3. Because of game

1.2K 125 9
                                    

Awal dari hidup baru. Dan yang dilakukan oleh Seoji hanya bermalas-malasan di kamar. Entahlah, sekarang dia hanya ingin menghabiskan waktu sambil memainkan ponselnya.

Cukup lama dia berada disana. Bahkan sudah cukup menonton dua episode dari drama korea favoritenya hingga rasa lapar akhirnya datang. Namun langkahnya terhenti ketika padangannya beralih ke rumah diseberang sana.

Seoji menyipitkan matanya dan benar saja apa yang ada dipikirannya sungguh nyata dan pada akhirnya dia memilih untuk mendatangi tetangganya.

"Hei! bukankah seharusnya kau berada di sekolah sekarang?" Seoji menegur pemuda yang tengah duduk sambil memegang benda pipih.

"Sekolah? Apa itu jenis makanan?" Jay masih memainkan ponselnya. Tak berniat sama sekali melirik sang wanita.Fokusnya hanya pada game yang sedang ia mainkan. "Oke kau pasti bisa Jaluv, come on." monolog Jay. Yang disebut adalah usernamenya dalam game. Dia terus menyerang dan bertahan dari musuh yang sekarang bertarung dengannya.

Perkataannya sontak membuat Seoji menjewer telinga kiri Jay.

"Hei sakit bodoh!" Jay menyentuh telinganya yang agak memerah karena ulah Seoji. Dia agak meringis karena sungguh, itu sangat menyakitkan."Jangan mengurusiku. Pergi sana! kau hanya menggangguku."

"Apa? Bodoh? Kau?! Yang benar saja. Panggil aku  noona. Seoji noona. Jangan seenaknya mengubah nama seseorang dan berbicara informal dengan orang yang jelas lebih tua dibanding dirimu." Jelas Seoji panjang lebar. Namun setelah satu tarikan nafas, dia melanjutkan,

"Dan lagi yang bodoh itu kau! Bukannya belajar dengan baik, kau hanya menghabiskan waktumu dengan hal yang tidak penting."

Oke. Sebenarnya perkataan itu secara tidak langsung menyindir dirinya sendiri. Namun perlu digaris bawahi jika dirinya berbeda. Seoji sudah menyelesaikan perguruan tingginya dua bulan yang lalu. Dan yang perlu dia lakukan adalah mencari pekerjaan.

Seoji pikir, harusnya Jay mementingkan masa depannya. Dan lagi jika diingat tahun kelahirannya, berarti sekarang Jay sudah memasuki kelas 3 dimana seharusnya Jay sudah mempersiapkan ujian masuk perguruan tingginya.

Seoji melirik jam pada ponselnya. "Walau sudah telat selama satu jam tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Kau masih bisa berang--"

Ucapan Seoji terputus. Bukan karena seseorang menyelanya namun dirinya yang refleks menghentikan perkataanya setelah melihat Jay.

Rupa-rupanya Jay malah melanjutkan gamenya.

Dan hal itu membuat Jay mendapat pukulan keras dari Seoji hingga membuat Jay meringis kesakitan.

"Appo! Kau pasti seorang pria kan?" Jay mengusap-usap lengannya yang menjadi sasaran pukulan Seoji. "Jika bukan, aku akan sangat terkejut."

Jay seakan menyulut amarah Seoji agar meluap. Perlu kalian ketahui, sekarang Seoji masih berusaha menahan diri dengan pemuda menyebalkan itu.

"Jangan mengajakku berdebat. Cepat sana!"

Bukannya mendengarkan, dengan tersentak Jay lantas dengan cepat meraih ponselnya yang sempat ia letakkan di atas kursi.

"Ah, andwaeeee!!" Jay membanting ponselnya. Kepalanya dia cengkram begitu kuat. Dia baru saja kalah dari seorang pemain bernama Js gara-gara Seoji.

"Gara-gara kau aku jadi kalah!" bentak Jay. "Padahal sedikit lagi aku akan mengalahkan si brengsek itu. Sialan."

Seoji hanya dapat melongo mendengar pemuda itu.

"Mulutmu itu tidak pernah mendapat pukulan yah? Berhentilah mengumpat. Lama-lama ku pukul juga mulutmu itu biar tau rasa." Sambil mengertakkan rahangnya, Seoji melayangkan tangannya seakan ingin memukul  Jay. "Dan lagi pokoknya Aku tidak peduli kau kalah atau tidak," ujar Seoji dengan senyuman. "Yang jelas kau harus berangkat sekarang jika tidak, aku akan melaporkanmu pada orang tuamu." Seoji melihat-lihat dalam rumah. Mencari-cari eksistensi dari orang yang melahirkan pemuda itu. "Pasti mereka akan menghukummu jika melihatmu seperti ini." Seoji tersenyum menyeringai.

"Tidak akan." Jay yang sedari tadi menunduk seraya mengepalkan tangannya, kini mengangkat wajahnya dengan ekspresi yang sulit Seoji mengerti.

Namun kata selanjutnya yang keluar dari mulut Jay membuat Seoji merutuki dirinya sendiri.

"Karena yang kau maksud sudah tidak ada."

Jay melewati Seoji. Dia membenturkaan tubuhnya pada wanita itu sebelum akhirnya masuk dan mengunci pintu dari dalam.

Ah, Seoji baru ingat sekarang. Bodohnya Seoji karena membahas kedua orang tua anak itu.

Sepertinya Seoji sudah membuat kesalahan.

---

To Be Continue

Jangan lupa vote dan commentnya chingudeul😚

Bad J | Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang