Epilogue

87K 3.1K 171
                                    

PS: ada beberapa kata2 dengan konten agak 'dewasa', diharapkan kesadarannya untuk memilah dengan baik. Oke? ^^

***

VELYNN

Nyebelin! Kak Mario lama-lama ngeselin ih!

"Nape lo? Kesambet Nyai Kunti siang bolong gini?" Suara wanita yang menyebalkan yang sudah sangat akrab dengan telingaku mencibir. Aku mendecak kesal.

"Kak Mario loh, Chlo. Masaan hari ini anniversary kita yang pertama dia lupa, sih. Padahal baru pacaran setaun. Dari tadi semua kode yang gue kasih diabaiin sama dia. Kesel!" Aku meninju pelan bantal dalam genggamanku.

Iya, aku udah tinggal di rumah kedua orangtuaku di Jakarta sekarang. Setelah menamatkan kuliahku di Bandung, Mama bersikeras kalau aku harus pindah kembali ke Jakarta untuk tinggal bersama mereka. Ya, aku sih nggak keberatan, lagipula kalau aku di Jakarta kan bisa lebih dekat sama Kak Mario.

Tentang Stanley, dia masih bersahabat denganku, walau kontak kami lebih banyak lewat perantaraan dunia maya.

"Lo sih, hobby-nya ngodein mulu. Cowok tuh kan nggak bakalan peka cuma dengan sekedar kode. Cowok itu tuh manusia paling nggak peka, tau," sengit Chloe. Lah, ini anak kenape? Kok malah kaya curcol begini?

"Lo kenapa, Chlo?" tanyaku.

Ia mendesah berat.

"Problem yang biasa. Gebetan gue disalip orang karena gue kebanyakan ngasih kode tanpa mau ngungkapin. Dasar cowok nggak peka dan nggak setia! Padahal semua kode gue tuh udah jelas pake banget!" Chloe memekik kesal, merebut bantal dalam genggamanku dan meninjunya.

Nahloh. Galau tuh nular, yah? Kok malah dia yang galau sekarang?

"Sabar yah, Chlo," hiburku. Ia menunduk sedih.

Ternyata temenku yang somplaknya sebelas dua belas sama aku ini bisa galau juga. Ternyata dia masih manusia...

"Iya..." lirihnya. Seakan teringat sesuatu, ia langsung melirik cepat ke arahku.

"Oh iya. By the way, gimana hubungan lo sama Kak Mario? Nggak ada tanda-tanda dia mau ngelamar lo? Udah setaun loh kalian jalan. Lagian, usianya juga udah tiga lima dan lo juga udah siap kawin, kan?" tanyanya tiba-tiba.

"Hush, bahasa lo, Chlo. Nikah dulu, baru kawin."

"Elaah... sama doang itu mah. Cuma mana yang lebih dulu aja," jawabnya tak acuh. Susah kalau ngomong sama orang somplak, mah.

Tapi bener loh kata Chloe. Usia Kak Mario kan udah pertengahan tiga puluh. Kalau kelamaan nikah gini, takutnya waktu kami punya anak nanti, Kak Mario udah uzur. Trus, waktu anak kami nikah, jangan-jangan Kak Mario udah... Aaa... amit-amit! Jangan sampe, deh!

Atau jangan-jangan... Kak Mario tuh nggak serius sama hubungan ini? Tapi... kalau Kak Mario nggak serius, buat apa dia nungguin aku sampe 5 tahun ini?

Hh... pucink 'pala Barbie...

***

Menyedihkan. Bahkan sampe jam sebelas malam gini juga nggak ada tanda-tanda kalau Kak Mario bakalan ngajakin rayain anniversary atau bahkan sekedar ngucapin. Apa aku se-nggak penting itu, yah sampe Kak Mario lupa sama aku?

Aku menghela napas frustasi. Sepertinya aku butuh minum untuk menetralkan beban pikiran yang berkecamuk di kepalaku.

Aku melangkah turun menuju pantry. Seluruh ruangan di rumah tampak gelap. Dan ketika aku menekan saklar lampu ruang tengah menuju pantry tiba-tiba...

Your PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang