Jeno uring-uringan.
Lelaki itu tidak jauh dengan mayat hidup jika dilihat-lihat.
Semakin hari, Ella semakin menempelinya. Sepertinya ia sudah membuat perempuan ini salah paham karena ia membelanya. Padahal Jeno sudah membentaknya, tapi Ella malah mengulas senyum dan membalas perkataannya. Tidak sekali dua kali menyuruh perempuan itu keluar dari rumah mereka, tetapi Ella malah mengancam akan mengganggu Jaemin.
Dua hari lalu, anak yang berada di kelas saat istirahat bersama Jaemin mengirimkannya sebuah video. Video itu berisi tentang kejadian awal pertengkaran Jaemin dan Ella, awalnya Jeno tidak percaya. Mark tau tentang video itu, ia langsung memukul wajah Jeno karena merasa marah akan kebodohan sahabatnya.
Sudah berkali-kali Jeno berusaha menghubungi Jaemin, bahkan bertanya pada kedua orang tuanya. Tetapi tetap saja ia tidak tau keberadaan mantan kekasihnya tersebut.
Terhitung lima hari Jaemin tidak masuk sekolah, selama itu juga Jaemin tidak pernah mengontak teman-temannya, termasuk Haechan. Haechan sampai menyerah menghubungi sahabatnya.
Akhir minggu ini, Ella membawa kedua temannya ke rumah. Mereka berkumpul di ruang tengah sambil mengobrol dengan suara keras. Bungkus makanan dan minuman pun berserakan di lantai.
"Bisakah mereka diam?" tanya Jisung dengan nada kesal. Jisung sedang berada di kamar Lucas, mengungsi katanya. Ah, jika saja ada Jaemin sekarang ia pasti akan mengajak kakak manisnya itu keluar untuk jalan-jalan.
"Aku benar-benar ingin menyumpal mulut mereka." Desis Renjun.
Tiba-tiba telinga mereka mendengar suara ribut lain.
"B-bukankah itu suara Haechan hyung?" mereka terdiam.
"Sial!" ketiga anak adam itu langsung berlari keluar.
Haechan memang ingin mengunjungi sahabatnya pada akhir pekan karena ia sibuk belakangan ini. Tetapi sang kekasih malah melarangnya dengan berbagai alasan tidak jelas.
"Babe!"
"Siapa mereka?" tanyanya, tidak menghiraukan panggilan Mark. Mata tajam Haechan menyorot kedua perempuan di ruang tengah. Sedangkan yang ditatap hanya tidak peduli.
Hanya dua, Ella sedang berada di kamar mandi.
"Apa urusanmu?" jawab salah satunya menggunakan nada angkuh.
"Tunggu, aku tau kau. Kau yang selalu menggoda Mark di Instagr*m kan?!" Haechan berjalan mendekat. Perempuan berambut sepundak itu tersenyum sinis.
"Ya, kenapa?"
Tidak tahan dengan sifatnya, Haechan langsung menjambak rambut merah itu dengan keras hingga empunya menjerit kesakitan. Pemuda berkulit eksotis itu benar-benar menuangkan segala amarah yang ia pendam sejak kemarin-kemarin.
"ARGH! SIALAN LEPASKAN!"
"TIDAK AKAN!! DASAR JALANG TIDAK TAU DIRI!
"LEPASKAN TEMANKU!" perempuan yang lainnya menjambak Haechan.
"BRENGSEK KAU!"
"AKH! APA-APAAN?! LEPAS!" serunya saat merasa ada orang lain menjambak rambutnya.
"KAU LEPASKAN DULU SAHABATKU, BAJINGAN!" seru Renjun.
Keributan tidak dapat dihindari. Ella yang baru selesai dengan urusannya hanya bisa terpaku menatap pemandangan ricuh di ruang tengah. Jeno yang juga mendengar suara ribut dari kamarnya juga ikut turun untuk mengecek.
"KAU??!! BAGAIMANA CARANYA KAU DISINI?!" tanya Haechan menggebu-gebu pada Ella.
"Apa yang kalian lakukan?!" suara teriakan dari arah pintu utama mengalihkan perhatian mereka semua.
Jaemin berdiri disana dengan pandangan bingung sekaligus terkejut. Tadinya ia hanya ingin mengambil boneka ryan yang tertinggal di kamar Jeno, namun malah disuguhkan dengan adegan kekerasan.
"Jaemin.." panggil Jeno pelan.
"Haechan, apa yang terjadi?"
"Jalang ini menggoda Mark untuk bersetubuh dengannya!" Haechan menunjuk perempuan yang dimaksud. Helaan nafas keluar dari mulut Jaemin.
"Mark, obati Haechan." Kata Jaemin karena mendapati bekas cakaran di wajah Haechan kemudian ia berlalu. Jeno langsung mengikutinya dari belakang.
Jaemin langsung membuka kamar itu, ia dapat melihat bonekanya berada di atas meja belajar sang pemilik kamar. Sesudah mendapat apa yang ia cari, ia langsung melangkahkan kaki keluar kamar mengabaikan Jeno.
"Jaemin, tunggu." Tubuh besar Jeno menghalangi pintu. Jaemin melempar pandangan tidak suka.
"Minggir."
"Jaemin dengarkan dulu.. Please?" Jaemin diam, menunggu kalimat yang akan Jeno luncurkan. Matanya dialihkan ke tempat lain asalkan bukan mata sendu Jeno yang menatapnya lekat.
"Aku salah. Aku minta maaf. Harusnya aku lebih mempercayaimu dibanding wanita ular itu.. Kau boleh memukulku, memarahiku, atau menyuruhku untuk berlutut di hadapanmu. Dan aku tau kalau kau sudah membenciku. Tapi ku mohon, sekali ini saja.. jangan menghindariku. Aku benar-benar khawatir karena tidak bisa menghubungimu, aku takut sesuatu terjadi, setidaknya biarkan aku mengetahui keadaanmu meskipun itu dari jauh."
"Kau tidak perlu peduli dengan keadaanku."
"Bagaimana bisa? I still love you."
"Jeno.. stop." Jaemin memberanikan diri menatap manik Jeno.
"Kau tidak tau betapa kecewanya aku saat kau lebih memilih perempuan itu. Kau tidak tau betapa marahnya aku ketika orang-orang menuduhku padahal mereka sendiri tidak tau apa yang terjadi sebenarnya. Dan kau juga tidak tau betapa hancurnya hatiku saat mendengar perempuan itu merendahkanku dan berkata seolah-olah aku ini sampah yang tidak pantas untuk hidup!" satu cairan bening lolos dari mata Jaemin karena teringat omongan-omongan dari Ella.
"Aku sangat membenci diriku karena tidak bisa membenci dirimu." Ucapnya lirih sembari menunduk.
Jeno langsung memeluk Jaemin dengan erat. Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher si manis, menghirup aroma wangi yang sangat ia rindukan.
"Nana... Can we start all over again?"
tbc.
NGEFEEL GA SIH? susah bgt bikin adegan sedih, ga bakat ah ㅠㅠ
KAMU SEDANG MEMBACA
from home || nomin
Fanfiction[scholl au] [nomin] Paman Na khawatir jika putra satu-satunya akan merasa tidak nyaman di tempat tinggal barunya, tapi kenyataannya Jaemin malah menemukan 'rumahnya' disana. vote and comment! 23/04/21