeli, dan seluruh dunia untuk dijelajahi."

"Kita adalah keluarganya! Dia- dia bilang aku adalah keluarganya! Dia bilang dia akan menulis tentang setiap toko dan pakaian yang dia kunjungi! Dia berjanji! "Gilda berteriak." Tapi sudah hampir sebulan dan aku... aku-". Dia memutar ujung roknya, menggigit bibirnya dan menahan air matanya. "Aku sudah menulis begitu banyak surat untuk dikirimkan padanya ... Aku tidak ingin terus menunggu!"

Mama dengan lembut menyelipkan rambut hijaunya dari wajahnya,. Ekspresi kasih sayang di wajahnya yang santai membuat mata Norman menyipit.

Isabella selalu menyentuh dan bermain dengan telinga anak-anak. Ray biasa bertingkah aneh dan langsung memakai topeng apatisnya yang tidak sempurna saat Mama memegangi wajahnya. Norman pernah mengatakan bahwa bocah lelaki itu pemalu gara-gara kelakuannya itu, tetapi sekarang dia mengenali bahu kaku temannya itu sebagai rasa jijik dan amarah yang tertekan, bukan rasa malu.

Itu menambah keyakinan Norman bahwa jika Ray tidak menyakiti dirinya sendiri, maka Mama yang melukainya. Tidak mungkin Mama tidak tahu tentang luka Ray dengan kebiasaannya memegang telinga setiap anak.

Norman bisa mendengarkan sisi optimisnya dan menganggap Mama hanya cemas sehingga terus-menerus memeriksa semua orang untuk memastikan tidak ada orang lain yang terluka, tetapi kepercayaannya pada Mama tidak cukup kuat untuk membutakan pikirannya.

Ray waspada terhadap Isabella, jadi dia jelas bukan sekutunya. Kebiasaan Mama itu berarti bahwa meskipun dia tahu tentang Luka di telinga Ray, dia sama sekali mengabaikan bekas lukanya. Dan jika Mama tidak tahu tentang luka-lukanya, itu hanya akan menjelaskan kurangnya kepercayaan yang dimiliki Ray terhadap orang lain.

Karena seharusnya Mama tahu kan ?

Tidak mungkin dia tidak tahu

Jika dia tidak tahu berarti dia bener-benar mengabaikan Ray selama ini

Lagipula tidak mungkin Ray memotong telinganya sendiri karena dia memaksa Norman bertahun-tahun untuk menghargai privasinya. Baru tadi tadi pagi temannya itu meminta bantuannya.

Ray berencana jangka panjang untuk menyembunyikan luka itu. Rencana konyol dan merepotkan. Dia tidak akan memilih untuk memotong telinganya jika tujuannya adalah menyembunyikan luka tersebut.

Jadi Mama melukainya masih merupakan alternatif yang lebih mungkin.

"Aku tahu ini sulit, tetapi kau harus memiliki keyakinan." Mama masih berbicara. Matanya yang cantik tampak melankolis. "Bisakah kamu menunggu beberapa bulan lagi, Gilda?"

"Dia akan melupakan kita dalam beberapa bulan!" Mata hijau Gilda mengkilap penuh air mata. Kepalan tangannya bertambah erat. "Sama seperti-" Dia terisak "seperti yang dilakukan semua orang!"

Mama memeluk Gilda, membiarkan gadis kecil itu memeluknya. "Aku tidak akan menyangkal Comida mungkin melakukan itu." Pundak Gilda mulai bergetar, dan Mama mengeluarkan suara yang menenangkan, semacam suara sedih yang terdengar cukup tulus, tetapi kontras dengan senyumnya.

Kemiringan tajam bibir Mama mengingatkan Norman akan senyum mengejek Ray.

"Kau seharusnya tidak membencinya. Hargailah kenangan yang kau miliki tentangnya dan lakukanlah yang terbaik untuk menjadi kakak perempuan yang baik bagi saudaramu yang lain. " Mama dengan lembut memegang dagu Gilda, memaksa kontak mata antara mereka. "Bisakah kamu melakukan itu, Gilda sayang?"

"Aku bisa mencoba ..." Gilda menggigit bibirnya sambil membuang muka.

Norman menyipitkan matanya. Kepuasan diri di mata Isabella tidak luput dari perhatiannya.

"Gadis yang baik." Mama berkata dengan senyumnya.

Norman menunggu Gilda untuk tenang dan pergi dengan mata merah penuh tekad sebelum dengan penuh keraguan dia mendekati Isabella.

"Mama, bisakah aku bicara denganmu?"


TBC or not ?

Silahkan divote jika ingin dilanjut

Smile (While You Can)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang