Karena hari ini adalah hari kepulangan mereka, semua murid dibebaskan untuk melakukan kegiatan apa saja asal tidak berbahaya dan tidak terlalu jauh dari tempat kemah mereka.
"Ikut aku." Bisik Jeno di sebelah Jaemin yang baru selesai mencuci piringnya.
"Eh?" meskipun kebingungan, Jaemin berdiri kemudian mengejar Jeno yang masuk ke tenda mereka. Ia melihat lelaki pemilik eye smile itu sedang mengambil pakaian dari tasnya.
"Kau mau kemana? Mengapa membawa pakaian?" tanya Jaemin.
"Ambil juga pakaianmu, aku akan membawamu ke suatu tempat."
"Tempat apa?"
"Ck, apa kau tidak tau arti kejutan?" mulut Jaemin membentuk O kemudian mengangguk-angguk.
Keduanya berjalan beriringan, tangan Jeno menggenggam erat tangan Jaemin. Mata si manis bergulir menjelajahi isi hutan sambil menikmati hembusan angin sejuk yang menerpa wajah. Otaknya terus menebak kemana Jeno membawanya pergi.
"Apakah ia membawaku ke jurang? Dia ingin membunuhku?! Eihh, tidak mungkin.... kan?"
Setelah sekitar lima menit berjalan, Jeno berhenti di depan sebuah air terjun yang tidak terlalu tinggi namun tetap indah. Mulut Jaemin terbuka, pandangannya berbinar.
"Darimana kau menemukan tempat ini?!" Jeno mengangkat kedua bahu.
"Semalam aku tidak bisa tidur dan memutuskan untuk keluar diam-diam, lalu menemukan ini."
"Ini indah sekali."
Jeno menaruh tasnya di pinggir kemudian membuka atasannya, yang mana membuat Jaemin kaget.
"A-apa yang kau lakukan?!"
"Tentu saja masuk, ayo."
"Aku juga?!" Jeno menatap Jaemin di sebelahnya dengan bingung.
"Lalu kau mau berdiri disini dan menungguiku?"
"Mungkin..?" kata Jaemin ragu.
Grep!
"YAK! LEE JENO TURUNKAN AKU!" teriak Jaemin saat merasa Jeno mengangkat tubuhnya seperti karung beras. Kaki panjang milik pemuda Lee perlahan masuk ke dalam air yang tidak terlalu dalam itu.
"Kau terdengar seperti akan diperkosa saja."
"Dingin!" tak memedulikan perkataan Jeno, Jaemin malah memeluk lelaki itu dengan erat untuk mencari kehangatan. Jeno sendiri tak masalah, ia hanya memeluk erat pinggang si cantik supaya tidak terjatuh.
Mereka sudah sepenuhnya masuk ke air yang tingginya di bawah dada mereka.
"Akan lebih hangat jika kau membuka atasanmu dan membiarkan kulit kita bertemu." Wajah Jaemin merah padam.
Bugh!
"Mesum!" Dengan cepat, Jaemin turun dari gendongan Jeno. Tawa menyebalkan Jeno terdengar.
Jaemin berjalan menuju air terjun itu dan menengadahkan tangannya.
"Wah, aku tidak pernah sedekat ini dengan air terjun."
"Tipikal anak kota sekali." Jaemin mendelik.
"Memangnya kau bukan anak kota??" Jeno menggedikkan bahu.
Air yang dikumpulkan Jaemin di tangannya ia cipratkan ke wajah Jeno. Membuat lelaki itu terkejut, namun saat mendengar tawa Jaemin, ia membalas cipratan si manis.
"Wle!! Kejar saja jika bisa!" Jaemin kabur menjauhi Jeno.
Keduanya sangat menikmati waktu mereka tanpa seorang lain pun yang mengganggu, canda tawa mengisi ruang terbuka itu membuat suasana menjadi lebih menyenangkan.
"Kena kau!" Jeno membalikkan tubuh Jaemin dan menggelitiki pinggangnya.
"Hahahhahahaha, oke oke kau menang!" kata Jaemin susah payah.
Jeno terkekeh melihat wajah Jaemin yang tengah menatap ke arahnya dengan pandangan memuja. Ia menyingkirkan rambut yang menutupi mata Jaemin kemudian mengangkat bicara.
"Sebenarnya ada tujuan lain aku membawamu kesini." Pandangan Jaemin berganti menjadi bingung dan penasaran.
"Apa itu?"
"Jadilah kekasihku." Mata bulat itu sedikit melebar.
"Apa..?"
"Kau mendengarku."
"T-tapi kenapa?" sebelah alis pemuda Lee terangkat.
"Apanya yang kenapa? Aku ingin menjadikanmu kekasihku, membuatmu menjadi milikku." Kata Jeno dengan nada yang paling lembut yang pernah Jaemin dengar dari mulut lelaki itu. Jangan lupakan tangan kekarnya yang setia memeluk erat pinggang ramping Jaemin dan mengelusnya pelan.
"Tidak apa jika kau menolak, aku rasa ini terlalu cep—"
Setelah mengecup kilat bibir Jeno, ia memeluk leher kekasihnya kemudian menenggelamkan wajah di leher itu.
"Aku mau.." kata Jaemin pelan.
Jeno tidak bisa menahan senyumnya, ia pun mengangkat wajah Jaemin dan menempelkan kedua bibir mereka. Membawa Jaemin ke ciuman panjang yang memabukkan.
***
Saat kembali ke area perkemahan, suasana tidak jauh beda dari awal mereka pergi. Haechan yang menangkap kedua sejoli itu pun memanggil mereka.
"Hei kalian! Habis darimana?" tanya Haechan penasaran, pasalnya kedua temannya itu tidak terlihat lagi setelah sarapan.
"Berjalan-jalan." Jawab Jaemin. Mata Haechan teralih pada tas tenteng yang dibawa Jaemin.
"Kalian membawa tas?"
"Um, memangnya kenapa?"
"Ah sudahlah lupakan. Cepat bersiap-siap, dua jam lagi kita pulang. Kita masih harus merapihkan tenda. Aku duluan!" Haechan melambai kemudian menjauhi kedua orang tersebut.
"Lebih baik kita mandi dulu." Ujar Jeno sambil merangkul pundak Jaemin dan membawanya kembali ke tenda. Orang-orang yang memperhatikan kedua insan tersebut mulai berspekulasi kembali tentang hubungan keduanya.
***
Setelah melewati tiga jam perjalanan, Mark membuka pintu rumah itu dan disuguhi pemandangan Jisung serta Lucas bermain game di ruang tengah. Bungkusan makanan ringan berceceran di sekitar dua anak adam itu.
Jaemin melotot.
"PARK JISUNG!! WONG LUCAS!!" yang dipanggil menoleh dan menatap Jaemin terkejut.
"Jaeminie~ akhirnya kau pulang juga!! Renjun yang baru turun menerjang Jaemin dengan pelukan.
"Hyung baru sampai? Aku sudah sampai sedari pagi." Kata Jisung cengengesan.
"Bereskan kekacauan ini!! Aku tidak mau melihat sampah lain setelah aku turun nanti!"
"Siap!"
tbc.
Abis ini konflik ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
from home || nomin
Fanfiction[scholl au] [nomin] Paman Na khawatir jika putra satu-satunya akan merasa tidak nyaman di tempat tinggal barunya, tapi kenyataannya Jaemin malah menemukan 'rumahnya' disana. vote and comment! 23/04/21