34 | Kau

4.7K 755 280
                                    

Agi


Jumat, 19 Januari 2018

Celia memasang sebutir benda asing--kantung berisi bunga-bunga kering--di kaca spion tengahku. Begitu benda tersebut bergoyang, semerbak aroma manis menguar kuat dari sana.

"Selamat ulang tahun, Agi!" Celia mengecup pipiku.

Senyumku merekah. Ekor mataku mengamati kantung bunga kering yang entah namanya apa--nanti akan kulepas saja, karena wanginya menyengat sekali.

Hubungan aku dan Ody merenggang parah, sepanjang hubungan kami, aku berani bilang inilah titik terendah. Sepertinya terakhir kami bertemu adalah saat kami menghadiri resepsi pernikahan Yudhis. Kami bertengkar perihal kelanjutan hubungan ini--ralat, ia yang memancing keributan, aku hanya menanggapi. Aku menurunkannya di depan lobi apartemen, setelah itu, nyaris tidak ada upaya resolusi.

Aku berkali-kali berupaya menyambung komunikasi, tetapi Ody tidak merespon sama sekali. Entahlah. Bagaimana kelanjutan hubungan aku dan Ody? Aku sudah tidak peduli.

Hari ini hari ulang tahunku yang ke-31. What a year to live. Karirku perlahan menanjak, keuanganku membaik. Aku bahkan sudah sanggup mencicil hunian vertikal untuk tempatku tinggal.

Untuk pertama kalinya, aku merasa berdikari. Aku tinggal di tempat yang aku beli sendiri. Hari-hariku tenang tanpa pertengkaran Margo dan Monda--adik kembarku. Hari-hariku damai tanpa Ardi kakakku yang sering seenaknya meminjam barang-barangku. Aku pun tidak lagi tinggal bersama Ody yang banyak mengaturku.

Intinya, aku merdeka.

***

Ting.

Pintu lift terbuka. Celia merangkul pinggangku. Wajahnya sumringah. Gadis ini tingginya hanya sedikit melebihi bahuku. Sepuluh langkah lagi, kami akan melewati balkon lantai dua belas. Berarti, sedikit lagi, kami akan mencapai unit apartemenku yang terletak persis di sebelah balkon.

Namun, apa yang terjadi?

"SELAMAT ULANG TAHUN!"

Mamaku memegang sebuah kado--yang serta merta meluncur dari tangannya. Margo membawa sebuah kue--yang tanpa tedeng aling-aling langsung oleng terjun ke kakinya. Sementara tangan Monda mencekal segerombol balon--yang seketika lepas begitu melihat siapa yang tengah berjalan denganku. Balon gas itu melesat cepat ke udara, terbang menyongsong langit malam.

Baik Margo, Monda, maupun mama, mulutnya setengah terbuka.

"G-gu-gue kira, lo sama Kak Ody." Monda, adik kembarku membelalakkan mata. Ia membuang muka.

"Gi, lo main cewek yah?" Margo, kakak kembar Monda yang lahir tiga menit lebih dulu itu tidak bisa mengontrol lisannya. Buru-buru, Monda menyiku keras Margo.

Sementara mata mama memancarkan tatapan terluka. Sementara aku bingung, mau menjelaskan apa--karena semuanya sudah jelas.

Aku sudah tertangkap basah, bukan?

***

Akibat kejutan tanpa pemberitahuan, malam ulang tahunku tinggal bersisa kekacauan. Celia terpaksa pergi dengan rasa malu, aku pun disidang dengan rasa malu yang membinasakan.

"Sejak kapan, Agi?" Ada penolakan di segenap tatap mata mama.

Sejak tiga tahun yang lalu. Pilihan paling bijak adalah tidak memaparkannya secara gamblang. Aku tidak mau mama kena serangan jantung.

"Apa ini penyebab Ody sudah tidak pernah kelihatan lagi?" singgung mama.

Aku membisu.

Mama belum lelah mencecar. "Apakah Ody kurang baik bagimu?"

In Between In Between ✔️ | ODYSSEY vol. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang