Kabut Berarak #32

10.5K 624 12
                                    

Buat part ini aku teringat sama lagu lawas yang dibawakan Sasha.

Jangan salah, doi cowok lho.

Suka sama liriknya, No need to worry, there's no doubt.

Sepertinya pas untuk Aria.

Enjoy this part.





Asyik membaca dan bermesraan di ruang baca membuat kedua orang tersebut sampai melupakan jam makan siang yang sudah lewat tiga puluh menit yang lalu. Pantasan sejak tadi perut Aria sudah melilit karena lapar. Ternyata menjalankan hobby diselingi bermesraan membuat keduanya lupa waktu. Agar tak terjerumus lebih dalam lagi, juga agar Aria masih bisa menjaga pikirannya sewaras mungkin, ia mengajak Tara makan siang. Gawat saja jika ada setan melintas dan membuat Aria lupa segalanya. Memang pernikahan harus digelar secepatnya.

"Makan yuk Tara," ajak Aria sambil berdiri dan meraih tangan Tara membawanya ke ruang makan. Akan ada masanya mereka akan menyatukan diri dan itu tak lama lagi. Memikirkan hal tersebut, Aria merasa sedang gambling. Namun kala melihat Tara, semua keraguan disingkirkannya sejauh mungkin.

Sebelum mandi tadi, Tara sudah menata meja jadi mereka langsung duduk di tempat biasanya ketika bersantap menikmati makanan yang sudah tersedia. Aria larut dengan pikirannya, sementara Tara juga berusaha menghentikan beberapa hal yang mulai memenuhi kepalanya. Mengapa makan siang ini jadi begitu sunyi?

"Tara, ntar Mama ke sini. Kayaknya mau bawa katalog wedding dress deh. Ntar kamu pilih aja modelnya, tapi jangan yang banyak bukaannya ya." Aria pastikan, wedding dress yang dipilih Tara harus yang tertutup, jangan pernah ada belahan yang berlebihan di bagian dada, pundak atau kaki. Dia tidak ingin ada bagian-bagian dari tubuh Tara yang terekspos. Kadang ya, Aria merasa tidak masuk akalnya yang sehat ini jika ada mempelai wanita yang mengenakan wedding dress yang seolah-olah ingin memperlihatkan bagian tubuhnya agar terlihat seksi. Bagi Aria, tubuh wanita yang dicintainya harus ia jaga dari mata pria lain. Dia tidak melarang menggunakan pakaian yang sedikit terbuka, tetapi itu sesuai pada tempatnya seperti di pantai atau kolam renang.

"Sudah mau pilih wedding dress aja?" Tentu saja Tara tak menyadari, pernikahan mereka bulan depan. Begitu cepatnya waktu berlalu. Itu berarti mereka sudah harus mempersiapkan segala sesuatunya yang berhubungan dengan pakaian, gedung dan lainnya mulai dari sekarang. Tara semakin nervous. Belum lagi memikirkan kuliahnya, dia juga harus berbagi memikirkan pernikahan yang sudah dekat di depan mata.

"Kenapa? Bulan depan lho Tara, apa kamu lupa? Atau mau lebih dipercepat?" Aria sengaja menggoda Tara. Tak tahukah Tara bagaimana ia harus melawan segala godaan yang selalu menyerangnya saat berdekatan? Tolong, jangan menyiksanya lebih lama lagi karena dirinya bisa gila menahan hasrat.

"Bulan depan aja biar ada waktu untuk persiapan. Pasti ribet kan ya?" Tara menyaksikan bagaimana ribetnya saat kakaknya menikah. Walaupun tidak dilibatkan, tetapi Tara melihat betapa sibuk orang tuanya mempersiapkan mulai dari seserahan, pakaian seragam yang akan digunakan keluarga kedua mempelai juga gedung dan sebagainya. Saat itu rumah tak pernah sepi karena keluarga pada berkumpul.

"Nggak juga kok. Sekarang kan sudah banyak jasa wedding organizer yang bisa handle urusan ginian. Kita tinggal lihat aja paket yang mereka tawarkan, tentunya sesuai dengan tema yang kita inginkan. Ntar Mama yang urus, kamu fokus kuliah aja Sayang." Bukan Tara saja yang sibuk memikirkan, Aria juga. Sejak mengajak Tara menikah, ia sudah merancang tema seperti apa pernikahan mereka. Hanya saja, semakin memikirkan hal itu Aria dihinggapi rasa kekhawatiran yang cukup parah dari hari ke hari dan itu disimpannya rapat-rapat agar tak terbaca Tara.

Kabut Berarak (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang