empat puluh satu; ngapel

1.3K 251 18
                                    


Janu membawa plastik berisi bakso yang tadi dibelinya di jalan depan sebelum rumah Resya. Ia bingung ingin membawakan apa, berhubung ada pedagang lewat jadi Janu membelinya saja.

Istilahnya hanya untuk formalitas aja supaya ga malu-maluin banget jadi calon mantu.

Cowok itu menghentikan motornya di halaman rumah Resya. Si pemilik tidak ada tanda-tanda akan keluar rumah. Mungkin belum tahu kalau Janu sudah datang.

Baru saja difikirkan, Resya keluar rumah dengan membawa tong sampah kecil. Sepertinya ia tadi berniat untuk membuang sampah.

"Lah, kok lo dateng?!" bingung Resya.

"Kan gue udah bilang mau ke rumah lo. Lupa ya? Atau malah jangan-jangan ga suka kalau gue ngapelin lo."

"Ih, ga gituu..."

Janu berdehem, "Ini gue cuma dianggurin gini aja? Ga ada niatan buat nyuruh masuk gitu?!" sindir Janu.

"Lupa. Masuk, masuk! Gue mau buang sampah dulu, keburu bunda marah kalo ga dilaksanain perintahnya.

Bukannya langsung masuk, Janu malah asik merapikan rambutnya lewat kaca spion motornya. Ga sopan kalau masuk duluan, jadi lebih baik ia menunggu Resya selesai dengan tugasnya baru masuk bersama.

"Kok masih di sini?" tanya Resya bingung saat akan masuk kembali ke dalam rumah. Dengan sok gantengnya Janu malah masih nangkring di atas motor.

"Nungguin lo lah, masa nunggu ayam bertelor."

"Kan gue udah nyuruh masuk tadi."

"Ya gue kan tamu, masa main masuk aja."

"Kan gue tadi yang nyuruh."

Janu menghela nafas, kalau dilanjutkan bisa-bisa tak akan habis sampai besok pagi. Berdebat dengan Resya itu bikin pusing sendiri.

"Yaudah, biar ga saling iri gimana kalo kita masuk barengan aja."

Keduanya masuk ke dalam rumah Resya. Tak lupa Janu membawa plastik yang dibawanya ke dapur sekalian. Ya, itung-itung sambil mempelajari isi rumahnya.

Sesampainya di dapur bunda sedang sibuk membuat entah apa. Mungkin berkreasi dengan kemampuan memasaknya.

"Halo, bun," sapa Janu. Nyapanya manis, biar keliatan akrab gitu.

"Eh, Janu. Kesini sama siapa?" tanya bunda antusias. Seperti reaksi ibu-ibu pada umumnya.

"Sendiri aja kok."

Bunda menganggukkan kepalanya seperti sudah paham. "Mau ngapel ya?"

Ditanya seperti itu membuat Janu menggaruk tengkuknya salah tingkah. Sebenarnya iya, tapi ia tak mungkin menjawabnya seperti itu.

"Lagi bikin apa, Bun?" tanya Janu mengalihkan pembicaraan. Niatnya supaya mereka bisa bahas yang lain.

"Ini bunda lagi iseng aja bikin kue. Tadi nemu video di tiktok, jadi pengen nyoba bikin. Kamu mau bantuin?" tawar bunda.

Lagi dan lagi Janu seperti orang kutuan. Ia giliran menggaruk kepalanya bingung. Tujuannya ke sini kan bukan untuk bantu bunda; melainkan untuk menemui Resya. Tapi, kalau ditolak rasanya tak sopan sekali.

"Eit, ga bisa, Bun. Kita rencananya mau quality time berdua, hehe," cegah Resya yang tiba-tiba datang.

Cowok bernama lengkap Andaru Janu itu mengernyitkan sebelah alisnya. Bucin banget pacarnya satu ini sampai mau bantuin bikin kue aja ga boleh. Tapi gapapa sih, soalnya Resya menyelamatkan dia dari mencari alasan yang tepat untuk menolak.

mas ketos; end Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang