dua puluh lima; menjauh

3K 433 17
                                    

Persis seperti apa yang Resya perkirakan sebelumnya, ia kepikiran. Bahkan, ia berniat untuk menjauh saja dari Janu. Pesan yang dikirimkan Janu belum ia balas sampai saat ini.

Entahlah, Resya merasa labil sekali.

Awalnya ia memang hanya berniat untuk memanas-manasi Mona dengan mendekati Janu. Namun, hanya melihat adegan tadi saja ia malah menjadi kepikiran. Tak mungkin kan Resya menyukainya.

Hari ini ia sengaja berangkat pagi. Untuk menghindari Janu.

Janu bilang, ia akan menjemput Resya sebagai tanda permintaan maafnya atas kesalahan semalam dimana Janu membatalkan untuk menemui Resya. Resya masih uring-uringan gara-gara ini.

Berangkat pagi bukan berarti Resya akan langsung menuju ke sekolah, ia memilih untuk pergi ke rumah Haje terlebih dahulu, baru nanti ke rumah Yaya. Ya, ia ingin saja berangkat bersama seperti beberapa waktu yang lalu.

"Kesambet apaan lo jam segini udah nyampe rumah gue?" tanya Haje yang posisinya masih memanaskan motor. Ia belum mandi ngomong-ngomong.

Seharusnya, tadi Resya ke rumah Yaya dulu saja. Yaya pasti sedang berdandan sekarang. Tidak seperti Haje yang malah santai saja; tidak merasa sedang ditunggu.

"Lo buruan mandi deh! Ditungguin juga, ga ngerasa banget."

Sudah disuruh seperti itu, mau tak mau Haje beranjak. Ia segera masuk ke rumah, mempersiapkan buku pelajarannya hari ini; baru nanti mandi.

Sembari menunggu Haje selesai yang entah kapan selesainya; Resya mengabari Yaya terlebih dahulu. Ia menyuruhnya untuk segera berangkat, ke rumah Haje maksudnya.

Resya tak mau menunggu Haje sendirian. Membosankan.

Saat mengirim pesan kepada Yaya, ada sebuah pesan masuk dari Janu. Janu bilangnya otewe ke rumah Resya. Namun, lagi dan lagi ia mengabaikannya. Biarkan saja Janu terbohongi. Biar tahu rasa.

Sebenarnya, agak kasihan sih.

Ah, intinya biarkan saja. Masa bodoh.

Rupanya, Yaya sudah siap, karena dalam waktu kurang dari sepuluh menit cewek itu sudah sampai di rumah Haje. Padahal, yang punya rumah saja belum selesai mandi. Entah sedang melaksanakan ritual apa.

"Udah dari tadi lo?" tanya Yaya lalu duduk di kursi sebelah Resya.

"Lumayan sih. Sejak Haje belum mandi."

"Buset! Pagi amat. Ada angin apa nih?!"

"Lagi menghindari Ketos, males berangkat bareng," jawab Resya.

Yaya yang mendengar jawaban aneh itu mengernyitkan dahinya bingung. "Masalah apa?"

Nah, ini saatnya Resya untuk bercerita. Ia ingin berbagi tentang masalah ini kepada kedua sahabatnya. Berhubung Haje belum kelar, tak apalah ia bercerita dahulu kepada Yaya.

Resya menceritakan tentang pertemuannya kemarin dengan Mona, sampai pada cerita dimana Janu membatalkan untuk pergi ke rumahnya. Yaya hanya mengangguk saja sebagai jawaban bahwa ia mengerti.

"Trus gue liat Mona meluk Janu," kata Resya diakhir kalimatnya.

"Janu juga bales meluk?"

Resya menggeleng, "Enggak, sih. Tangannya ngegantung doang. Badannya juga kaku gitu."

"Itu tandanya dia ga ngebales pelukan Mona. Mona-nya aja yang kegatelan pake peluk-peluk," sahut Haje. Ia keluar dengan menenteng sepatu dan tas. Tadi tak sengaja terdengar sampai ke dalam rumah.

Entah sejak kapan Haje selesai. Cepat sekali. Maklumlah, anak cowok kalau mau kilat suka tidak ada obat.

"Iya tuh kata Haje. Mungkin, Janu ga mau, tapi Mona ngebet."

mas ketos; end Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang