Suara decakan terdengar di kamar milik Jeno. Pasangan J ini sedang saling melumat dengan Jaemin yang duduk menyamping di pangkuan Jeno, tangannya mengalung di leher sang dominan. Sedangkan Jeno sendiri masih menikmati bibir manis kekasihnya, tangan kekarnya sibuk mengelus paha mulus Jaemin yang terekspos karena celana pendeknya.
Brak!
"Heol! Aku sangat ingat jika dua hari lalu kalian masih bertengkar!" tukas Haechan sambil berkacak pinggang. Jaemin terkekeh. Ia memeluk leher Jeno dan menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Ck, apa yang kalian lakukan?" tanya Jeno kesal karena kegiatannya terganggu oleh Haechan dan Mark yang seenak jidat duduk di kasurnya.
"Kami ingin membahas tentang liburan, tadi Lucas, Renjun, dan Jisung sudah setuju. Hanya kalian yang belum tau rencana ini." Ucap Haechan.
"Liburan? Kemana?" tanya Jaemin sembari memunculkan wajahnya.
"Mungkin hanya ke pulau pribadi milik keluarga Lucas menggunakan kapal. Tadinya ingin ke Jepang, namun sepertinya harus ditunda dulu. Seluruh pesawat pribadi sedang digunakan." Jelas Mark.
"Bagaimana dengan sekolah?" Haechan menahan tawa.
"Ya, Jaemin-ah. Bahkan jika kau hanya berkata bahwa kau adalah kekasih Lee Jeno pada kepala sekolah, kau sudah bisa lulus." Jeno terkekeh mendengarnya, seolah membenarkan.
"Tapi aku sudah terlalu banyak membolos." Ujar Jaemin sambil mengerucutkan bibir.
"Bolos karena terlalu asik bermain dengan Sungchan." Haechan dengan sengaja memanas-manaskan keadaan.
"Ah, ya. Siapa Sungchan?" nada bicara Jeno berubah menjadi lebih menuntut. Jaemin memandang tajam Haechan, sedangkan yang ditatap hanya menjulurkan lidah.
"Dia hanya sepupuku." Kata Jaemin sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya. Jeno melirik Haechan. Lelaki itu mengangguk membenarkan. "Baiklah."
"Jadi, kapan kita pergi?"
"Besok pagi! Aku akan menginap, jadi malam ini Jaemin tidur denganku." Ucap Haechan seenak jidat membuat Jeno mendelik tidak setuju.
"Apa-apaan? Tidak ada! Kau masih bisa bertemu dengannya pagi besok."
"Biarkan aku tidur dengannya!"
"Tidak boleh!"
"Kau setiap saat melihatnya, aku ingin berbincang-bincang dengannya tau!"
"Ya sudah bicara saja sekarang."
"Ish! Lee Jeno!"
"Lee Haechan!"
"Berisik! Sudah aku tidur dengan Mark saja!" mereka semua menatap Jaemin kaget. Apalagi Mark, Jaemin sampai takut kedua bola mata itu akan keluar dari tempatnya.
***
Esoknya, pukul sembilan pagi ketujuh pria itu benar-benar berangkat untuk liburan, padahal hari ini masih hari kamis. Dengan semangat, mereka memasuki kapal pribadi milik Mark dan tak lama kemudian kapal itu mulai menjauhi dermaga.
"Aku masih ingin tidur. Jangan ganggu aku!" seru Renjun. Lelaki keturunan Tiongkok itu masuk ke dalam salah satu kamar untuk melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda.
"Ah aku ingin bersantai." Ujar Lucas.
"Aku ingin berjemur." Jisung menaiki tangga menuju lantai dua.
"Aku ikut!" kata Haechan, Mark pun memutuskan untuk mengikuti kekasihnya.
Pandangan Jeno beralih ke Jaemin yang wajahnya masih mengantuk. Wajar saja, mereka baru tidur pukul tiga pagi setelah—
"Mau melanjutkan tidurmu?" Jaemin hanya mengangguk setengah sadar. Tangan kekar Jeno menarik pelan tangan Jaemin menuju kamar lain, ia menaruh koper mereka dengan asal kemudian naik ke atas ranjang diikuti Jaemin. Langsung saja pemuda Na itu merengkuh tubuh Jeno erat dan langsung memejamkan matanya.
"Selamat tidur sayang."
***
"HUAAA!!! LIBURAN!!" teriak Lucas sambil meregangkan tubuh besarnya itu. Mereka baru saja sampai di rumah satu-satunya disana. Sangat besar, terletak di pinggiran tebing, bahkan kau bisa terjun bebas ke laut jika loncat dari jendela.
"Renjun, Haechan! Bantu aku membereskan bahan makanan." Kedua pria manis lainnya mengangguk.
"Jisung dan kalian bertiga, bawa seluruh bawaan ke kamar masing-masing, oh dan jangan lupa kalian yang harus bawa kardus kaleng alkohol." Para dominan hanya bisa pasrah mengikuti tuturan Jaemin. Tidak mungkin menolak, kecuali jika ingin dikuliti oleh macan betina tersebut.
"Berapa lama kita akan disini?" tanya Jaemin.
"Mungkin satu minggu?" balas Renjun yang juga tak yakin.
"Apakah bahan makanannya akan cukup?"
"Jika tidak cukup kita bisa menyuruh orang untuk membelikan dan mengantarnya kemari." Jelas Huang.
Akhirnya para submisif sibuk membereskan kebutuhan dapur dan juga memasak untuk makan siang. Mereka membuat banyak makanan mengingat mereka semua belum menyentuh makanan sejak pagi.
Butuh waktu sekitar satu jam untuk menyelesaikan acara masak sebelum Haechan mengeluarkan teriakan membahananya guna memanggil para dominan.
"SEMUANYA TURUN! MAKAN SIANG SUDAH SIAP!"
"Ah sial, telingaku berdengung karenamu!" geram Renjun. Tangannya mengusap telinga kanannya yang berdengung.
"Masa bodo!"
"Harum sekali!" Jisung dengan semangat berlari ke meja makan.
"Jangan lari, nanti jatuh." Kata Jaemin mengingatkan kemudian mengusak gemas surai yang lebih muda.
Mereka semua pun memulai acara makan dengan tenang, mengisi tenaga untuk acara-acara selanjutnya.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
from home || nomin
Fanfiction[scholl au] [nomin] Paman Na khawatir jika putra satu-satunya akan merasa tidak nyaman di tempat tinggal barunya, tapi kenyataannya Jaemin malah menemukan 'rumahnya' disana. vote and comment! 23/04/21