tiga puluh empat; h-1

2.6K 468 44
                                    


Berhubung besok festival sudah akan dilaksanakan, Janu dan seluruh anggotanya bekerja keras malam ini untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Termasuk menata tempat untuk penampilan besok.

Bukan hanya anggota OSIS saja yang mempersiapkan, anak dance dan tim karawitan juga ikut andil. Yang tandanya bahwa Resya menjadi salah satu dari orang-orang itu.

Ini adalah latihan terakhir, bisa dibilang gladi resik. Kali ini, bukan di aula tempat mereka. Melainkan di lokasi langsung yang sudah ditata sejak sore tadi.

Kurang kuat apa lagi seorang Resya ini yang sudah tidak enak badan, terkena bola, ditolak Janu, masih harus latihan hingga malam hari? Mungkin, ini definisi manusia blasteran robot.

"Pinggang gue, duh encok dah," sambat Cherry yang duduk dengan susah payah.

"Makanya, banyakin gerak, jangan cuma rebahan!" sahut Ajun.

Resya hanya diam menyimak pembicaraan kedua orang di sampingnya. Ini waktu bagi mereka untuk istirahat. Di depan mereka juga sudah ada snack dan minuman yang sudah disiapkan oleh pihak OSIS.

Lia——si sekretaris OSIS datang membawa plastik besar. Ia membagikan bingkisan kepada setiap orang yang berada di sana. Ternyata, ia membelikan nasi kucing.

"Satu-satu ya, jangan ambil dua!" peringat Lia; takut sekali kalau ada yang ambil double. Ya gimana, irit woii.

"Ini gue umpetin satu di dalem baju ga bakal ketahuan kan sama dia?" tanya Ajun.

"Terserah lo mau bertingkah gimana, ga peduli gue," balas Resya acuh. Ia segera membuka bagian nasi miliknya. Isinya hanya sedikit. Mana kenyang?

Beruntung ada dua gorengan yang sedikit lumayan bisa mengganjal juga.

Baru akan menyuap, tangan Cherry menahan gerakan tangan Resya.

"Et, jangan makan dulu! Kata Janu tadi makannya bareng-bareng, main curi start aja lo."

"Keburu laper gue. Lo ga tau gue tadi siang kena bola?"

"Ya apa hubungannya, Rey? Yang kena bola muka lo bukan lambung lo."

Terpaksa Resya mengurungkan niatnya untuk makan terlebih dahulu. Lagipula, Lia belum selesai membagikan makanan ke seluruhnya.

Usai semua kebagian makanan, Janu langsung memulainya dengan doa. Ya, seperti ritual makan pada umumnya. Mereka makan dengan tenang. Tak kenyang tak apa yang penting mampu menahan lapar hingga nanti pulang.

Tepat setelah Resya menyelesaikan makannya, acara mereka terinterupsi dengan kedatangan seseorang. Siapa lagi kalau bukan Malik. Entah bagaimana ceritanya cowok kuliahan itu bisa nyasar ke sini di malam hari.

Mana datangnya dengan wajah tanpa dosa.

"Eh, gue ganggu ya?! Sorry!" ucap Malik saat dirinya menjadi pusat perhatian.

"Engga kok, Kak. Mau makan bareng kita?" tawar Janu.

Malik menggeleng, "Udah kalian aja. Gue ke sini cuma mau nemuin Resya aja kok."

Resya yang sedang memakan gorengan bagiannya lantas berhenti. Ada angin apa Malik mau menemuinya? Ini Malik hanya sendiri saja, tidak bersama Lukas?

Resya fikir iya.

Kalau bersama Lukas, cowok bertubuh besar itu pasti sudah ada di belakang Malik sekarang.

"Nyariin gue, kak?" tanya Resya bego.

"Iya. Katanya lo kena bola sampe pingsan tadi. Abang lo yang perhatian cuma setengah-setengah itu nyuruh gue ke sini buat ngecek keadaan lo. Dia khawatir kok sampe malem lo belum balik," jelas Malik.

mas ketos; end Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang