Malam ini Fana berdandan dengan cantik dengan sebuah gaun malam yang ia desain sendiri. Satu jam lagi Fana harus sudah berada di aula sebuah hotel yang baru dibuka, hotel tersebut milik seseorang yang Fana kenal.
Fahmi juga sudah berpakaian dengan rapi. Jas hitam sudah melekat pada tubuhnya. Malam ini, Fahmi benar-benar terlihat sangat dewasa jika menggunakan pakaian seperti itu.
“Kita mau kemana, sih, Bunda?” Tanya Fahmi sambil memperhatikan Fana yang sedang memoles bibirnya dengan lipstick.
“Ke pembukaan hotel punya teman Bunda.”
“Cuma pembukaan aja kenapa Fahmi harus pakai baju ini?! Fahmi nggak suka!” Fahmi memang tidak suka berpakaian formal, sangat mirip dengan Kira. Dulu, saat prom night kelulusan Kakak kelas, Kira bersikeras untuk menggunakan pakaian seadanya, karena Kira tidak suka memakai pakaian yang terlalu formal.
“Nggak lama, kok. Fahmi juga keliatan gagah kalo pakai baju ini,” puji Fana sambil merapikan dasi Fahmi yang mencuat keluar.
Wajah Fahmi tampak sumringah. Ia sangat senang di puji.
Fana mengusap puncak kepala Fahmi pelan. “Yuk, berangkat!”
*****
Saat Fana selesai mengisi buku tamu, terlihat aula sudah tampak ramai. Banyak orang-orang yang membuat gerombolan, dan sedang membicarakan sesuatu. Beberapa juga sudah ada yang menghampiri stand tempat makanan.
Fahmi mengeratkan pegangannya pada Fana, ia melihat satu persatu wajah orang yang ada di dalam aula. Raut takut pun muncul di wajah Fahmi. Ia tampak asing dengan orang-orang yang ada di sini.
“Hey!” seorang lelaki seumuran Fana menepuk bahu Fana pelan.
Fana menyunggingkan senyumnya.
“You look so beautiful!” pujinya.
Fana terkekeh mendengarnya. “Semoga lancar, ya, buat kedepannya.”
“Gue juga berharap begitu, tapi who knows?” lelaki itu mengendikkan kedua bahunya.
“Bunda,” gumam Fahmi. Ia terlihat kesal karena tidak dianggap.
Lelaki itu langsung berjongkok menyamakan tingginya dengan Fahmi. “Ini Fahmi?” Tanya lelaki itu mendongakkan kepalanya.
Fana mengangguk.
Lelaki itu mengusap puncak kepala Fahmi. “Anak lo entar kalo gede bakal jadi player, kayaknya.”
Fana langsung meninju bahu lelaki itu. “Jangan samain Fahmi sama kamu, Val!”
“Bunda! Om ini siapa, sih?! Fahmi nggak suka!” celetuk Fahmi frontal.
Fana terkejut lalu tertawa terbahak. “Ini Om Noval. Nggak baik bilang gitu, nanti Om Noval-nya sakit hati gimana?”
Fahmi tak menjawab, dan menatap Noval dengan tatapan tak suka.
“Canggih juga anak lo!”
“Dikira aku robot?!” protes Fahmi.
Tawa Fana, dan Noval meledak.
“Nikmati acaranya! Gue mau nyapa yang lain dulu,” Noval berpamitan, dan tak lupa mencubit kedua pipi Fahmi dengan gemas.
“Bunda! Fahmi mau pulang!” rengek Fahmi.
“Kenapa? Baru juga sampai di sini,” Fana bingung dengan tingkah Fahmi.
“Om tadi ngeselin. Fahmi kan, udah gede, masa pake dicubit segala!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality
Teen FictionSafana Safira atau biasa di panggil Fana adalah seorang Gadis berumur 23 tahun yang sudah mempunyai seorang anak, tapi Fana belum menikah, dan selalu saja gagal dalam masalah percintaannya. Fana punya 2 keluarga. Keluarga pertamanya atau keluarga ka...