1. Introduction.

95 5 2
                                    

This my next story, setelah 2 cerita yang udah aku publish aku biarin gitu aja, hehe. Maaf. Semoga cerita yang satu ini bagus, dan pada suka.

So, Happy Reading!

----------------------

Safana Safira. Seorang gadis pemilik sebuah butik pengantin yang cukup terkenal. Fana berasal dari Surabaya, tetapi semenjak ia duduk di kelas 2 SMP, Fana telah merantau ke Jakarta. Fana bilang pada kedua Orangtuanya bahwa, ia ingin mandiri dengan hidup jauh dari Orangtua. Kedua Orangtua Fana percaya pada Fana, karena Fana memang anak yang mandiri dan dapat di andalkan.

Dan disinilah Fana sekarang. Di kota metropolitan yang tidak ada hari tanpa kemacetan dan di Kota ini Fana mencari uang untuk dirinya, keluarganya dan Fahmi.

***

"Bundaaaa!”teriak Fahmi gelisah.

Fana berlari kecil menuju kamar Fahmi. Setiap pagi Fahmi selalu berteriak dan membuat apartement sederhana itu ramai.

“Kenapa? Jangan kebiasaan teriak pagi-pagi, deh.”Fana menasehati Fahmi yang masih berumur 6 tahun itu.

“Buku Fahmi nggak ada!”

Fana memutar kedua bola matanya dan mencari perlahan buku yang Fahmi maksud. “Bukunya warna apa?”Fana membuka satu persatu laci meja di kamar Fahmi.

“Warna hijau terus ada gambar hewan-hewannya gitu. Ituloh, buku menulis Fahmi. Bunda tau, ‘kan?”jelas Fahmi.

Fana menyodorkan pada Fahmi sebuah buku berwarna hijau dengan gambar hewan-hewan yang ternyata berada di kolong tempat tidur Fahmi. “Lain kali jangan ditaruh sembarangan. Simpan yang rapi!”

“Iya. Makasih, Bunda!”seru Fahmi senang.

“Cepet keluar, makanannya keburu dingin.”Fana keluar dari kamar Fahmi.

Fahmi memasukkan buku yang Fana temukan kedalam tas bergambar kartun CARS.

Fana tampak mencomot sandwichnya sambil terus memandang ke layar iPadnya. Banyak yang harus Fana kerjakan hari ini, mulai dari membuat desain baru, membeli bahan untuk membuat baju dan persediaan benang yang sudah mulai habis. Fana tidak pernah menyuruh orang untuk membeli kebutuhan-kebutuhan butiknya, ia sendiri yang turun tangan dan membelinya. Karena, menurut Fana itu lebih baik dari pada ia hanya menggambar desain baju dan saat ia selesai mengerjakannya Fana hanya diam saja.

“Bunda, nanti jemput Fahmi, ‘kan?”Fahmi menaruh tas sekolahnya di bawah lantai dan mulai memakan makanannya. Fahmi baru bersekolah di Taman Kanak-Kanak tahun pertama.

“Kayaknya nggak bisa, nanti Mbak Tari yang jemput kamu. Bunda harus beli sesuatu.”

Fahmi mengerucutkan bibirnya. “Jangan sama Mbak Tari. Fahmi nggak suka! Masa dari sekolah Fahmi sampai butik Bunda, Mbak Tari terus nyanyi-nyanyi nggak jelas!”protes Fahmi.

“Hush! Nggak boleh gitu, nanti Tuhan marah, loh, sama Fahmi.”

Fahmi terdiam dan melanjutkan memakan makanannya.

*****

"Jangan nakal di Sekolah. Awas sampai Bunda di panggil Bu Veni lagi!”Fana mengingatkan. Minggu kemarin Fana di panggil oleh Bu Veni, Guru yang bertanggung jawab atas kelas Fahmi. Fahmi selalu saja membuat onar karena ia tidak terima di hina oleh teman-teman sekelasnya.

Fana belum menikah dan Fana baru berusia 23 tahun. Fahmi bukan anak kandung Fana, melainkan anak dari sahabat Fana dulu. Fahmi lahir karena kecerobohan Kira, sahabat Fana, di masa lalu.

“Habisnya Yoga terus ngejek Fahmi nggak punya Ayah!”Fahmi melipat kedua tangannya di depan dada.

“Biarin aja, nggak usah kamu bales.”

RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang