12. Putri's Feeling

27 2 1
                                    

Part kali ini spesial tentang Putri. Semoga nggak ngecewain.

Enjoy, gayzz!!

---------------

Hari ini Fana sampai 4 hari kedepan, Fana menutup butiknya untuk sementara waktu. Ia ingin pegawainya berlibur untuk sementara, dan dirinya juga sedikit butuh waktu untuk berlibur. Sudah 1 minggu berlalu setelah dirinya, dan Targa berbaikan, dan ini hari ketiga apartement milik Fana kembali sepi seperti biasa. Kedua orangtua Fana, dan Ken telah kembali ke Surabaya.

Fana benar-benar merindukan Targa. Tetapi, Fana tidak berani menganggu Targa, dari kemarin Targa pergi keluar kota untuk bekerja. Ya, Targa mulai menerima tawaran untuk memotret kembali. Fana hanya bergelung di tempat tidur sambil mengguling-gulingkan badannya kesana kemari. Sudah sangat lama sekali sejak Fana memiliki waktu bebas seperti ini.

Ting... Tong...

Suara bel berbunyi. Dengan malas Fana turun dari tempat tidurnya, dan membuka pintu.

Terdengar isakan tangis. Fana dengan cepat membuka pintu apartemennya, dan mendapati seorang gadis memakai seragam SMA menundukkan kepalanya sambil terisak.

"Pu-Putri?" Fana memegang bahu Putri.

"Kak," Suara Putri terdengar menyedihkan. Fana menggiring masuk Putri, dan membiarkan Putri menangis.

"Kenapa?" Tanya Fana khawatir. Ini baru jam 10, dan Putri berdiri dengan terisak di depan apartement-nya. Apa terjadi sesuatu pada Keluarganya?

Putri memeluk Fana dengan erat.

"Hey, kamu kenapa? Cerita sama Kakak," Fana mengelus rambut Putri dengan lembut.

Setelah menunggu 20 menit, Putri akhirnya sedikit tenang. Fana juga sudah menyuguhkan segelas jus jeruk untuk menyegarkan tenggorokan Putri.

Putri meneguk segelas jus jeruk yang Fana suguhkan.

"Tell me everything!" pintah Fana.

"Putri patah hati, Kak," suara Putri masih terdengar sedih.

Bibir Fana melengkung ke atas. Masalah wajar yang cepat atau lambat harus dihadapi oleh gadis remaja seusia Putri.

"Patah hati kenapa?"

"Putri, kan, ngefans tuh sama cowok, dia Kakak kelas Putri. Namanya, Jovian. Dia kapten basket, pinter, nggak cakep, sih, Cuma karismanya Kak Jovian bisa buat Putri seakan-akan lagi terbang. Nah, kita akhir-akhir ini deket banget, Kak. Udah ada 4 bulan kali, ya, kita pdkt-an. Ya, selayaknya cewek-cewek seumuran Putri, kalo Putri disenyumin, disapa, diajakin ngobrol sama Kak Jovian pasti seneng, kan? Putri aja sering blushing Cuma gara-gara Kak Jovian muji Putri ini itu. Putri, sih, oke-oke aja dia mau lakuin apapun, karena itu hak dia, dan Putri nggak bakal marah kalo Kak Jovian mau pergi sama siapapun atau nggak pamit sama Putri, karena posisi Putri masih bukan siapa-siapa dia.

"Pernah waktu itu, Putri lagi kesel, dan Kak Jovian nggak ngasih kabar apapun ke Putri, Putri tanpa mikir langsung telpon Kak Jovian, tanyain lagi dimana, kok nggak ngasih kabar sih kalo pergi, kok nggak ngasih tau kalo latihan, dan blabla. Eh, malah Kak Jovian marah-marah, bilang kalo Putri itu bukan siapa-siapa Kak Jovian, dan kita masih pdkt-an. Oke, itu Putri nyesek banget, akhirnya Putri balik lagi macem dulu, nggak pernah marah kalo Kak Jovian pergi nggak ngasih tau Putri, toh Putri bukan siapa-siapa dia.

"Udah seminggu Kak Jovian nggak ngasih kabar ke Putri, tapi masih sering nyapa Putri di sekolah. Mungkin lagi sibuk, Putri positif aja, tuh. Eh, tadi pas istirahat, rasanya kaki Putri lumpuh, dada Putri kerasa macem dipukulin, muka Putri panas banget. Kakak tau apa? Kak Jovian nembak temen deket Putri! Dan temen deket Putri nerima Kak Jovian, terus mereka kissing, parahnya dia tau kalo Putri selama ini deket sama Kak Jovian! Putri kurang baik apa coba, Kak?! Dikira Putri boneka kali, ya, nggak punya perasaan?! Emang cowok gitu semua, ya, Kak?!"tiba-tiba Putri menjadi emosi. Raut wajahnya begitu kesal, dan air matanya kembali mengalir.

RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang