Satu minggu berlalu dengan membosankan, setidaknya begitu yang Jaemin pikirkan. Ia sudah mulai lebih dekat dengan penghuni rumah lainnya, sudah tidak secanggung saat awal. Well, mungkin Jeno adalah pengecualian. Meskipun mereka teman sebangku, Jaemin saja meminjam penghapus tidak boleh.
"Jeno, pinjam penghapus."
"Tidak." Jeno menjawab tanpa melirik sang penanya.
"Ayolah, sebentar saja."
"Ku bilang tidak, ya tidak."
Tetapi, setiap paginya mereka masih berangkat bersama. Yang lain pun sudah mengetahui hal ini. Pernah sekali ia minta untuk pergi bersama Mark saja, alhasil Jeno menyeret kerah seragamnya ke motor dengan alasan-
"Kau sudah tau ia punya kekasih."
Menyebalkan bukan?
Baiklah, kembali ke saat ini. Di ruang tengah mereka semua sedang berkumpul sambil menonton film yang disiapkan oleh Lucas. Haechan yang sedang bersender di dada Mark juga ikut berkumpul atas ajakan sang kekasih.
Lampu di ruang tengah diredupkan, hanya ada sinar dari arah dapur dan tv. Awalnya Jaemin biasa saja, namun saat adegan menegangkan Jaemin dengan refleks menggenggam erat tangan Jeno yang berada di sebelahnya dan memejamkan matanya. Jeno melirik ke arah Jaemin, dengan hati-hati menarik pinggang lelaki manis itu mendekat ke arahnya. Jaemin langsung mencengkram baju Jeno dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang tersebut.
Setelah adegan tadi terlewat, Jaemin menjauhkan wajahnya sambil berdeham kecil. Rona merah memenuhi wajah cantiknya. Jeno terkekeh pelan dan menarik kembali pinggang ramping itu secara tiba-tiba membuat Jaemin menubruk dada Jeno. Hampir saja Jaemin memekik. Karena ia tidak mau menarik perhatian yang lain, Jaemin hanya melirik tajam mata Jeno.
Beberapa menit kemudian, tanpa sadar Jaemin mulai menyenderkan kepalanya pada dada Jeno, sedangkan si pemuda Lee mengusap-usap pinggang ramping pemuda Na.
Karena posisi mereka yang berada di ujung sofa, tidak ada yang mengetahui perbuatan kedua anak adam itu.
***
"HUWAAA AKHIRNYA SELESAI JUGA!" Haechan meregangkan tubuhnya. Renjun mendelik kemudian menyahuti.
"Tidak usah teriak bodoh!" oh, jangan khawatir. Haechan dan Renjun adalah teman semasa JHS, karena Jaemin berada di sekolah yang berbeda saat JHS jadilah ia berteman dengan lelaki kekurangan kalsium ini begitu kalau kata Haechan.
"Berisik, bogel!"
"Sstt! Hentikan! Lebih baik kita berpikir apa yang harus kita lakukan setelah ini." Lerai Lucas dengan wajah berpikir.
"Memang kau bisa berpikir, hyung?" ejek Jisung.
"Cobalah berkaca dan tanyakan hal yang sama pada dirimu." Lucas berdecih.
"Aku ingat kalian memiliki permainan twister." Ucap Haechan sambil tersenyum licik. Lucas menjentikkan jari.
"Pintar sekali!" Lelaki bertubuh jangkung itu langsung berdiri dan berlari ke arah gudang untuk mencari game tersebut.
"Apa itu Twister?" tanya Jaemin yang sudah memperbaiki posisi duduknya sejak tadi.
"Game yang mengharuskan kita meletakkan tangan dan kaki di atas matras dengan bola-bola warna sesuai dengan jarum yang berputar di atas papan roulette." Jelas Renjun singkat namun dapat ditangkap oleh Jaemin.
Boleh di search di google ya biar lebih jelas ^^
"Aku menemukannya!" Lucas mengangkat tinggi-tinggi kardus mainan berbentuk kotak dengan tulisan Twister di depannya.
Lucas membuka permainan itu kemudian menggelar matras dengan warna-warna berbentuk lingkaran itu di depan tv.
"Lalu, siapa melawan siapa? Apa peraturannya?" tanya Jaemin lagi.
"Undi saja." Jisung mengambil selembar kertas kemudian menuliskan nomor disana. Setelah semua mengambil kertasnya masing-masing, Jisung berkata.
"Jika nomor kalian sama, maka kalian adalah lawan. Oke, bukalah." Mereka semua membuka kertas mereka.
"Aku dapat satu." Kata Mark.
"Aku juga." Ujar Lucas dan Jisung berbarengan. Mereka melotot dan melempar pandangan horror.
"Kalian bertiga?!" Seru Haechan kaget. Tiba-tiba ia dan Renjun terbahak membayangkan tubuh Jisung ditimpa oleh Mark dan Lucas.
"Yak! Kita lawan!" Renjun mendorong pundak Haechan.
"Haish! Akan ku pastikan aku menang darimu, boncel." Sinisnya.
"Jaemin hyung, kau nomor berapa?"
"Tiga." Jaemin menaikkan kertasnya.
"Oh! Berarti kau bersama Jeno hyung!" Ringisan terdengar.
"Sepertinya begitu." Haechan langsung menyenggol pundak sahabatnya guna menggoda lelaki manis itu.
"Ayo kita mulai!"
***
Sepuluh menit sejak permainan itu dimulai, posisi ketiga pemain saat ini terlihat sangat aneh. Lucas yang sedang kayang, sedangkan Jisung dan Mark berada di bawah lelaki tinggi itu. Lucas sih enak, tinggal menyenderkan tubuh. Jisung sejak tadi sudah meronta-ronta kesakitan. Akhirnya Jisung dinyatakan kalah sejak lutut anak itu menyentuh matras. Renjun di sofa sudah terpingkal hingga perutnya sakit.
"Hei boncel, giliran kita!"
Babak pun diganti, awalnya kedua lelaki dengan paras cantik itu masih terlihat normal saja. Namun tak lama kemudian teriakan Renjun menggelegar karena pasalnya ia harus merentangkan kakinya dari ujung matras ke matras yang lain.
"Aku tidak kuat!" Renjun mengeluh.
"HAHAHAHAH SUDAH KU BILANG AKU AKAN JADI PEMENANGNYA!"
"BERISIK KAU!"
Mereka pun kembali bergelut sampai-sampai Jaemin harus memisahkan keduanya ketika mulai saling menjambak.
"Baiklah! Pemain terakhir! Jaemin, Jeno!" seru Lucas bak seorang mc.
"Aku hanya tidak boleh tersentuh matras selain tangan dan kaki kan?" Jaemin memastikan.
"Yap! Betul sekali."
***
Jaemin dan Jeno berakhir dengan posisi yang sangat ambigu. Jaemin berada di atas tubuh Jeno, wajahnya sangat dekat dengan lelaki yang tengah memandangnya lekat-lekat.
"Ibuuuu Jaemin ingin kabur!!!!!"
Mereka semua terbahak-bahak di sofa melihat wajah Jaemin yang memerah hingga telinga. Haechan dan Renjun memiliki pemikiran jahat untuk mendorong kepala salah satu dari mereka hingga kedua bibir itu dapat bersentuhan.
"Yak! Bisakah kalian cepat sedikit?! Pegal!" Eluh Jaemin mengabaikan tatapan Jeno.
"Ekhem! Jun-ah, tenggorokanku sangat kering. Apakah ada minum disini?" tanya Haechan yang seharusnya bertugas memutar jarum di atas papan.
"Eoh! Tentu saja ada, kau mau minum apa?"
Jaemin mengutuk kedua temannya ini yang tiba-tiba saja kompak untuk mengerjainya.
"Aish, anak-anak sialan." Gumamnya yang terdengar oleh Jeno.
"Language." Ujar Jeno dengan deep voice miliknya yang membuat Jaemin menatap lelaki itu dengan jantung berdegup lebih kencang.
Jisung cekikikan melihat pemandangan di depannya. Mark dan Lucas diam-diam mengambil gambar.
"Baiklah-baiklah, Jaemin giliranmu oke. Tangan kanan di warna kuning." Ujar Haechan. Jaemin menghela nafas lega. Baru saja ingin mengangkat tangan, sialnya tangan itu malah tergelincir membuat Jaemin menindih tubuh Jeno.
tbc.
vote and comment yuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
from home || nomin
Fanfiction[scholl au] [nomin] Paman Na khawatir jika putra satu-satunya akan merasa tidak nyaman di tempat tinggal barunya, tapi kenyataannya Jaemin malah menemukan 'rumahnya' disana. vote and comment! 23/04/21