5. Bad

722 101 18
                                    

Hai, aku kembali setelah sekian lama tidak update xixixi










Seoji hanya bisa tertawa jahat setelah membuat Jay seakan menjadi bawahannya. Rasa bersalah Jay seakan menjadi jalan bagi Seoji untuk mempermainkan orang yang usianya tarpaut lima tahun dengannya.

"Aku haus."

Sebelah alis Jay terangkat. "Lalu?"

"Akh, bokongku sangat sakit." Wanita itu mulai merintih. "Sepertinya aku tidak bisa bergerak untuk beberapa hari gara-gara orang yang---" Seoji tidak melanjutkan. Ia dapat melihat Jay memutar bola matanya malas, lalu memgangkat tungkainya ke arah dapur untuk memenuhi keinginan wanita itu.

Seoji tertawa terbahak-bahak. Sungguh menakjubkan memiliki seorang babu sekarang meski caranya agak kotor sebab kenyataannya, Seoji tidak benar-benar kesakitan. Dia tidak akan jatuh karena sengolan kecil itu, lebih tepatnya Seoji sengaja menjatuhkan dirinya. Jiwa jahilnya seketika muncul kala itu. Tidak apa kan jika sesekali?

Jay telah datang dengan segelas air di tangannya. Namun saat tangannya terulur untuk memberi, Seoji malah menahan.

"Sstt, yang ada rasanya, tolong." Seoji ingin mempermainkan anak itu lebih lama. Siapa suruh berbuat kasar!

Jey mengepalkan tangannya. Dalam hati mengatakan sumpah serapah pada Seoji. Wanita itu membuatnya kesal bukan main. Hingga mau tak mau Jay harus kembali ke dapur.

"Oke. Yang ada rasanya kan?" Ia mengambil saus tiram dari atas meja. Tak lupa mengambil garam sebagai perasanya. "Aku tambahkan ekstraknya." Jay menuang dua sendok penuh garam dan menambahkan sedikit saus ke dalamnya. Jay lalu tersenyum. Rasakan minuman berasa ini, Seoji.

"Kenapa warnanya agak," Seoji menyipitkan matanya dan mulai curiga. Ia memutar-mutar gelas untuk melihat setiap sisi.

Jay agak tersentak dengan pernyataan tak terduga itu. "Itu cola." Iklan tv chocacola baru saja menyelamatkannya. Untung saja iklan itu muncul saat matanya melirik benda tipis itu.

"Aku tidak ingat membeli cola saat ke supermarket."

"Aku baru saja mengambilnya dari rumah."

"Oh begitu." Rasa curiganya hilang, tergantikan dengan rasa luar biasa yang muncul saat cairan itu masuk ke dalam mulutnya. "Uekkkk," Rasanya benar-benar menjijikkan hingga Seoji memuntahkan yang masih tersisa di dalam mulut.

Di sisi lain Jay malah tertawa. Mengibarkan bendera kemenangan saat rencananya berhasil. "Bagaimana rasanya? Luar biasa bukan?"

Seoji mengusap-usap sisa minuman yang ada di lidahnya. "Sialan. Kau ingin membunuhku?!"

"Nyatanya kau tidak mati kan setelah meminumnya? Hanya memunculkan tanda-tanda kehamilan saja kok marah."

Seoji menatap tajam Jay. Ia mengertakkan rahangnya. Bisakah ia memukulnya? Pria itu sungguh menyebalkan. Apalagi setelah apa yang diperbuat Jay padanya.

"Mwo?" Jay melototi Seoji yang menatapnya kesal. "Apanya yang salah? Bukannya kau sendiri yang ingin dibuatkan yang ada rasanya? Nah aku buatkan." Jay membela diri.

"Tidak begini juga ferguso. Kau malah membuat racun bodoh!"

Seoji berlari menuju dapur untuk berkumur. Rasa buruk itu masih tertinggal di rongga mulut. Sialnya minuman tadi sedikit terteguk saat ia meminumnya. Butuh beberapa kali Seoji membasuh bibirnya agar rasanya menghilang.

Seoji mengambil segelas air setelah itu dan dalam tiga kali teguk, Seoji menghabiskan airnya.

Dia tidak menyadari jika sedari tadi Jay menatapnya penuh selidik. Melihat Seoji yang terlihat jauh dari kata tidak baik, membuat emosinya melunjak. "Kau menipuku!"

Dan acting Seoji telah berakhir. Seoji merasa kikuk karena Jay memergokinya. "Jay--" Sekarang Seoji tak tahu apa yang harus ia katakan.

Jay berbalik dan berjalan keluar pintu sambil menghentakkan kedua kakinya. Ingatkan Jay untuk bersikap tidak peduli jika hal ini terjadi lagi padanya.

Seoji mencoba mengejar namun tiba-tiba dadanya terasa sesak. Sesak sekali. Udara di sekitarnya kian menipis hingga Seoji kesulitan untuk mengaup oksigen dan akhirnya tubuhnya ambruk.

"J-Jay," panggil Seoji dengan suara tertahan. Sulit sekali baginya mengucapkan satu kata itu.

Jay yang mendengar suara jatuh yang keras lantas berbalik. "Ingin pura-pura lagi nona? Tidak akan mempan!"

"Tolong, " lirihnya sebelum penglihatannya menghitam.

"Hei, bangun."

Tidak ada balasan.

"Aku tau kau mendengarku jadi berhentilah berpura-pura untuk menipuku."

Untuk kedua kalinya tidak ada balasan.

"Tidak mungkinkan dia--" monolognya dan dengan segera Jay menghampiri. Ia meletakkan kepala Seoji pada pahanya.

"Hei, jangan tiba-tiba cosplay jadi batu." Jay menepuk-nepuk pelan pipi Seoji berharap wanita itu akan bangun.

Segera Jay mengeluarkan ponselnya dari saku. Mencari satu nama dalam daftar teleponnya lalu menelepon dengan cepat.

Setelah dua kali menelepon barulah diseberang sana menjawab.

"Kenapa kau--"

"Hyung, aku butuh bantuanmu. Datanglah kesini dengan cepat. Sekarang seseorang pingsan dan aku tidak tau harus berbuat apa hyung." Jay menyela, dirinya sudah kelewat panik sekarang.

"Seseorang? Siapa yang kau maksud?"

"Jangan banyak tanya hyung. Ku pikir nyawanya sedang terancam sekarang."

"Baik, aku akan segera kesana." Setelah mengatakan itu, seseorang diseberang sana menutup teleponnya.

Jay mengangkat tubuh Seoji menuju kasur dan membaringkannya seraya menunggu hingga seseorang yang dipanggil 'Hyung' itu datang.

Sekitar sepuluh menit, orang itu telah datang dan mengetuk-ngetuk pintu rumahnya.

"Hyung!" Jay melambai ke luar jendela, menginstuksikan agar sang hyung datang ke rumah Seoji.

"Sedang apa kau disitu?"

Tanpa mempedulikan pertanyaan sang hyung, Jay menariknya hingga berada di tempat Seoji terbaring.

Dengan menyimpan seluruh pertanyaan di benaknya, Pria itu lebih dulu memeriksa Seoji.

"Apa yang dia makan terakhir kali?"

"Dia hanya meminum minuman yang ku buat untuknya dan tiba-tiba sesak setelah beberapa menit."

"Minuman apa?"

"Saus tiram, saus dan garam."

"Hei! Kau berniat membunuhnya yah? Kau membuatnya memakan yang menjadi pantangan untuknya. Wanita ini alergi dengan salah satunya."

Jay tersentak kala mendengarnya. Kelakuannya malah membawa petaka untuk Seoji.

"Jungkook hyung, bagaimana keadaannya sekarang? Apa sangat buruk?" raut khawatirnya tidak dapat ia sembunyikan.

"Dia akan baik-baik saja. Untung kau segera meneleponku" Jungkook mengamati keadaan Seoji. "Bisakah kau mengambil tas di dalam mobil? Aku menyimpan beberapa obat disana."

Jay mengangguk mengerti dan segera melaksanakan perintah Jungkook.

Disisi lain, perlahan Seoji membuka matanya. Kepalanya agak pening namun pemandangan yang tersuguhkan dihadapannya membuat ia membulatkan matanya.

Pahatan yang begitu sempurna! Seoji begitu terpaku menatap visualisasi yang terpancar dari pria itu hingga, bibirnya tanpa sadar berucap,

"Aku ingin memilikimu, malaikat-nim."

---

To be continue

Jangan lupa keep streaming🧡

Bad J | Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang