Semenjak peristiwa Fana menyuapi Targa di rumah Sonya, sikap Targa mulai melunak pada siapa saja. Targa mulai perhatian pada kedua adik perempuannya, tak jarang Targa menjemput Putri ke sekolahnya. Alice merasa iri, karena dulu Targa tidak pernah menjemputnya ke sekolah, hanya supir angkot, dan orang-orang di dalam angkot yang menemaninya. Karena merasa sedikit bersalah pada Alice, Targa pun menyempatkan untuk menjemput Alice di kampusnya, saat Zaka, kekasih Alice, tidak dapat pulang bersama Alice.
Senang bukan kepalang saat Alice melihat mobil Targa yang sedang parkir di arena parkir tertangkap oleh matanya. Tak henti-hentinya Alice berterimakasih pada Targa karena sudah mau repot-repot menjemputnya di kampus, Alice juga memberikan sebuah kecupan di pipi Targa yang selama ini hanya Alice tahan, karena ia tau bahwa Targa tidak suka di sentuh oleh orang lain, kecuali Cessy, dan Sonya.
Fana juga ikut senang melihat perubahan Targa. Fana juga mendapatkan dampak positif dari perubahan sikap Targa. Targa sedikit demi sedikit, menjadi perhatian pada Fana, sering mengantar jemput Fana, dan Fahmi, sampai-sampai, terlintas di benak Fana bahwa ia harus pergi ke rumah sakit untuk mengontrol apakah jantungnya baik-baik saja.
Berada di sekitar Targa, membuat jantung Fana berdegup sepuluh kali lipat lebih cepat dari biasanya, perutnya juga tak jarang merasa tergelitik karena sikap manis Targa. Fahmi juga tidak takut lagi pada Targa, ia sering menggandeng ataupun memeluk Targa dengan manja, bagaikan sedang bersama Ayahnya.
“Fan, Mama mau buat pesta baberkyu di rumah pas malam tahun baru nanti. Gimana menurut kamu?” tanya Sonya pada Fana.
“Ya, buat aja. Nanti Fana bantuin belanjanya. Pasti rame, Ken sama Ayah 4 hari lagi juga kesini, jadi makin rame!”
“Kamu ajakin temen kamu pas SMA atau pegawai butik kamu.”
“Siap!”
*****
Fana, Yola, dan Alice sedang menunggu kedatangan Ken, dan Farid di stasiun. Sebenarnya, Alice ada kelas hari ini, tapi ia relakan untuk membolos hanya untuk bertemu dengan Ken.
Sudah hampir 1 jam mereka menunggu, dan tak lama kemudian, kedua orang itu muncul.
Ken masih sama seperti dulu, masih tetap tampan, dan mempesona. Kacamata minus berframe hitam, dengan kemeja yang lengannya digulung ke atas, dan rambutnya yang selalu acak-acakan. Di sebelah Ken, berdiri sosok pria jangkung yang sudah berumur dengan rambut yang sedikit beruban. Melihat sosok Ayahnya keluar dari gerbong kereta api, tanpa takut Fana menerobos ramainya stasiun, dan langsung menghambur ke pelukan Ayahnya.
“Ayah!” seru Fana. Pria berumur itu terkejut karena tiba-tiba Fana memeluknya.
Farid membalas pelukan Fana, “Sudah lama?”
“Lama banget!” keluh Fana.
“Mana Ibu?”
Fana menunjuk tempat di mana Yola, dan Alice berada. Farid, dan Ken pun mengikuti Fana di belakangnya.
“Ken! Astaga! Makin cakep aja! Gue kangen banget,” cerocos Alice tanpa henti.
Ken tersenyum lebar saat gadis di depannya ini mulai angkat bicara, “Masih pendek aja lo,” Ken tertawa mengejek.
Alice mencubit pinggang Ken dengan gemas.
Mereka berlima langsung menuju ke tempat di mana mobil Fana terparkir. Farid yang menyupir, dan Yola duduk di sebelahnya. Sedangkan Ken berada di tengah-tengah dua perempuan yang sangat ia sayangi.
“Fahmi nggak ikut, Mbak?” Tanya Ken yang kelihatannya merindukan sosok kecil Fahmi yang selalu menempel pada dirinya.
“Enggak, dia ada les piano.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality
Teen FictionSafana Safira atau biasa di panggil Fana adalah seorang Gadis berumur 23 tahun yang sudah mempunyai seorang anak, tapi Fana belum menikah, dan selalu saja gagal dalam masalah percintaannya. Fana punya 2 keluarga. Keluarga pertamanya atau keluarga ka...