14. First Date [Part 2]

50 3 0
                                    

Dor! Sesuai janji, ya. Aku post First Date part 2, tepat 2 hari. Btw, makasih yg udah baca, tp boleh kali votenya.hihi.

Happy reading, gayz!

———————

Targa, dan Fana sudah berada di dalam mobil. Targa segera melajukan mobilnya ketika keduanya sudah siap. Fana masih kesal dengan Targa karena membohongi dirinya.

Targa melirik Fana yang diam sambil menatap ke satu arah dengan ekor matanya. "Masih kesel?"

Fana menatap ke arah Targa dengan sinis. "Menurutmu?!" jawab Fana ketus.

Targa menghela nafas panjang. "Oke, ini kesekian kalinya aku minta maaf buat masalah ini. Maaf banget, aku nggak niat bohongin atau apa, aku cuma pengen buat surprise. Nggak ada salahnya, kan, buat surprise gini?"

Fana hanya diam.

"Sa," panggil Targa pelan.

Fana masih tetap pada pendiriannya. Tetap bungkam, dan tidak mempedulikan Targa.

Targa mulai kesal, ia meminggirkan mobilnya.

"Aku kudu ngapain biar kamu nggak kesel lagi?" tanya Targa dengan lembut sambil menghadap Fana.

Lagi-lagi hanya hening.

"Kalo kamu nggak ngomong, aku mana mungkin tau, Sa. Ayolah, kamu udah gede, dewasa dikit. Masa iya, aku kudu beliin kamu permen kapas dulu biar nggak kesel lagi?" Targa benar-benar pasrah. Fana memang benar-benar unik, biasanya jika seorang perempuan normal pasti akan senang jika kekasihnya memberi sedikit kejutan atau hadiah. Tapi Fana malah kesal dengan Targa, dengan alasan Targa membohongi Fana. Benar-benar unik.

Targa masih belum melajukan mobilnya, menunggu Fana untuk angkat bicara, dan memaafkan dirinya.

5 menit.

10 menit.

14 menit.

20 menit.

25 menit.

"Ga," akhirnya Fana bersuara, tapi Fana tidak menoleh sedikitpun ke arah Targa.

"Kalo ngajak orang ngomong lihat ke orangnya," jawab Targa dengan cepat.

Fana menghela nafas dengan sebal. "Targa!" kini suara Fana terdengar sedikit membentak.

"Kamu mau ngomong sama aku atau mau ngajak ribut?"

Fana semakin sebal. Targa berusaha tetap stay cool, dan menahan tawanya karena tidak tahan melihat wajah sebal Fana.

Fana tampak memejamkan kedua matanya sejenak, kemudian menghadap ke Targa sambil tersenyum. Tentunya senyum yang dibuat-buat.

"Targa," seru Fana sambil memaksakan senyumnya.

"Hmm?" Targa hanya bergumam.

"Kamu jawabnya kok gitu?! Kesel, deh! Udah ngomong baik-baik, pake senyum juga malah jawabnya gitu aja!" teriak Fana kesal.

Targa tak tahan menahan tawanya.

"Ada yang lucu, ya?! Jangan bercanda, deh!"

Targa semakin mengeraskan tawanya.

"Targa! Jangan ketawa! Aku turun, nih!" ancam Fana.

"Iya, maaf," Targa memegangi perutnya yang kaku, wajahnya sedikit memerah akibat tertawa terlalu kencang.

"Udah kelar marahnya, hmm?" tanya Targa setelah berhasil mengontrol tawanya.

"Jangan ngomong sama aku!" jawab Fana ketus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang