ACAP KALI, anak perempuan itu merasa seperti putri raja. Tinggal di Beta Residence, di kediaman mewah yang mereka sebut Palais Eugul. Begitulah sebutan rumah khusus yang disediakan Dewan Tinggi bagi para eksekutif Terra Firma: orang-orang yang bekerja di lembaga Magistrat dan Protektorat. Pekerja di Kementerian tidak termasuk eksekutif Terra Firma lantaran disebut pegawai madya.
Annadher bisa bebas berlari di lorong-lorong megah Palais Eugul, dengan karpet merah anggun di sepanjang lantai dan kandelir kristal yang cahayanya tak pernah padam. Atau istal dengan kuda-kuda terbaik yang siap Annadher kendarai di pekarangan berumput belakang. Itu adalah jenis kuda yang tersisa setelah sebagian besarnya punah. Annadher bisa bermain puas-puas.
Tapi, ternyata tidak.
Anak perempuan itu malah kabur saat bodigar menjemput di depan gedung B TF-Institute. Ia justru mengikuti Roumeli ke sepanjang rute aneh yang belum dikenalnya. Semakin penasaran. Annadher menyetel sepatunya ke mode dashkate, beroda dengan motor listrik, untuk meluncur di belakang Roumeli diam-diam.
"Kau tidak capek sembunyi-sembunyi begitu padahal aku tahu?" Roumeli turun dari Lboard dan masuk ke pekarangan toko besi, menemui seorang lelaki paruh baya yang hampir seluruh rambut dan cambangnya putih seperti salju.
"Tidak, tubuhku atletis," sanggah Annadher. Ia menonaktifkan roda di bawah sol sepatu sebelum ikut masuk dan tegak di sisi Roumeli. Dia memperhatikan bahwa teras mirip garasi super luas itu memiliki interior yang tidak dikenalnya. Setiap bangunan perumahan biasa didominasi beton putih, keramik monokrom dan kaca-kaca besar. Sedangkan toko pandai besi itu seperti rumah kuno dengan sirap kelabu pupus, lantai tembikar dan perkakas.
"Assalamualaikum, Paman," sapa Roumeli.
"Waalaikumsalam warahmatullah." Pria itu menaikkan penutup wajah besinya dan melemaskan pundak. "Oh ... ini dia anak serba ingin tahu yang akan menyibukkanku."
Roumeli hanya menyengir. "Apa yang terjadi setelah gempa dahsyat itu?" Tiba-tiba ia bertanya. Beyaz mungkin langsung paham, tapi Annadher yang baru bergabung tak bisa konek dengan ucapannya.
"Perlu diingat bahwa gempa ada di bagian timur dan barat dunia, serta semenanjung Arab. Kerusakannya bukan main-main, Nak." Paman Beyaz melepas segala peralatan. Dimatikannya sebuah agregat di atas meja kayu lantas mengambil kursi besi. Dia menadahkan mug kaca di bawah dispenser yang mengucurkan kopi.
"Seolah-olah korban tak terhitung lagi saking banyaknya. Tapi, yah, kita tahu manusia tidak akan berhenti mempertahankan hidup mereka. Berbagai negara saling berebut tempat perlindungan pada zamannya. Mereka yang selamat itulah nenek moyang kita."
Annadher berkerut bingung. Dia tidak suka ketinggalan sesuatu. "Tak pernah ada gempa di Terra Firma."
"Bukan Terra Firma," sanggah Roumeli. Dia mengeluarkan sebuah kertas licin dari laci meja, membuka lipatannya hingga terbentanglah peta yang sangat besar. Peta itu memang tidak berwarna selain hitam dan putih. Di sana tergambar daratan-daratan yang luas dan terpencar, dipisahkan oleh entah apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horizon [✔]
ActionRoumeli penuh keingintahuan, namun di Terra Firma ada satu pertanyaan terlarang: "Mengapa dengan dunia?" Tidak ada yang bisa menjawab kecuali Beyaz, pamannya. Mengenai sejarah dunia sejak Kejadian yang Tiga, terjungkirnya peradaban, hingga kondisi...