"Ohh jadi kamu alumni Guna Darma, terus selanjutnya mau terusin kuliah dimana?" Kata laki laki yang kini duduk dihadapan ku sambil menyendok es krimnya lalu sesendok es krim itu pun masuk kedalam mulutnya.
"Masih belum tau sih mau terusin dimana karena Ayah, Abang sama Ibu ku punya pilihannya masing masing" Ucap ku lalu kembali memasukkan sesendok es krim ke dalam mulut.
Aku tengah berada dikedai es krim bersama laki laki bernama Gangga yang menolongku tadi saat dikasir supermarket, ia mengajakku untuk mampir ke sebuah kedai es krim dibelakang supermarket yang katanya ramai pembeli.
Sedangkan belanjaan ku yang banyak itu berada di dalam bajaj yang terparkir didepan kedai.
"Kalo kamu?"
"Saya di Trisakti"
"Pasti kamu anak teknik mesin ya udah ketauan banget dari tampangnya" Tebak ku asal sambil memakan es krim rasa Taro.
"Emangnya tampang saya kaya onderdil mobil ya?"
"Eh engga maksud nya, mmmm.. ya pokoknya kamu itu emang lebih cocok jadi anak teknik sih, soalnya kalo anak kedokteran kan ga mungkin, karena muka kamu sama nama kamu juga gak ada ke dokter dokterannya gitu"
Gangga terkekeh geli seraya menyuap es krimnya yang masih banyak dibandingkan punya ku, aku hanya menampilkan deretan gigi putih ku karena akhirnya sadar apa yang diucapkan ku terlalu sok tau.
"Saya anak komunikasi"
"Hah?"
"Kenapa? Tampangnya gak mendukung ya? Atau namanya gak cocok?" Ucapnya seraya terkekeh geli.
"Mmm cocok sih tapi lebih cocok jadi anak tehnik"
"Kayanya saya lebih cocok jadi anak ibu saya deh"
"Ya itu sih sudah pasti" Kami berdua terkekeh seraya menghabiskan 1 pot es krim yang masih tersisa banyak.
"Makasi ya Gangga, nanti kalo ketemu kamu lagi aku bakal ganti uang kamu"
"Sama sama, gak perlu Gis, saya ikhlas"
"Gaboleh gitu kamu bakal ganti nanti" Gangga terkekeh seraya menggelengkan kepalanya.
"Bilang ke abang bajaj nya alamat rumah kamu, ongkosnya saya udah bayar" Aku melotot, merasa gak enak karena terus terusan ia yang mengeluarkan uang, tadi saat disupermarket ia yang bayar sisa belanjaan ku, es krim juga dia yang traktir, sekarang ongkos bajaj juga dia yang yang bayar.
"Sekali lagi makasi ya Gangga" Teriak ku karena mesin bajaj sudah dinyalakan, Gangga mengangguk lalu melambaikan tangannya ke arah ku.
🕯️
Aku menjepit handphone ku di antara telinga dan pundak lalu mengambil satu botol jus mangga dari dalam kulkas setelah itu menuangnya ke gelas dengan perlahan, sambungan telepon masih tersambung dengan sang penelepon yang sedari tadi meminta maaf karena seharian ia menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Padam Tidak Pudar
Teen FictionSelamat membaca! "Silahkan putar lagu galau terbaik anda"