8. Invitation

468 74 19
                                    

Kali ini partnya lebih panjang dari sebelumnya.

Selamat menikmati🧡








Jay berjalan menelusuri koridor sekolah sambil memasukkan tangan kirinya kedalam saku. Tasnya ia tenteng dengan satu tangan untuk menopang juga dengan lengan yang tergulung.

Setelah bergelut cukup lama dengan dengan 'wanita penganggu' akhirnya Jay menyerah.

Meski wanita itu tidak pernah lagi menerobos masuk seperti tiga hari yang lalu, cara lain yang dilakukan Seoji berhasil membuat Jay merasa pening. Padahal Jay yakin jika Seoji tidak akan menganggunya mengingat bagaimana wanita itu tiba-tiba berlari keluar atas insiden waktu itu.

"Aku sudah bilang, rumah seorang pria yang hanya tinggal sendiri sangatlah berbahaya, noona."

Otaknya terasa blank, lidahnya mendadak keluh hanya untuk mengucapkan sepatah kata.

"Bagaimana noona? Ingin ku tunjukkan?" Senyuman terlihat namun nampak seperti seringai yang dapat membuat siapapun yang melihatnya mendadak terdiam.

"K-Kau tidak akan melakukannya." Kegugupan Seoji dapat terlihat jelas dari bagaimana ia terbata saat menjawab.

"Kenapa? kau pikir aku tidak bisa melakukannya?" Tanya Jay. Penuh penekanan, menantang juga dominan.

"Karena kau tidak menyukaiku." Entah mengapa Seoji mengatakan seperti itu. Hanya itu yang terpikirkan saat ini, saat ia telah tersudut oleh seorang pria berjubah pemuda, Park Jay.

"Saranghae."

"Eoh?" Mata Seoji berkedip beberapa kali saat satu kata itu keluar dari bibir ranum Jay.

"Aku bilang, aku mencintaimu. Sekarang boleh ku lakukan?" Jay kembali mengikis jarak hingga satu dorongan Seoji menghentikannya.

Seoji mendorong Jay agar menjauh darinya, lantas melesat pergi begitu saja tanpa memberi perlawanan.

Mengingatnya membuat Jay sempat menerka jika gangguannya Seoji akan berhenti. Setelahnya kehidupan damainya akan menyambut.

Sayang pemikiran itu hanya berlangsung sebentar.

Dengan berbagai akal, Seoji sepertinya tidak pernah kehilangan cara untuk mememaksa agar Jay melangkahkan kaki ke sekolah ini. Seperti membuat keributan dengan memukul kaca jendela kamarnya dengan keras setiap harinya juga dengan ancaman pelaporan dirinya yang sering membolos pada hyungnya.

"Hei yo lama tidak melihatmu." Seseorang tiba-tiba merangkulnya, membuat Jay terbungkuk karena gaya gravitasi yang seakan menariknya karena ulah pria ini. "Sungguh hal langka melihatmu disini."

"Lepaskan aku, kau membuatku sesak." Jay menepuk-nepuk lengan yang berkalung di lehernya. Dari awalnya merangkul, berubah menjadi cekikan untuknya.

"Apa hari membolos seorang Park Jay telah berakhir?" Tanya pria itu namun terkesan mengejek bagi Jay.

"My best friend!" Satu lagi orang yang berlarian menuju ke arah mereka, menerjangnya dengan pelukan yang kelewat erat.

Jay merasa lehernya tercekik untuk kesekian kalinya.

"Aku sangat merindukanmu! Hari ini mari membolos untuk merayakan kedatanganmu. Mari pesan pizza!" ujarnya dengan sangat antusias.

"Jake, berhenti mengajaknya membolos. Aku lelah melihat kalian yang sering melakukannya," ujar pria yang berada di sebelah Jay. "Jika kalian membolos, pasti aku juga harus ikut dengan kalian."

Bad J | Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang