Happy reading🧡
Seoji sedang menatap langit-langit kamar, sesekali menghela lantaran kejadian tempo hari kembali menghantam kepalanya. Memberi efek flashback akan kenangan masa lalu yang hampir meregang nyawa saat usianya saat itu baru beranjak delapan tahun.
Saat itu, Seoji bahkan sampai membayangkan dirinya berada di kolam yang ada di pekarangan rumahnya sambil memakai pakaian yang dikenakan saat kecil. Begitu menyesakkan dan menakutkan untuk dirinya yang tidak tahu cara menyelamatkan diri.
Sungguh kali ini dewi fortuna kembali memihaknya dengan mendatangkan sang penyelamat yang dengan berani menyemburkan diri hanya untuk menolong dirinya yang sama sekali tidak memiliki ikatan apapun. Seoji sangat berterima kasih dengan pria bermarga Park itu. Jika Jay tidak ada bisa dipastikan jika Seoji akan berakhir dengan menatap di balik langit.
Berbicara tentang Jay, setelah Seoji cukup lama menangis dan akhirnya terlelap, Seoji tersadar jika sesuatu yang dijadikan tumpuan kepalanya adalah pundak Jay sesaat setelah terbangun. Seoji tidak tahu entah berapa lama Jay membiarkan Seoji tidur bertumpu pada pundaknya. Hanya saja, yang pertama kali Jay ucapkan saat itu,
"Apa noona ingin memakan sesuatu?"
Di luar ekspektasi, Seoji pikir pria itu akan mengeluh sakit atau mengomel mengingat bagaimana kepribadiannya.
Dan jake, pria itu lebih menempel dibanding hari sebelumnya. Setidaknya ia akan berkunjung tiga sampai empat kali dalam sehari.
Dia menumpahkan kejadian itu sebagai kesalahannya hingga setiap kunjungan pun dimulai dari kata maaf. Seoji sudah bersikeras agar Jake berhenti untuk menyalahkan diri sendiri karena hal itu tidak ada kaitannya dengannya namun rungunya bagai ditulikan, Jake tetap tidak bisa memaafkan dirinya hingga butuh usaha ekstra untuk mengembalikan wajah tersenyum Jake.
Suara bel menyadarkan Seoji dari pikirannya. Ia lantas bangkit dan berjalan ke arah pintu.
Saat pintu telah terbuka, Seoji agak terkejut melihat siapa yang sekarang berdiri di hadapannya. Bukan Jake yang sempat ia duga melainkan salah satu pemilik marga Park.
"Jungkook-ssi?"
Pria itu tersenyum sambil mengangkat bungkusan makanan yang tertenteng di kedua tangannya. "Seoji-ssi, aku membawa pizza untukmu. Bolehkah aku masuk?"
"Ah, N-Ne." Seoji mendadak kikuk saat mempersilahkan Jungkook untuk masuk.
"Maaf karena datang tiba-tiba, aku harap aku tidak mengejutkanmu."
"Aniyo, Aku hanya tidak menyangka jika Jungkook-ssi datang ke rumahku," ujar Seoji sambil menyentuh tengkuknya.
Jungkook meletakkan bungkusan yang berisi pizza maupun cola di atas meja lalu mengeluarkan satu persatu.
"Entah ini akan cocok dengan selera Seoji-ssi atau tidak tapi ku harap Seoji-ssi menyukainya." Jungkook memberi sepotong untuk Seoji. "Kau harus banyak makan, ku lihat kau sedikit kurus dari pertama aku melihatmu. Pesonamu jadi sedikit berkurang jadinya."
Seoji tersedak tepat setelah Jungkook menyelesaikan kalimat terakhir. Dengan segera Jungkook memberikan cola untuk Seoji.
"Seoji-ssi, kau harus mengunyah dengan perlahan. Lihat sekarang, kau jadi tersedak karena tidak berhati-hati."
Apa dia tidak sadar jika ini adalah efek ucapannya?
"Sebaiknya Jungkook-ssi juga ikut makan. Aku tidak akan bisa menghabiskan semuanya."
"Arasseo." Jungkook akhirnya mengambil bagiannya lalu memasukkan ke dalam mulut.
Seoji tertawa melihat bagaimana Jungkook kepayahan menarik keju yang terus-menerus memanjang. Jujur, Jungkook terlihat seperti kelinci yang menggemaskan saat makan apalagi saat bibirnya bergerak cepat untuk mengunyah. Ingin rasanya mencubit kedua pipi yang mengembul itu.
Melihat Seoji yang tertawa lepas seakan memberikan efek tawa juga untuk Jungkook. "Kenapa Seoji-ssi malah menertawakanku?"
"Jungkook-ssi terlihat seperti kelinci saat makan."
Jungkook tersenyum. "Apa aku harus berpose seperti kelinci lagi agar bisa mengembalikan senyuman gadis di depanku?"
Deg
"Tahu tidak? Seoji-ssi lebih mempesona saat tertawa." Jungkook mendekatkan wajahnya. "Aku lebih suka melihat Seoji-ssi tertawa dibanding murung seperti---"
Dengan cepat Seoji memasukkan sepotong pizza ke mulut Jungkook sebelum Jungkook membunuhnya dengan kata-kata. "Pizzanya tidak akan enak saat dingin. Kita harus segera memakannya." Seoji memalingkan wajahnya untuk memyembunyikan semburan merah di kedua pipinya.
Saat pizza itu telah habis, Jungkook akhirnya berpamitan untuk pulang karena tiba-tiba ia mendapat telepon. Jungkook itu seorang dokter yang tergolong sibuk maka dari itu ia tidak bisa berlama-lama di rumah Seoji.
"Sampai jumpa lagi Seoji-ssi. Aku senang bisa bertemu lagi denganmu."
"Aku juga, Jungkook-ssi."
"Aku akan mengunjungi Jay sebelum pergi. Jangan lupa untuk makan secara teratur, Seoji-ssi."
Setelah itu Jungkook melangkahkan tungkainya menuju ke rumah adiknya. Jungkook melihat Jay yang sedang duduk di sofa. Ia lantas mendudukkan bokongnya di sofa yang berseberangan dengan Jay.
"Kenapa bukan kau yang memberinya sendiri?"
"Akan lebih baik jika hyung yang melakukannya dibanding diriku. Buktinya, aku bisa mendengar tawanya dari sini hanya karena hyung."
---
To Be Continue
Park bersaudara meresahkan yah🤧
Jadi kalian team siapa? hayoo🌝
Part ini lebih banyak deskripsinya dari dialog, semoga saja tidak membosankan🤧
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad J | Jay Enhypen
Fanfiction[Discontinue-Akan di remake] Intinya Jay adalah pria menyebalkan bagi Seoji! -Vienna Joe- •September 26th, 2020 Cover by ©joe_vi01 [Follow my account first for more information]