Hanya Padam Tidak Pudar

67 35 79
                                    

Disaat ku melamun menatap langit oren yang mulai sirna dimakan malam tiba tiba saja ada sebuah pesawat kertas yang mendarat tepat disamping kaki ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disaat ku melamun menatap langit oren yang mulai sirna dimakan malam tiba tiba saja ada sebuah pesawat kertas yang mendarat tepat disamping kaki ku. Dengan cepat aku mengambil pesawat mainan itu lalu membongkarnya karena disayap pesawat itu terdapat tulisan "baca yaa"

Cepat turun ke bawah, saya mau ajak kamu ke suatu tempat.

Aku tersenyum tipis, sudah pasti ini dari Gama, aku menoleh ke arah bawah, benar saja, ada Gama dengan tangan yang melambai-lambai ke arah ku dan juga senyum khasnya.

Aku melambaikan tangan ku juga lalu menaruh kotak es krim itu ke meja yang ada di balkon, dengan cepat aku berlari menuju lantai bawah melewati teman teman ku yang masih berada diruang tamu, menghampiri Gama yang tengah berada didepan penginapan ku.

"Hay" Ucap ku canggung karena–demi tuhan Gama berbeda dari biasanya, kini ia lebih tampan dengan hoodie berwarna beige, celana jeans putih, topi putih, dan sepatu Converse berwarna hitam tidak seperti biasanya yang hanya memakai kaos, jeans dan sandal jepit.

Gama tersenyum seraya menyeritkan dahinya, mungkin karena melihat ku yang tidak berkedip memperhatikannya.

Laki laki itu membungkukkan badannya, mendekatkan wajahnya ke wajah ku yang mulai memanas, menatap mata ku dengan mata gelapnya, sedetik kemudian ia mengelap bibir ku dengan ibu jarinya seraya terkekeh pelan.

"Kebiasaan, kalo makan es krim jangan sambil melamun" ucapnya, setelah itu menarik tangan ku yang masih membeku karena sentuhan lembutnya.

Gama mengajak ku ke atas tebing yang lumayan jauh dari penginapan, tebing yang tidak terlalu tinggi dan untungnya ada anak tangga yang terbuat dari bebatuan untuk naik ke atas sana, ketika berada diatas sana burung camar seolah menyapa ku dan Gama begitu juga dengan si jingga dan lampu lampu hias yang mengelilingi setiap pohon, entahlah bagaimana Gama bisa tau tempat seindah ini.

Ilalang yang berada dipinggir pinggir tebing bergoyang tertiup angin, sama seperti rambut ku yang tidak bisa teratur. Aku menatap langit yang sedang dipenuhi campuran warna, deburan ombak terdengar sayup sayup karena suara nya terkalahkan oleh suara ratusan burung camar.

"Ini mungkin jadi tempat terakhir, saya datang dan pergi disaat senja juga pergi. Gis, senja berjanji untuk datang lagi esok, sama seperti ku, jangan sedih,"

Tiba tiba ucapan Gama membuat kebahagiaan ku yang baru dibuatnya runtuh, wajah ku yang tengah tersenyum karena terpaan angin kencang berubah seketika, aku menatapnya lekat tanpa kedip, menunggu kelanjutan ucapannya.

"Gis, apa kamu sudah tahu tentang rasa saya kepada kamu?" Aku diam tak bersuara untuk saat ini karena bibir ku kelu, pikiran ku dipenuhi oleh hal hal yang nantinya akan terjadi kembali seperti merindu dan kesepian walaupun Gama berjanji untuk mengabari ku selalu.

"Setiap saya berdoa diujung senja, dipucuk fajar, disepertiga malam, kamulah yang selalu menjadi pembuka setiap doa ku kepada tuhan, saya mencintai mu, Gis"

Hanya Padam Tidak PudarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang