Disclaimer
Boboiboy © Animonsta Studio"The Mute Prince"
Freindship | Family | Angst
Chara : Trio Ori ft. Amato, Mara
a story written by Zevuar
© April 2021"Bunda? Kenapa Lintar harus ke desa? Sudah Lintar jelaskan, bukan Lintar yang merokok, Bunda."
AKU berulang kali menjelaskan kejadian sebenarnya kepada Bunda. Namun tetap saja, Bunda tidak mau mendengarkanku. Dia tetap bersikukuh aku telah merokok.
"Bunda tidak mau mendengar alasan dari Abang lagi. Keputusan Bunda sudah bulat. Bunda akan mengirimkan Abang tinggal di desa," kata Bunda final.
Aku menghela napas pelan. Aku melihat Ayah hanya diam dan adikku yang berusaha menahan tawanya. Sabar, Halilintar. Walaupun mereka begitu tetap saja mereka keluargamu.
"Baiklah, Bunda. Lintar menurut saja dengan, Bunda."
Apalagi yang bisa kukatakan. Bundaku ini orangnya sangat keras kepala. Apapun perintah yang sudah keluar dari mulutnya harus dilaksanakan.
Lagipula tidak masalah jika aku harus tinggal di desa untuk sementara waktu. Hari-hariku akan tenang karena Taufan tidak akan bisa mengganggu diriku lagi. Lagipula tinggal di desa bukanlah hal yang buruk bagiku.
"Kapan Lintar berangkat kesana, Ayah?" Aku kembali bertanya. Setidaknya aku tidak mau ada barang-barang yang penting bagiku tertinggal nantinya.
"Kami akan mengantarmu minggu depan, Lintar. Nikmati waktumu selama masih di sini dan jangan lupa persiapkan barang-barangmu," begitu kata Ayah.
Aku hanya mengangguk.
"Ufan akan ikut kan Ayah?"
"Tidak! Lebih baik kau dirumah saja! Tugasmu masih banyak yang belum selesai!" ketusku pada Taufan. Bisakah satu hari saja dia tidak mengacaukan hari-hariku?
"Bunda~ Lihat bang Lintar~ dia melarang Ufan untuk ikut!"
Dia merengek. Astaga! Berapa umurnya sekarang? Bahkan wajahnya sudah tidak cocok lagi untuk merengek.
"Sudahlah, Lintar. Biarkan adikmu ikut untuk mengantarkanmu nanti."
"Dasar bocah!" sinisku.
"Adik selalu menang, Abang!"
|《¤》|
Awalnya aku ingin menghabiskan waktuku sendirian dikamar. Namun lagi-lagi mahkluk biru yang menjabat sebagai adikku ini kembali menjajah kamarku. Biarkan sajalah. Nanti jika sudah lelah pasti dia akan berhenti sendiri.
"Bang?"
"Hm?
"Kenapa kau tidak jujur saja tentang kejadian yang sebenarnya?" tanya Taufan padaku.
Ya, sebenarnya Taufan tahu bahwa aku tidak merokok. Aku hanya tidak sengaja memegang rokok milik temanku. Tidak lebih dan tidak kurang. Sialnya, Bunda melihatku.
"Kau lihat? Bunda bahkan tidak mau mendengarkan penjelasanku. Sudahlah, lupakan saja."
Aku tidak marah pada Bunda. Aku tahu Bunda seperti itu karena tidak ingin aku terjerumus dengan pergaulan yang tidak sehat. Aku tahu Ayah dan Bunda selalu berusaha memberikan yang terbaik untukku dan Taufan.
"Lagipula, dengan aku tinggal di desa, aku bisa jauh dari setan biru sepertimu," kataku tanpa melihat Taufan. Aku masih fokus dengan novel yang sedang aku baca.
"Awas saja jika nanti kau merindukanku!"
"Sepertinya hal itu tidak akan terjadi, Adik Kecil. Kau harus bermimpi ribuan kali terlebih dahulu jika ingin aku merindukanmu," jawabku.
Kulihat sekilas dia ingin melemparkankan bantal yang kini berada di pelukannya itu. Namun entah mengapa dia terlihat sedikit murung(?) Entahlah. Dia sedikit aneh kali ini.
"Jaga dirimu baik-baik di sana, bang Lintar. Kau mungkin akan biasa saja jika aku tidak ada disampingmu. Namun, aku akan sangat kesepian jika kau tidak ada disampingku."
Kulihat tatapan matanya perlahan menyendu. Apa dia sedih aku akan pergi?
"Tanpa kau bilang pun, aku akan menjaga diriku. Aku bukan bocah sepertimu," cibirku.
"Aku sungguh khawatir kau tinggal di sana sendirian! Kenapa sih kau tidak bisa mengerti diriku?!"
Aku menutup novel yang sejak tadi kubaca dan meletakkannya di atas nakas di samping tempat tidurku.
"Aku akan baik-baik saja, Taufan. Terima kasih telah mengkhawatirkanku."
Aku tersenyum kecil padanya. Tanganku perlahan mengusak rambutnya perlahan.
"Berjanjilah padaku, Taufan. Selama aku pergi, berusahalah untuk tidak merepotkan Ayah dan Bunda. Dan ingatlah, perbaiki nilaimu. Aku akan selalu menunggu kabar darimu," kataku.
Kulihat dia perlahan tersenyum kembali. Ah, Taufan yang biasanya telah kembali. Semoga saja jahilnya tidak muncul sekarang.
"Aku akan berusaha," katanya padaku.
Aku kembali tersenyum. Mungkin hubunganku dengan dia hampir tidak pernah akur. Hanya saja, setiap orang punya cara untuk menunjukkan rasa sayangnya bukan?[]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mute Prince | ✔
Fiksi Penggemar[T H I R D P R O J E C T] Finished! Kisah seorang pemuda yang bertemu dengan salah satu penghuni desa tempat di mana dirinya 'diusir' oleh kedua orang tuanya sebagai hukuman. "Hei? Kau tinggal di sini? Namaku Halilintar. Siapa namamu?" "....." Tid...