delapan; permintaan

4.1K 576 58
                                    


Resya yang sedang memakan gorengan buatan bundanya hampir tersedak saat membaca sebuah pesan dari nomor tak dikenal. Salah kirim mungkin.

Karena penasaran, Resya membuka profilnya. Tertera nama andarujanu di sana. Ini ketua OSIS-nya sedang salah kirim pasti.

Satu pertanyaan di benak Resya sekarang.

Sejak kapan Janu menyimpan nomor ponselnya?

Padahal, Resya tak mempunyai nomor cowok itu.


andarujanu

eh, maaf salah kirim
gue kira Rendy

oh
y

Hanya itu balasan Resya. Memang ingin mengucapkan apa lagi. Ingat kan, bahwa mereka tidak dekat. Jadi sepertinya tidak ada pembahasan yang perlu dibahas.

save ya
Janu

iya.

Resya sudah paham betul. Yang awalnya menyuruh save nomor pasti nanti ujung-ujungnya hanya menjadi penonton status. Sebagian besar begitu, dan hampir 95% benar adanya.

Save nomor orang lain yang benar-benar berguna adalah save nomor teman satu kelas. Jika ada pekerjaan rumah, paati chat langsung ramai. Teman satu kelas yang biasanya tak pernah berbicara akrab di kelas bisa tiba-tiba kirim pesan. Hebat kan.

"Rey! Ambilin guling gue dong!" suruh Lukas.

"Ogah. Lo itu dikasih tangan sama kaki buat ambil sendiri. Nyuruh-nyuruh, diambil sama yang buat tau rasa lo."

Lukas jadi takut sendiri. "Ih, nakut-nakutin aja lo bisanya."

"Makanya mandiri!"


...

Masih ada waktu sebelum upacara bendera dilaksanakan. Berhubung setiap hari senin Resya berangkat pagi, maka gadis itu sudah duduk di kursinya sambil memegang topi.

Yaya juga sudah datang. Ia sedang membenarkan letak topi, serta menambahkan liptint di bibirnya—yang padahal jika dilihat sudah lumayan berwarna.

"Ya, masa semalem Janu salah kirim chat ke gue," curhat Resya. Ia hanya mencari topik agar tidak berdiam diri dilanda keheningan.

"Chat apaan?!"

"Biasalah, urusan organisasi. Katanya mau ngirim ke Rendy, tapi salah ke gue."

"Eh, anjim. Nama lo sama Rendy deketan sih. Pantes aja kalo salah kirim."

"Tapi nih ya, yang jadi pertanyaan gue, sejak kapan Janu nyimpen nomer gue?!"

Yaya memasukkan liptint miliknya ke saku seragam. Sekarang, ia fokus menghadap kearah Resya.

"Jangan-jangan..." Yaya menggantungkan ucapannya.

Resya yang semula merasa biasa saja dengan ucapannya menjadi ikut berfikir. Apa yang dimaksud oleh Yaya. Jangan-jangan apa.

Jangan-jangan Janu sudah memiliki nomornya sejak lama dan cowok itu takut untuk sekedar kirim chat duluan kepadanya. Tapi, tak mungkin lah.

"Jangan-jangan apa, Ya?"

mas ketos; end Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang