Wuihhh.... sudah weekend kedua di bulan Desember nih.
Berharap, penggemar Aria dan Tara tetap sehat dan bahagia ya.
Jangan seperti Ario, nggak jelas maunya apa.
Jangan lupa melemaskan jari dengan vote dan komen ya.
Dan di sinilah mereka, Vero, Ario dan Tara menikmati steak di area Cipete siang itu. Jangan tanya lagi betapa gembiranya Ario, ya walaupun ada ibunya. Tempat makan yang tidak mewah tetapi infonya terkenal dengan steaknya yang lezat. Begitu info yang Ario terima dari beberapa rekannya di Jakarta. Kali ini ia tidak berminat kembali lebih cepat ke London. Ario sudah menyusun rencana untuk mengenal Tara lebih dekat. Awas, walinya marah lho! Tapi mana Ario peduli. Kembali lagi prinsipnya seperti dulu, wanita yang dekat dengan Aria harus lulus ujian darinya. Yang dekat siapa, yang menguji siapa. Baiknya kamu menguji diri sendiri aja deh Ario.
Di tempat lain, seseorang rada tidak konsen dengan pekerjaannya. Sebentar-sebentar melihat ponsel, berharap ada pesan dari Tara, namun pesan yang dinanti tak kunjung datang. Lalu ia membolak-balik dokumen dengan kasar dan memanggil Doni lewat intercom. Doni dengan langkah tergesa memasuki ruangan. Mendengar suara bosnya tadi, alarm Doni segera berbunyi. Semoga saja ia bisa keluar ruangan nanti dalam keadaan yang masih utuh. Aria jika dalam mode kesal, sama menyeramkan dengan dirutnya. Jadi bisa dibayangkan, jika keduanya sedang marah, geger seluruh penghuni gedung. Tempat mereka biasanya curhat jika kedua bosnya itu sedang kesal, ke Indra. Bosnya yang ini paling adem dari semua jajaran Direksi.
"Kok bisa dokumen yang mentah begini lolos ke maja saya sih Don? Kamu periksa nggak?!" Aria melempar dokumen konsep desain hotel dari beberapa Konsultan Perencana yang mereka undang, ke meja. Konsep asal begitu kok bisa sampai ke mejanya? Doni mengambil dokumen dari meja.
"Akan saya cek kembali Pak." Doni mundur dari ruangan Aria. Biasanya jika Manager dari masing-masing divisi memberikan dokumen ke Doni untuk diteruskan ke Aria, ia sudah tidak mengecek lebih detail lagi karena menurutnya, jika Manager yang membawanya langsung setidaknya sudah lolos pemeriksaan mereka. Apa kali ini mereka lalai? Doni duduk kemudian mengecek satu per satu dokumen tersebut. Konsep ini tidak bermasalah bahkan ada beberapa yang sudah memenuhi kriteria seperti TOR (Term of Reference) yang mereka berikan. Apa mungkin standar yang diinginkan Aria kelewat tinggi? Memang standar bosnya terhadap desain selalu tinggi sih. Tapi ini kan baru konsep, yang seharusnya masih bisa direvisi. Kalau perempuan, dipastikan bosnya sedang PMS. Upsss.... Doni menengok takut-takut ke pintu ruang Aria, khawatir pintu itu terbuka dan bosnya melihat ia terkikik tadi. Bisa berabe dan bakalan kena SP. Doni berinisiatif untuk mengadakan meeting dengan tim desain. Harus secepatnya ia menyelesaikan masalah ini.
"Gimana Tara, steaknya enak kan?" tanya Ario melihat Tara menikmati steaknya.
"Iya, enak Pak." Steaknya memang enak, Tara akui itu. Dagingnya empuk dan gurih. Pantas saja Ario ngebet mengajaknya ke tempat ini.
"Kapan-kapan kita ke sini lagi ya." Ario jadi bersemangat. Dia lupa kalau Tara izin ke Aria untuk kali ini aja menerima ajakannya.
"Bakalan nggak diizinkan Aria tuh." Vero mengingatkan Ario. Ario menggaruk tengkuknya kasar. Akan ia pikirkan caranya agar Aria bisa memberinya izin mengajak Tara lagi. Susah banget sih berhubungan dengan Aria.
"Ma, habis ini kita jalan-jalan lagi, mumpung Tara bisa keluar nih." Habis makan siang, Ario berinisiatif mengajak ibunya dan Tara jalan ke mall.
"Mau ke mana sih, ntar Aria ngomel lagi."
"Ke mall aja bentaran Ma. Nggak apa kan Tara?" Tara bingung jawabnya. Bakalan kena damprat Aria kalau tahu ia lanjut ke mall. Tapi apa bisa menolak ajakan Ario? Lagian ini ada Ibu Natakusumah, jadi tak apa sesekali ia membangkang. Tara mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabut Berarak (complete)
RomancePutus kuliah di saat beberapa semester lagi ia akan meraih gelar sarjana Arsitekturnya, membuat Tara mengubur semua impiannya. Kehidupannya hancur setelah kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Satu per satu peninggalan orang tuanya habis d...