15 -- Family Drama

45.2K 2.5K 100
                                    

VELYNN

Jadi, Kak Mario ingin aku melupakan semua kejadian tadi? Kenapa? Rasanya sangat menyesakkan ketika permintaan –lebih tepatnya perintah—itu terlontar dari bibir yang baru saja menciumku semalam.

Miris. Rasanya seperti dilambungkan tinggi lalu dihempaskan seperti lagu Anggun C. Sasmi, Mimpi. Eh, kok aku malah promosi begini, sih? Mana nggak dapat royalti lagi.

Aku melangkah gontai keluar dari pintu mobil dengan kepala menunduk. Namun, ketika aku mendongakkan kepalaku menatap ke depan pintu rumahku, aku terbelalak kaget.

"Mama... Papa..." Loh? Kok Mama sama Papa bisa di sini? Jangan-jangan emang bener kalau Mama-ku punya kemampuan kaya Alice Cullen begitu. Jadi dia langsung capcus pulang karena tau calon menantunya bakalan berkunjung. Hoho. Mantap juga yah si Mama.

"Velynn, masuk!" perintah Papa tegas.

Aku tersentak kaget, raut wajah Papa terlihat mengerikan, khas Papa kalau sedang marah. Aku pun menurut, berjalan masuk ke rumah sambil menunduk.

"Kamu juga masuk," lanjut Papa mengarah ke Kak Mario.

Aku terbengong cantik. Serius? Jangan bilang aku mau dinikah paksa sama Kak Mario di dalam nanti. Kalau emang bener, aku mah mau banget, Papa!

***

MARIO

Di dalam ruang tamu rumah Velynn, AC dengan suhu 18 derajat celcius pun terasa sangat menyesakkan, mungkin akibat pengaruh intimidasi Papa-nya yang memanaskan suasana. Papa-nya duduk di seberangku dan Velynn dengan Tante Martha yang duduk di sisinya. Wajah mereka seperti puzzle, bukan karena tak berbentuk. Tapi membingungkan. Ya, membingungkan seperti puzzle.

"Jadi," Om Sastra –Papa Velynn— menggantung ucapannya seraya melirik ke arahku. "kamu yang namanya Mario?" lanjutnya.

Aku mengangguk. "Iya, Om."

Om Sastra manggut-manggut.

"Bisa jelaskan kemana kamu membawa putri Om semalam?"

Ada jeda sebelum aku menjawab. Aku menghembuskan napas lelah. Akhirnya tiba di saat aku harus menjawab pertanyaan ini.

"Semalam Velynn bermalam di rumah saya, Om. Dia ada di sana saat sudah larut malam. Karena itu dia memutuskan menginap ," jelasku singkat melewatkan bagian Velynn menyuguhkan coklat berisi alkohol yang membuatku mabuk lalu aku mencium putrinya. Tentu saja.

Om Sastra manggut-manggut mengerti dan beralih menatap Velynn tegas sekarang. Saat penghakimanku sudah usai. Begitu sajakah? Semudah itu?

"Velynn, apa Papa pernah mengajari kamu bersikap seperti itu? Papa dan Mama sengaja pulang tiba-tiba karena ingin melewatkan Hari Kasih Sayang dengan kamu, anak kami satu-satunya. Tapi kenapa kamu..." Om Sastra menggantung ucapannya sambil mendesah berat dan menggeleng dramatis. Sepertinya aku mengenal jelas langgam seperti ini. Seperti perilaku seseorang yang sangat kukenal.

"Papa kecewa sama kamu..." Om Sastra bangkit dari duduknya dan membalikkan badannya memunggungi kami.

"Papa..." Velynn segera menghampiri Om Sastra dan bersimpuh di hadapannya sambil memeluk kaki ayahnya. "Hiks. Papa maafin Velynn..."

Maaf. Apa aku sedang menonton drama keluarga sekarang? Apa ini sinetron? Atau sebuah reality show di mana terdapat kamera tersembunyi lalu muncul beberapa awak kamera meneriakkan kata, "Kena deh!"

Sungguh keluarga yang ajaib.

Tante Martha tersenyum simpul dan maklum sambil berucap pelan namun masih dapat kudengar.

Your PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang