01

3.9K 353 12
                                    

"Ayah.. Apa ini tidak berlebihan?" tanya Jaemin dengan nada ragu yang tercetak jelas. Sang ayah melihat anak manisnya bingung.

"Darimananya berlebihan, sayang? Tentu saja tidak." Mata bulat Jaemin menatap keluar mobil ke bangunan dihadapan mereka.

Di balik gerbang yang tinggi menjulang itu, terdapat rumah besar dengan tiga lantai bergaya modern yang didominasi oleh warna putih dan cokelat. Di perkarangan rumah terdapat taman yang cukup luas dan sebuah posko keamanan. Tidak berlebihan bukan?

"Ayah hanya mau memberikanmu yang terbaik, Nana. Ayah tidak mau anak ayah satu-satunya merasa tidak nyaman di tempat tinggal barunya." Ucap pria yang sudah akan berkepala lima itu sambil mengusap rambut Jaemin.

Tidak lama kemudian seorang lelaki berpakaian satpam membukakan gerbang dan mobil mereka langsung memasuki perkarangan rumah.

Jaemin dan ayahnya mengeluarkan dua koper berukuran lumayan besar ke depan pintu.

"Oh! Paman sudah datang." Dari balik pintu munculah pria berpakaian kaos hitam dan celana santai. Wajah khas bule sangat kentara di wajahnya, serta rambut hitam yang sedikit berantakan itu menambah kadar ketampanan.

"Mark! Lama tidak berjumpa." Ayah Jaemin memeluk sekilas anak muda bernama Mark tersebut.

"Apa kabar, paman?"

"Baik. Bagaimana denganmu?"

"Seperti yang paman lihat." Mereka terkekeh. "Kenalkan, ini anakku." Jaemin sedikit membunguk.

"Halo, aku Na Jaemin." Ujar Jaemin seraya menampilkan senyum hangat yang dibalas sama hangatnya dengan Mark.

"Aku Mark Lee, salam kenal."

"Mark, bisakah kau mengantar Jaemin ke dalam? Paman ada meeting penting sebentar lagi." Katanya setelah melihat jam di pergelangan tangan. Mark mengangguk mantap.

"Tentu."

"Baiklah. Jaemin, ayah pergi dulu. Jaga dirimu, jangan lupa mengunjungi ayah dan ibu ya?" Jaemin memeluk tubuh ayahnya kemudian mengangguk di pundak sang ayah. Pria paruh baya itu menghela nafas kemudian melepas pelukan mereka.

"Jangan menyusahkan yang lain, mengerti?" tanyanya sembari menyentil pelan ujung hidung Jaemin. Membuat putranya itu malu karena mendengar suara tawa pelan dari arah Mark.

"Iya iya!"

"Bagus. Kalau begitu, paman titip Jaemin ya Mark." Mark kembali mengangguk. Setelah mobil mahal berwarna putih itu menjauh dari rumah, pemuda Lee itu mengangkat bicara.

"Masuk?" tanya Mark.

"Ah- iya, ayo masuk." Mark mempersilahkan yang lebih muda untuk masuk terlebih dahulu.

Mata Jaemin mengedar ke dalam rumah itu, begitu masuk ia disambut dengan ruang tamu dengan satu sofa besar dan dua sofa kecil.

"Biar aku bantu." Ucap Mark sambil mengambil alih salah satu koper Jaemin.

"Terima kasih." Anggukan Jaemin terima. Sambil berjalan menuju lift yang ada di sebelah tangga, Jaemin bertanya-tanya sedikit tentang tempat tinggal barunya.

"Disini ada berapa orang yang tinggal?" tanyanya. Setelah menekan tombol, Mark menjawab.

"Ada enam orang termasuk dirimu." Jaemin mengangguk-angguk membuat surai hitamnya ikut bergerak.

Ting!

Mereka berdua masuk ke dalam lift yang tidak terlalu besar tersebut. Disana mereka berbincang-bincang ringan, sekedar bertanya-tanya saja. Keduanya keluar di lantai ketiga rumah itu dan berjalan menuju kamar yang berada di ujung lorong dengan pintu berwarna putih.

Cklek!

"Woah." Mulut Jaemin terbuka begitu saja saat melihat kamarnya. Bukan apa, tetapi kamar barunya ini terlihat mirip dengan kamar lamanya.

"Paman Na meminta agar kamarmu dibuat mirip dengan kamar lamamu supaya kau dapat lebih mudah beradaptasi."

"Ah, maaf jika merepotkan." Ucap Jaemin. Wajahnya menunjukan rasa tak enak.

"Tidak apa. Bukan pekerjaan berat. Rapihkanlah barang-barangmu, nanti kita akan makan malam bersama." Mark menepuk pelan pundak Jaemin kemudian keluar dari kamar lelaki itu, tidak lupa menutup pintunya.

***

Pukul tujuh malam tiba, Mark berjalan ke arah kamar Jaemin kemudian mengetuk pintu itu.

Tok tok tok tok

Tidak ada jawaban. Mark pun kembali mengetuk.

"Jaemin?" panggil Mark. Karena tidak kunjung mendapat jawaban, ia perlahan membuka pintu itu. Matanya mengelilingi ruangan bernuansa putih tersebut dan menemukan Jaemin yang berbaring di balik selimut dengan boneka kelinci berwarna pink pudar di pelukannya. Ah, Mark merasa seperti ibu yang sedang membangunkan anaknya.

"Jaemin-ah." Panggilnya sambil menusuk-nusuk pipi gembil Jaemin.

"Jaemin~"

"Hm?" gumaman Jaemin terdengar namun matanya masih tertutup.

"Sudah jam tujuh. Ayo turun, kita makan malam bersama yang lain." Jaemin mengangguk lucu. "Aku mandi dulu boleh?"

"Tentu saja. Makanannya baru siap sekitar sepuluh menit lagi."

"Baiklah, sampai jumpa dibawah." Mark mengangguk kemudian keluar. Jaemin menguap lebar lalu mengusakan wajah manisnya ke boneka kelinci kesayangan. Ia berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi.

Usai mengenakan kaos longgar berwarna biru muda serta celana jogger hitam, ia melangkahkan kaki ke arah ruangan yang terdengar berisik.

"Oh! Jaemin, duduk disini." Ujar Mark sambil menepuk bangku kosong di sebelahnya dan Lucas.

"Woah! Kau penghuni baru ya? Manis sekali." Kata Lucas. Jaemin terkekeh.

"Aku Jaemin, salam kenal semuanya."

"Aku Lucas, yang paling tampan disini. Salam kenal manis~"

"Aku Huang Renjun. Salam kenal." Ujar Renjun dengan senyum tampannya.

"Aku Park Jisung, salam kenal Jaemin hyung."

"Lee Jeno." Suara dingin dari orang di hadapannya cukup membuat Jaemin tertegun.

"I-iya."

"Kalau begitu selamat makan semuanya."

Mereka pun memulai acara makan malam pertama dengan Jaemin. Lucas terus bertanya-tanya tentang kehidupan Jaemin, ia baru berhenti ketika Renjun memukul belakang kepalanya dengan sandal rumah moomin kesayangan si Huang.

tbc.

Kalo sepi unpub. Btw ini udah end di draft jadi bisa fast update hihi.

from home || nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang