Hanya Padam Tidak Pudar

57 38 69
                                    

Suasana pantai kembali ramai oleh macam macam kegiatan seperti: anak kecil kembali bermain bola diatas pasir dengan tawa mereka yang menular, suara mesin kapal nelayan yang sudah bersiap untuk menjala ikan, suara burung burung yang mengoceh dengan...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana pantai kembali ramai oleh macam macam kegiatan seperti: anak kecil kembali bermain bola diatas pasir dengan tawa mereka yang menular, suara mesin kapal nelayan yang sudah bersiap untuk menjala ikan, suara burung burung yang mengoceh dengan nada khasnya masing masing, suara deburan ombak yang menghantam tebing dan juga suara–Gama yang memanggil ku dari arah belakang.

Aku sudah sedari tadi berada dipantai, duduk diatas pasir menikmati suasana pantai, aku sudah tidak takut lagi sekarang dengan pantai karena Gama yang mengenalkan ku kembali dengan pantai.

Pantai menjadi perantara bertemunya aku dan dia setelah beberapa tahun tidak berjumpa, jadi aku sangat berterima kasih dengan pantai, terutama pada semesta yang menyusun skenario sedemikian rupa sampai semuanya kembali seperti dulu walaupun aku tahu nanti dia akan pergi kembali meninggalkan ku dan aku juga tahu resiko yang akan ku tanggung kembali yaitu, berkawan dengan rindu.

"Pagi pagi udah dipantai, gak takut kebawa ombak?"

"Engga, aku lebih takut,"

"Apaa?" potongnya "lebih takut ditinggal saya?" ledeknya dengan kekehan.

Aku terus menghadap lurus ke depan tanpa menoleh ke arahnya, entahlah tiba tiba mood ku berubah, seperti gado gado, bercampur aduk, antara bahagia karena bertemu Gama, sedih karena mungkin ini adalah hari terakhir aku dengannya karena setelah itu ia akan kembali ke kotanya yang jauh dari kota ku.

"Bagaimana setelah ini, Gam?"

"Setelah ini?" tanya nya.

"Iya, setelah pertemuan ini, ini hari terakhir kita bertemu kan? Entahlah aku tidak tahu kapan kita akan bertemu lagi, pertemuan ini saja harus melewati bertahun tahun lamanya, mungkin esok akan seperti itu lagi" ucap ku yang berusaha keras untuk tersenyum disela ucapan ku.

"Gis, lihat saya" aku menoleh ke arahnya, dengan sedikit rasa takut aku menatap matanya yang kecoklatan, takut bila tatapan matanya selalu menghiasi kesunyian ku nanti.

"Walaupun ini hari terakhir kita bertemu dan tidak tahu kapan akan bertemu lagi saya akan berusaha menghubungi kamu lewat telpon dan vidcall, bagi saya ini adalah hari pertama perjuangan saya dimulai,"

"Perjuangan?"

"Iya perjuangan saya mengambil hati kamu lewat jarak jauh" Ucapnya seraya berdiri lalu menyodorkan tangannya kepada ku, menyuruh ku untuk bangun.

"Temenin saya makan bubur nasi, kamu udah janji" Ucapnya dengan tangan yang masih menunggu kaitan tangan ku, aku tersenyum lalu menaruh tangan ku ditelapak tangannya lalu berdiri.

Saat diperjalanan menuju kedai bubur ayam Gama tidak habis habisnya menyapa dan bertanya apapun yang ia lewati seperti :

"Bu, ini Gisa, doain ya?" Ucapnya kepada ibu ibu penjual ikan keliling, ibu itu mengerti apa maksud Gama lalu berucap seraya tersenyum lebar "Aamiin"

Hanya Padam Tidak PudarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang