12

1.3K 180 3
                                    

Kedua insan yang baru menapakkan kaki di kost mereka langsung mengubah ekspresi wajah karena suatu hal. Wajah Jeno berubah dingin dan datar, bukan lagi hangat seperti yang ia tunjukkan pada Jaemin. Sedangkan dahi Jaemin berkerut dalam, meminta penjelasan dari teman-temannya yang lain.

"Hai Jeno!" sapaan riang kelewat enteng itu memecah kesunyian ruang tengah malam ini.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Jeno sinis.

Orang yang tadi menyapanya, Ella, mengulas senyum manis yang terkesan licik di mata Jeno dan Jaemin.

"Ah, aku memutuskan untuk pindah karena jarak rumahku ke sekolah jauh. Dan aku menemukan tempat ini! Aku baru tau kau tinggal disini setelah melihat fotomu disana." Ella menunjuk pintu kamar Jeno. Hal itu mengundang guratan marah pada wajah tampannya.

"Kau masuk ke kamarku?!" bentaknya membuat orang-orang disana berjengit kaget.

"A-apakah tidak boleh?" Jeno mengusap wajah kasar.

"Sungguh rendahan." Katanya dengan mata yang menusuk. Kemudian mata elangnya beralih ke arah Mark untuk meminta penjelasan.

"Semua keputusan rumah ini berada di tangan ayahku, Jeno."

Tanpa menunggu lama lagi Jeno menarik pelan tangan Jaemin untuk kembali ke atas sebelum suara Mark menghentikan mereka.

"Jaemin!" mereka berdua menoleh. Mark berjalan ke arah mereka.

"Um.. begini. Harusnya Ella tidur di lantai satu dekat dengan ruang tengah, tetapi ia bilang ingin pindah karena merasa tidak nyaman, dan ia bilang ingin pindah ke kamarmu. Aku tidak memperbolehkannya, namun ia seenaknya menaruh semua barangnya di kamarmu dan berkata jika kau akan mengizinkannya." Ucap Mark, suaranya tidak terlalu keras hingga yang lain tidak bisa mendengar perbincangan mereka. Jaemin tertegun.

"... Baiklah, kalau begitu aku bisa tidur di lantai bawah—"

"Tidak. Lebih baik kau tidur bersamaku—"

"Tidak boleh!" seru Ella tiba-tiba. Jeno tersenyum miring. Ia melempar pandangan tajam yang membuat bulu kuduk siapapun yang ditatap berdiri.

"Kau tidak memiliki hak untuk tidak mengizinkanku, nona." Ella bungkam.

"Tapi tunggu, aku punya satu syarat." Mark dan Jeno menatap Jaemin penasaran.

"Jangan beritahu Haechan semua ini. Ia bisa mengamuk." Setelah mengulas senyum tipis, Jeno kembali menarik tangannya.

Benar apa kata Mark, barang-barang Ella sudah mendominasi di kamar Jaemin. Bahkan perempuan itu tidak segan menaruh pakaian Jaemin ke lantai dan menggantikan isi lemari dengan bertumpuk-tumpuk pakaian miliknya.

Jeno menggeram marah. Baru saja akan menghampiri perempuan itu, Jaemin sudah mengelus tangan Jeno membuat lelaki itu mau tak mau meredam amarahnya.

Akhirnya Jaemin membawa seluruh barangnya ke kamar Jeno, beruntung barang miliknya tidak terlalu banyak sehingga tidak perlu terlalu repot.

***

Seusai mandi sendiri-sendiri kini keduanya sedang bergulung diatas ranjang. Lebih spesifiknya, sambil berpelukan untuk membagi kehangatan. Jeno menarik selimut lebih ke atas, membuat leher hingga mulut Jaemin tertutupi oleh selimut tebal tersebut.

"Aku akan segera mengeluarkan perempuan itu dari rumah ini." Gumam Jeno di pucuk kepala Jaemin sambil menghirup aroma wangi yang menguar dari rambut sang kekasih.

"Biarkan saja." Gumam Jaemin setengah sadar.

Tubuhnya terasa sangat lelah hari ini, sampai tidak sanggup untuk memproses ocehan yang keluar dari bibir seksi Jeno, ia hanya ingin tidur yang nyenyak. Jeno yang menyadari hal tersebut pun mengulas senyum tipis kemudian mulai mengusap-usap rambut Jaemin hingga lelaki itu tertidur dengan dengkuran halus.

***

Acara sarapan belum pernah secanggung ini. Biasa akan ada seruan-seruan dari Lucas maupun Jisung, atau bahkan terkadang Renjun yang memperebutkan makanan. Namun pagi ini tidak. Hanya dentingan piring dengan sendok dan garpu yang terdengar. Di sebelah Jaemin, Ella makan dengan sangat anggun. Sangat-sangat ingin mencerminkan bahwa ia adalah perempuan berkelas yang tau tata krama.

Mata bulat Jaemin mendelik kesal saat mendapati satu-satunya perempuan disana itu melempar tatapan penuh puja ke sang kekasih. Bola matanya bergulir malas. Jeno yang sedari tadi memperhatikan Jaemin tersenyum tipis.

Dengan pedenya, Ella berpikir Jeno tersenyum karena lelaki itu mulai menyukainya. Apalagi saat ia memandang Jeno seperti tadi. Ah, ia semakin gencar ingin memiliki lelaki itu sepenuhnya.

Ting!

"Aku selesai." Jaemin meneguk airnya kemudian berdiri menjauhi meja makan.

"Aku duluan."

"Tunggu! Bagaimana denganku?" tanya Ella membuat mereka semua menengok ke arahnya, Jaemin yang belum terlalu jauh pun ikut menoleh.

"T-tidak ada yang mengantarku, supirku sedang sakit. Bagaimana aku bisa ke sekolah.." Ucapnya dibuat semenyedihkan mungkin.

"Bukan urusanku." Jeno menjawab kemudian ia menghampiri Jaemin dan merangkul pundak sempit si manis.

"Well, aku juga harus menjemput kekasihku." Kata Mark setelah selesai dengan makanannya. Ketika Mark keluar, yang lain pun ikut menyelesaikan acara makan mereka.

Di ruang makan, wajah Ella berubah marah.

"Sialan." Desisnya.

tbc.

lupa 😭 btw happy Eid Mubarak everyone!

from home || nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang