Aku merebahkan tubuh ku ke tempat tidur, menatap langit langit kamar yang usang lalu mengingat hal hal menyenangkan yang beberapa menit lalu ku lakukan dengan Gama, waktu terasa begitu singkat jika berada disamping Gama entah mengapa aku ingin terus berada disamping laki laki itu.
Aku tersenyum membayangkan kembali ucapan manis Gama saat bianglala berhenti dan kami berdua berada tepat diangka 12 jarum jam, mesin bianglala berhenti tiba tiba membuat sangkar sangkar dari bianglala itu berguncang begitu pun dengan aku dan Gama.
Aku refleks menggenggam tangan Gama lalu memejamkan mata, membayangkan bahwa malam ini aku tidak bisa pulang, terperangkap didalam sangkar ini, berada diketinggian berpuluh puluh kaki, dan yang paling mengerikan adalah tamat ditempat ini, pasti jelek bgt nanti berita di TV.
"Gis, u okay? gapapa, jangan takut, ada saya. Coba buka mata pelan pelan" Suara lembut laki laki itu membuat ketakutan ku memudar bahkan hilang.
Objek pertama yang tertangkap oleh lensa mata ku adalah sepasang mata gelap berbinar dan senyum manis khas laki laki itu.
Gemuruh raja dari semua rasa bersatu, entah kenapa tiba tiba ketakutan akan kehilangan laki laki itu nanti membuat mataku yang tadi berbinar binar seketika berubah menjadi khawatir.
Jika memang laki laki itu tidak singgah nanti, aku hanya berharap ada sepasang mata yang indah seperti miliknya.
"Gisa, kamu perempuan kecil milik tuhan yang hebat, apapun yang kamu takuti, siapapun yang kamu takuti, keadaan apapun yang kamu takuti, semuanya bukan apa apa buat kamu, kamu bisa lawan itu semua, yakin deh, ingat jangan kecewakan saya" ucap Gama diakhiri dengan menyentuh ujung hidung ku lalu mengelus pucuk kepala ku lembut.
"Ga-gam.."
"Ada apa?" Tanyanya tenang.
"Kalau aku mau kamu tetap ada disamping ku, aku egois banget yah?"
"Engga, siapa yang bilang? Saya sulap dia jadi tomat nanti, biar diulek sama ibu kamu buat bikin sambel" Ucap Gama seraya mengambil foto menggunakan kamera jadulnya dari atas bianglala.
"Gam ih, aku serius, ngeselin! Lama lama kamu yang aku ulek" Gama tersenyum dengan kameranya yang stay ke arah ku, benar benar menyebalkan! hobinya mengambil vidio dan foto saat wajah ku gak karuan.
Ia menaruh kameranya lalu meraih tangan ku membuat jantungku lompat ke bulan, lagi lagi aku menatap sepasang mata paling indah ukiran tuhan, pandangan ku turun seketika menuju bibir pink keunguan miliknya sedetik kemudian bibir itu pun berucap.
"Kamu gak akan pernah egois karena saya juga hanya ingin kamu yang ada disamping saya, hari ini, esok atau nanti, jika dibandingkan dengan keegoisan laki laki diluaran sana saya yang paling egois Gis. Saya hanya ingin anak cantik milik tuhan ini hanya untuk saya, saya ingin tuhan menciptakan kamu memang benar benar untuk saya, bukan untuk laki laki lain" Tuturnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Padam Tidak Pudar
Teen FictionSelamat membaca! "Silahkan putar lagu galau terbaik anda"